"Uh! Kenapa kamu bikin aku penasaran, sih?" tanya Bowo merasa sikap Darma pagi ini aneh sekali."Aku sebenarnya mau kasih tau Mas Bowo dari kemarin-kemarin. Tapi aku takut!" Wajah Darma tiba-tiba berubah dari wajah bingung jadi wajah ketakutan. "Kenapa kamu ini? Kalo ngomong yang jelas!" desak Bowo yang tidak mau lagi jadi penasaran dengan sikap adik ipar temannya ini. "Ngomong,""Iya, Mas. Aku ngomong deh. Ini rahasia tapi, ya,"Bowo lalu mendengarkan cerita Darma soal perginya Jaka dari kampung ini karena alasan keselamatan Rio, putranya yang masih berusia beberapa hari. Darma juga mengatakan kalau kakak iparnya itu sebenarnya ingin berpamitan kepada semua orang di kampung ini namun seseorang menahannya.Cerita Darma yang tadinya diharapkan Bowo akan menjawab semua rasa penasarannya justru membuatnya jadi bingung. Mana mungkin temannya itu tiba-tiba pergi seperti apa yang dikatakan Darma padahal dia jelas-jelas tau kalau pria tinggi besar itu sudah mendapatkan kekuatan yang dia but
"Mas bicara sama siapa?" tanya Bowo yang menatap heran pada Jaka berharap pemuda ini mau menjelaskan apa yang sedang membuatnya kaget.Bukannya menjawab, Jaka malah menggaruk tengkuknya lalu nyengir ke arah Bowo. "Bukan siapa-siapa," sahutnya lalu memutar wajahnya ke arah Bowo yang masih terpaku melihat kehadirannya siang hari itu. "Kenapa aneh gitu liat akunya?" tanya Jaka lalu memutar bola matanya ke arah Darma yang juga memasang wajah yang sama dengan Bowo. "Kamu juga,""Mas, aku seneng banget Mas akhrinya kembali. Pabrik sepi kalau nggak ada Mas," Bowo lalu memeluk Jaka dengan hangat.Jaka tidak menolak pelukan itu, dia justru senang dengan sambutan Bowo yang tidak dia sangka akan sehangat ini.Mereka bertiga lalu duduk di kursi di depan rumah Bowo sambil Jaka menceritakan kemana dia beberapa minggu belakangan ini. Rasa senang dirasakan bowo mendengar cerita Jaka yang terdengar begitu bersemangat seakan pria yang tadinya banyak mengeluh ini telah terlahir kembali menjadi pria yang
"Lari!" teriak Gunawan tapi terlambat karena tubuh Jaka kini sudah tidak bisa bergerak."Siapa kamu?" teriak Jaka yang terus meronta berharap bisa lepas dari sosok merah yang sangat menakutkan ini. "Lepaskan aku!" Jaka terus menggerakkan kakinya agar bisa segera pergi tapi terlambat.Dua mobil polisi terlihat mendekati rumah milik Irawan dan berhenti tepat di depan rumah polisi muda itu.Jangan bergerak!Perintah itu membuat Jaka terbelalak. Dia benar-benar tidak menyangka jika apa yang dikatakan Gunawan barusan benar adanya.Ini jebakan!Dengan hati yang remuk Jaka akhirnya hanya bisa mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu tertelungkup sesaat setelah dua polisi mendekatinya. Tubuh Jaka kemudian digeledah sebelum akhirnya dua tangannya diborgol di belakang dan baru setelah dianggap aman polisi itu membantunya bangkit dan digiring ke atas mobil polisi berwarna dasar putih dengan garis-garis biru tua.Setelah perjalanan lebih dari sepuluh menit, Jaka akhirnya digiring masuk ke dalam k
"Hah! Kenapa kalian jadi kikuk?" tanya Jaka lalu berdiri dari kursinya dengan bertolak pinggang. "Kalian salah tangkap, kan?"Polisi itu lalu saling pandang kemudian salah satu dari mereka mendorong bahu Jaka kuat-kuat hingga pemuda tegap itu terjatuh dari tempatnya berdiri saat ini.Aduh!Jaka berteriak kesakitan karena dorongan polisi itu lalu menatap mata polisi yang mendorongnya dengan kesal."Ada apa ini?" tanya Irawan yang melangkah masuk ke dalam ruangan dengan seragam kebesaran yang selama ini dia sombongkan. "Kalian sedang apa? Kenapa dia ada di lantai?" tanya Irawan lalu berdiri dengan sombongnya di depan Jaka yang belum bangkit dari tempatnya terjerembab. "Dia melawan kalian, kan? Dia memang tukang bikin onari!""Jangan asal bicara kamu, Irawan. Aku tidak mungkin melawan polisi! Aku tidak begitu!" teriak Jaka dengan begitu marah."Oh! Baiklah!" Irawan lalu meraih bahu kedua polisi itu lalu berbisik-bisik seperti sedang mendiskusikan sesuatu. "Kalau begitu kita masukkan dia
