Iskha sampai di rumahnya saat matahari sudah membuat bayangan yang panjang. Ia merasa penat walau hanya menjadi pemandu sorak di pinggir lapangan bersama dengan cewek-cewek yang lain. Kekagumannya kepada Arief sebenarnya sudah lama ia rasakan semenjak pertama kali MOS. Ada peristiwa yang membuat menyukainya. Saat itu ketika ada tugas, dia selalu payah. Membuat papan nama dari daun pisang, membawa gambar pahlawan, bahkan juga merangkum secara bebas salah satu program acara televisi. Tugas aneh-aneh itu biasa didapatkan anak-anak baru, meskipun ada peraturan yang melarangnya hanya saja sebagian merasa masa bodoh dengan itu semua. Toh, yang penting tidak ada kekerasan fisik dalam acara orientasi. Tugas-tugas nyeleneh dan berat memang telah menjadi sarapan bagi anak-anak baru, bahkan orangtua mereka mewanti-wanti agar tidak kaget ketika mengikuti masa orientasi ini.
Iskha terlambat bangun pagi itu, dia benar-benar terlambat bangun. Siswa baru harus datang jam 6.30 lengkap dengan
“Sebelum kita belajar matematika, ada yang ingin aku sampaikan seputar pelajaran ini. Pertama, matematika itu bukan momok yang harus ditakuti karena mau tak mau kita akan bertemu dengan pelajaran ini. Kedua, setiap yang kita pelajari di dalam matematika sebenarnya bermanfaat tetapi kita belum menyadarinya. Ibaratnya kita seperti diberikan sebuah alat, tahu cara menggunakannya tapi tak tahu fungsinya untuk apa. Seperti ini, kita tahu stetoskop yang biasa digunakan dokter itu digunakan untuk memeriksa detak jantung bukan? Tetapi kita hanya tahu cara mengoperasikannya karena kita melihat langsung dokter yang memakai dan menggunakannya. Kita juga tahu cara menaruhnya di leher kita, tetapi apakah kita tahu fungsi yang sebenarnya?” jelas Kayla.Iskha yang mendengarkan dengan seksama mulai manggut-manggut. Dia merasa apa yang dikatakan temannya itu ada benarnya.“Kalau seorang dokter ia bisa mendeteksi tentang penyakit yang diderita pasiennya dengan menempel
Belajar bersama memang menyenangkan. Iskha mendapatkan ilmu-ilmu baru dari Kayla. Kayla memberikan berbagai macam cara-cara untuk bisa menyelesaikan persoalan matematika dengan cepat. Bahkan mungkin Iskha tak pernah tahu sebelumnya cara-cara seperti itu. Intinya anak itu benar-benar cerdas. Pengetahuannya sangat banyak dan tidak pernah dibayangkan sebelumnya kalau si murid baru ini benar-benar cerdas. Bahkan Iskha sangsi kalau Arief lebih pintar darinya. Arief memang pintar di kelas, tetapi Kayla ini seperti memiliki wawasan yang lebih. Besok ada pelajaran matematika dan dia ingin melihat kemampuan Kayla. Hanya saja ketika Kayla menjelaskan kepadanya tentang persoalan-persoalan yang sulit di pelajaran ini membuat Iskha sudah faham kalau Kayla benar-benar lebih pintar dari Arief.“Ngomong-ngomong besok olahraga bukan?” tanya Kayla.“Iya, kamu sudah punya bajunya?” tanya Iskha balik.Kayla mengangguk. “Sudah, tadi Bu Rina member
Hujan deras terjadi di bulan November. Ingin sekali waktu itu Iskha segera pulang, tetapi hujan menghentikannya di halte tempat ia biasa menyegat angkot. Dia masih SMP waktu itu. Bosan menunggu sudah pasti, apalagi di hujan seperti ini angkot-angkot jarang ada yang mau mengambil penumpang. Tak habis pikir juga memang kenapa mereka melakukannya. Akhirnya seorang anak SMP termenung di pinggir jalan menanti-nati kendaraan tersebut tanpa pernah tahu kapan akan tiba di halte. Meskipun kendaraan beroda empat itu tidak datang, ada sesuatu yang menarik. Seorang anak perempuan menganyuh sepeda mini berkeranjang terlihat dari kejauhan. Tak berapa lama kemudian dia pun berhenti di depan halte. Saat wajahnya menoleh ke Iskha barulah perempuan itu mengenalinya.“Saphira?!” seru Iskha sambil terkejut. “Ngapain kamu hujan-hujan ke sini sambil naik sepeda?”“Jemput kamu dodol!” ujarnya. “Nih, jas hujan. Pake gih, trus naik di boncengan.&
