Berarti Mama tidak mengetahuinya, batinnya sedikit bersyukur. Dia cuma ingin menggugurkan kandungan Sica, tapi tak menyangka efek obat yang diberikannya terlalu keras sehingga membuat cacat rahimnya. Pemuda itu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan hatinya.
Diperhatikannya sang ibu yang tengah terbaring tak berdaya. Tatapannya tampak sayu. Bagian bawah matanya tampak sembab akibat kebanyakan menangis. Masker oksigen masih dipasang di wajahnya untuk mempertahankan kestabilan pernapasan wanita itu.
Apa yang sekarang bisa kulakukan untuk mendamaikan ibu dan gadis yang kucintai? pikir Tommy kalut. Bagaimanapun juga peristiwa naas itu sudah terjadi lama sekali, tujuh tahun yang lalu. Mama memang bersalah. Tapi tujuannya adalah untuk melindungi diriku. Aku sendiri terlalu pengecut untuk menen
“Lalu bagaimana ceritanya sampai Suster Nilam bisa dipercaya merawat Tante Wanda selama setengah tahun ini?” “Ketika saya bersama perwakilan dari yayasan datang ke rumah beliau bersama tiga rekan sesama suster untuk diwawancara, Bu Wanda menanyakan latar belakang kami masing-masing. Saya dengan jujur menceritakan masa lalu saya yang pernah dihukum penjara selama delapan tahun akibat membunuh seorang pria hidung belang….” Jessica tersentak mendengar pengakuan perempuan yang selama ini menjadi kaki tangan Wanda itu. Ia hampir tak mempercayai pendengarannya kalau saja tak dilihatnya Suster Nilam mengangguk memastikan kebenaran ceritanya. Perempuan itu kembali melanjutkan kisahnya dengan sinar mata berapi-api, “Laki-laki itu adalah teta
Tiba-tiba seorang perawat rumah sakit menyeruak masuk dengan tergesa-gesa. Ia berkata dengan terbata-bata, “Ma…maaf, Nona Jessica. Saya diminta tolong oleh Bapak Tommy untuk melihat apakah Nona sudah sadar. Karena kondisi Bu Wanda sedang…sedang gawat sekarang….”Jessica segera melompat turun dari atas pembaringan. Ia berlari keluar dari bilik UGD diikuti oleh Suster Nilam menuju ke ruang ICU tempat Wanda dirawat. Ya Tuhan, semoga aku masih sempat menemuinya! pekik gadis itu berdoa dalam hati.***“Hikaaa…,” ucap Wanda semampunya begitu gadis yang dinanti-nantikannya muncul di hadapannya. Masker oksigen yang menutupi hidung dan mulut ibu tiri Tommy itu sudah dilepas supaya dia bisa berbicara di saat-saat terakhirnya.
Tiba-tiba seorang pria berpakaian seragam dokter dan dua orang perawat menghambur masuk. Mereka memeriksa keadaan Wanda. Beberapa saat kemudian sang dokter menggelengkan kepalanya. Ia mendesah pelan.“Pasien berpulang tepat pukul 23.55,” ujarnya singkat. Terdengar isak tangis Suster Nilam yang begitu memilukan. Sementara Tommy memeluk Jessica yang tertegun menatap jasad Wanda yang sudah tak bernyawa.Dia sudah pergi untuk selamanya, batin gadis itu pedih. Pergi membawa semua luka yang terpendam dalam hatiku. Sekaligus meninggalkan amanah yang luar biasa sulit untuk kupenuhi….***Jenazah Wanda disemayamkan di ruang jenazah yang megah di kota Surabaya. Banyak orang penting datang melayat, baik itu pejabat, pengusaha, maupun kaum sosialita negeri ini. Mereka menunju