Red berdiri di depan Jaka dengan wajah yang menyeramkan tapi kali ini Jaka sama sekali tidak merasa takut pada sosok ini, dia yakin jika sosok ini justru akan menolongnya dan saat itulah Irawan akan kalah darinya.Keyakinan itu semakin memuncak saat Red terus saja mengungkap kalau Irawan telah melanggar perjanjian pesugihan yang mereka buat diawal hingga sosok menyeramkan ini sudah tidak mau lagi melayani Irawan yang tidak membayar janjinya untuk tumbal selanjutnya yaitu Jaka."Jadi kalau aku tidak mati maka sama saja dengan Irawan tidak membayar janjinya padamu?" tanya Jaka memastikan."Ya, itu yang aku sesalkan. Padahal selama ini kerjasama kami baik-baik saja. Tapi kenapa dia tidak berusaha membunuhmu," kesal Red sekali lagi.Jaka tersenyum sinis, dia tau Irawan tentu tidak akan mudah membunuhnya karena sepupunya itu tau kekuatannya."Sekarang aku tidak mau lagi bekerja dengannya," kesal Red lalu pamit pada Jaka karena dia merasa sudah terlalu lama berada di tempat ini.Jaka mengij
"Apa mungkin dia jujur?" tanya Dumadi pada Red yang masih memandangi wajah Irawan yang terus mengiba."Entah!" jawab Red lalu membuang wajahnya jauh dari tatapan mata polisi muda itu. "Dia mungkin berbohong, tapi aku tidak mau melihat wajahnya,"Dumadi lalu mengikuti langkah Red yang menjauh dari Irawan sedang polisi tegap itu masih saja mengiba di lantai dengan posisi yang masih merendah.Keduanya memasuki lagi sel tempat Jaka berada lalu duduk di samping Jaka yang sempat tidak menyadari keberadaan mereka. "Eh!" Jaka memperbaiki posisi duduknya lalu menoleh ke arah Red dan Dumadi yang duduk berjejer bersandar tembok sama dengannya. "Kalian kembali?" tanya Jaka dengan wajahnya yang polos. "Apa yang membuat wajah kalian seperti itu? Dia mengaku kalau dia pelakunya?""Tidak! Tentu saja tidak! Mana mungkin maling ngaku maling," timpa Dumadi lalu menatap lagi Red yang masih diam membantu di sel tempat Jaka ditahan."Lalu apa?" tanya Jaka mulai penasaran."Red, jangan percaya pada pemboho
"Aku akan mengalahkan Jaka!" tegas Red dengan matanya yang merah. "Dia akan aku musnahkan saat dia sedang tidak siap!""Wow!" Irawan tersenyum senang mendengar apa yang baru saja dikatakan sosok menakutkan ini. Entah apa yang membuat Red memutuskan hal itu tapi sungguh jawaban itu adalah semua yang ditunggu oleh polisi muda nan licik ini.Setelah mendengar perkataan Red, Irawan sengaja tidak melajutkan perbincangan ini. Dia tidak mau Red berubah pikiran terlebih karena dia tau sebenarnya masih ada kemungkinan bagi Red untuk berubah.Polisi muda itu lalu kembali ke rumahnya dan membereskan ruanga sesajennya sambil menunggu kabar dari sosok yang berjanji akan memusnahkan Jaka yang semakin perkasa itu. "Kamu menunggu seseorang?" tanya Marni, pelayan di rumah Irawan saat majikannya itu tidak kunjung beranjak dari ruangan bercahaya remang-remang itu."Aku menunggu tamuku," sahut Irawan masih tetap duduk di lantai menghadap meja sesajennya."Karena sudah malam saya pamit tidur, ya, Pak,"
Sial! Teriakan itu lantang terdengar saat Irawan akhirnya tiba di kantornya dan berjalan cepat memasuki sel tempat Jaka berada. "Cepat bawa pria menyebalkan itu kemari!" "Siapa?" tanya polisi yang berada di meja jaga pagi itu."Siapa? Bukankah yang aku bui cuma satu orang?" tanya Irawan begitu marah.Polisi itu diam saja dan sedetik kemudian memutar wajahnya ke ara pintu menuju sel tempat Jaka kemarin bermalam. "Tidak ada siapapun di dalam penjara, Pak,"Hah!Irawan mempercepat langkahnya memasuki sel tempat Jaka ditahan lalu menyadari kalau apa yang dikatakan bawahannya itu benar adanya.Sel tahanan kosong dan tidak ada siapapun di sana bahkan polisi penjaga. Tentu Irawan jadi panik dibuatnya dan matanya semakin cekung karena belum juga berhasil membayar tumbal untuk semua keinginannya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang!" Irawan menendang tralis di depannya kemudian memutar badannya kembali ke ruang kerjanya.Saat tiba di ruang kerja dia bertemu polisi yang kemarin dimintanya me