“Assalaamua’alaykum,” salam Saphira dan Iskha bersamaan ketika masuk ke dalam rumah.“Wa’alaykumsalam. Eh, ada tamu!” seru mamanya Iskha. “Apa kabar Saphira?!”Saphira segera mencium tangan orangtua Iskha, lalu diapun dipeluknya.“Lama nggak ketemu, gimana sekarang? Sekolah di mana?” tanya wanita itu lagi.“Di SMP Pawyatan Daha, tante,” jawab Saphira.“Oh, nggak bareng sama Faiz?” tanya mamanya Iskha.Saphira menggeleng.“Ma, minta jeruk anget dua dong. Kedinginan nih!” keluh Iskha yang sudah masuk kamar.“Oh, sebentar! Duduk dulu! Tante bikinin minum,” ucap mamanya Iskha.“Makasih tan,” ucap Saphira. Ia lalu duduk di sofa yang empuk sambil menyandarkan tubuhya.Selama dua menit Saphira bengong melihat isi ruang tamu. Dia melirik ke sana ke sini, menoleh kiri dan kanan. Dia meli
“Kapan kamu berangkat?” tanya Iskha.“Bulan depan. Jadi aku akan sekolah di sana juga,” jawab Saphira.“Kalau gitu, aku ingin satu bulan ini kita habiskan waktu bersama, sepuas-puasnya,” ucap Iskha. “Kumohon. Aku tak ingin menyesal berpisah denganmu.”Saphira mengangguk. “Iya, aku ingin menghabiskan waktu bersama-sama denganmu sebelum pergi.”Keduanya masih berpelukan, sementara hujan di luar sudah mulai mereda. Terdengar hanya rintik-rintik rapat yang masih saja membuat dedaunan basah. Air genangan masih nampak, sungai-sungai masih terlihat deras membawa air hujan. Suara binatang penyuka hujan terdengar riuh riang. Mereka senang dengan tumpahnya hujan hari ini. Namun tidak bagi dua sahabat yang akan berpisah.Sebulan. Hanya butuh waktu sebulan bagi mereka untuk bisa bersama. Maka Iskha dan Saphira menghabiskan waktu mereka dengan sebaik-baiknya. Hingga akhirnya sampailah mereka ke hari di
Kayla mendengarkan cerita Iskha dengan seksama. Sepertinya ia bisa memahami bagaimana perasaan temannya itu saat ini. Kesepian, kehilangan sedangkan tak ada yang bisa menggantikan Saphira di dalam hidupnya. Kayla mengerti kalau Iskha merindukan suasana saat mereka bersama. Andainya ia bisa membantu Iskha dalam hal ini, tetapi tak ada yang bisa dilakukannya. Hari itu Kayla menjadi tempat curhatan Iskha untuk pertama kalinya, betapa merananya dia tanpa Saphira. Seharusnya Faiz bisa menjadi temannya tetapi entah apa yang terjadi dengan anak itu sehingga mereka tidak lagi menjadi dekat.Keesokan harinya aktivitas sekolah kembali seperti biasa. Ini hari Jum’at. Waktu jam pelajaran cukup singkat karena akan terpotong aktivitas ibadah salat Jum’at. Sekolah tempat Kayla belajar juga memiliki masjid yang lumayan besar bisa menampung murid-murid yang beragama Islam. Pagi harinya ketika bel jam pelajaran dimulai semua murid langsung ke lapangan untuk mengikuti pelajaran olah
Sementara itu Faiz berkumpul lagi bersama teman-temannya. Melihat Faiz sendirian tanpa Iskha membuat Kayla bertanya-tanya kemana sahabatnya itu pergi? Lusi juga keheranan.“Faiz!? Kemana Iskha?” tanya Lusi.“Tauk,” jawab Faiz sambil mengangkat bahunya.“Lha? Tadi dia ngejar kamu bukan?” lanjut Lusi.“Iya, tapi dia sama Arief, nggak tahu ngapain. Lagi pacaran kali,” ucap Faiz dengan dingin.“Nggak lucu tauk!” ucap Lusi sewot.“Dibilangin, cari aja sendiri sanah!” ujar Faiz sambil membuat isyarat seperti mengusir temannya.Kayla mendengus kesal. “Dasar bego!” katanya. Dia langsung berbalik meninggalkan Faiz dan Lusi. Lusi yang melihat tingkah Kayla keheranan, akhirnya ia pun mengikutinya.Faiz mengernyit. Baru kali ini dia dibilang bego ama orang lain. Orang itu ternyata Kayla seorang murid baru yang ia sendiri belum begitu mengenalnya. Tetapi mel
Tak perlu ditanya lagi tentang Faiz yang memenangkan lomba lari estafet. Larinya seperti alap-alap, cepat dan gesit. Kelompoknya memenangkan lomba lari estafet di mata pelajaran Penjaskes. Tak ada yang perlu dibuat heran dengan itu. Semuanya juga bakal mengira Faiz bakalan menang. Dia memang terkenal pelari cepat mengalahkan semua siswa sekelasnya, bahkan mungkin juga semua siswa di sekolah.Setelah berganti baju dengan seragam pramuka, murid-murid kelas XI-3 memasuki jam istirahat. Sebagian di antaranya pergi ke kantin seperti Iskha dan kawan-kawan. Mereka mengisi perut mereka dengan semangkok bakso. Suasana kantin riuh dengan banyak siswa yang mengantri untuk mendapatkan menu spesial. Lain Iskha lain halnya dengan Arief. Ia masih berada di depan cermin di dalam kamar ganti memandangi tubuhnya yang tubuh bagian bawahnya tak memakai apapun. Saat itulah Faiz baru selesai ganti baju kemudian memakai wastafel yang ada di sebelahnya.“Kau menceritakan tentang hubunga