Gadis kota secantik ini mau berteman denganku? batinnya tak percaya. Aku hanyalah seorang perempuan desa yang pernah dipenjara. Apa istimewanya menjalin pertemanan dengan Nilam, mantan narapidana sebuah kasus pembunuhan?Jessica yang menyaksikan keragu-raguan Suster Nilam segera mengeluarkan ponselnya. “Nomor HP Suster Nilam 081…,” pancingnya seraya mengetikkan ketiga angka itu di depan mantan perawat Wanda tersebut.Mau tak mau sang suster menuruti permintaan gadis cerdik itu. “Bukan 081, Non. Tapi 08…,” katanya memberitahu nomor ponselnya. Jessica segera mengetik nomor itu dan meneleponnya guna memastikan nomor itu benar adanya.Terdengar suara ponsel berbunyi. Suster Nilam segera mengeluakan alat komunik
Keesokkan paginya ketika Jessica sudah berada di kantor, Moses meneleponnya. “Nanti sekitar jam 12 siang kujemput kamu di kantor. Aku mau mentraktir makan siang. Tadi ada telepon dari broker properti kantor lain mengajukan penawaran atas kavling tanah yang udah lama kupegang dan nggak laku-laku. Waktu kusampaikan harga yang diajukan calon pembeli pada pemilik tanah, dia kedengarannya senang sekali. Cuma menaikkan harga sedikit di atas penawaran yang diajukan. Feeling-ku tanah ini bakal laku hari ini,” kata laki-laki itu penuh percaya diri.Jessica tersenyum lebar. Begitulah sahabatnya ini kalau bekerja. Sangat percaya diri. Namun firasatnya berkali-kali terbukti. Properti-properti yang lama tidak laku memang kadangkala terjual secara tak disangka-sangka.“Traktirannya nunggu kalau udah transaksi a
Dipelototinya Moses. “Kamu…kamu sengaja?” tanyanya geram. Laki-laki yang sedang menyetir itu nyengir sambil mengangguk. “Buat balas dendam.” “Balas dendam apa?” tanya si gadis tak mengerti. Tiba-tiba mobil Rush yang dikemudikan Tommy berhenti di depan sebuah rumah mungil bercat putih dengan satu lantai di sebuah komplek perumahan baru. Laki-laki itu tersenyum puas melihat bangunan model minimalis itu. Ia berkata dengan ceria, “Kita sudah sampai, Cantik.” “Kamu belum menjawab pertanyaanku, Ses,” sahut Jessica sebal. Dia tak senang ucapannya tidak diindahkan. “Pertanyaan yang mana, sih?” balas laki-laki itu seraya berpaling pada gadis itu dengan raut wajah be
Dibukanya gembok pagar. Lalu didorongnya sedikit hingga menyisakan ruang kosong yang cukup untuk dilewatinya bersama Jessica.Gadis itu menurut saja diajak masuk ke halaman. Dirinya diam saja melihat Moses mengunci gembok itu kembali. Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah masuk ke dalam rumah mungil bernuansa serba putih itu.“Rumah ini memang kecil, Jess. Ukuran kavlingnya cuma sembilan kali lima belas meter. Tapi cukup buat tempat tinggal kita berdua kalau sudah menikah nanti,” kata laki-laki itu menjelaskan.Kepala Jessica tiba-tiba terasa pening. Menikah dengan Moses? Alangkah bahagianya diriku kalau hal itu sampai terjadi! batinnya pedih. Ingatannya kembali pada peristiwa saat dirinya berjanji akan menjaga Tommy di hadapan
Lelaki di depannya termenung sesaat. Kemudian keluar pertanyaan penting dari mulutnya, “Lalu bagaimana dengan Tommy? Seharusnya dia juga tidak boleh menghubungimu selama dua bulan ke depan,” selorohnya meminta keadilan. Gadis di depannya mengangguk. “Aku juga akan memberlakukan hal yang sama untuk Tommy. Dua bulan tanpa telepon, sms, chat WA, email, apalagi ketemuan. Dia pasti tidak keberatan.” “Bagaimana kau tahu?” tanya Moses penasaran. “Karena Tommy sering menuruti apa yang kukatakan.” “Dia takut padamu ya, Jess?” ejek laki-laki itu mencibir. “Tidak seperti aku yang bandel ini.” &n