Anjas baru saja berbincang dengan sekuriti di tempatnya menginap. Dia menanyakan tempat sarapan yang reccomended, persis sama dengan apa yang dilakukan Anye tanpa ia ketahui.Tiba-tiba saja terdengar kegaduhan dari arah gerbang utama. Sebuah mobil SUV menabrak salah satu sisi gerbang, rupanya terjadi kecelakaan tunggal yang disebabkan pengemudi mengendarai mobilnya dalam keadaan mengantuk."Pak Adinagara menabrak gerbang, sepertinya mengemudi sambil mengantuk menuju rumahnya," lapor salah satu sekuriti yang ikut menyambangi korban."Di bawa ke rumah sakit atau ke rumahnya?" tanya Nuril--sekuriti yang tadinya sedang berbincang bersama Anjas. "Minta dibawa pulang ke rumah saja katanya, makanya gue mau pinjam mobil sama bos," ujar sang sekuriti yang Anjas ketahui bernama Anang dari nametag yang tersemat di seragamnya."Pakai mobil saya saja, Mas Anang! Saya juga mau keluar. Bisa sekalian kita sama-sama," ujar Anjas sembari memberikan kunci pajero sportnya."Tengkyu banget, Mas Anjas!
Sejak bertemu Widuri, Rosana tak dapat menutupi kekecewaan atas apa yang pernah dilakukan oleh Lukman di belakangnya pada masa lalu.Hya, masa lalu.But still, perihnya tak terkira kala tirai itu tersibak dan memaparkan kejadian yang tak pernah disangka-sangka dalam perjalanan hidupnya yang bak sempurna, Rosana tak sekuat itu untuk langsung mengabaikannya.Rosana tidur lebih awal dan lebih banyak diam. Tak ada sapaan pada Lukman, ia memilih untuk menghindar berada di satu ruangan yang sama dengan sang suami yang perlahan mulai menyadari perubahan sikap sang istri."Apa hanya perasaanku? Semoga saja aku salah, Aku merasa kau menghindar dariku, Na? Apa aku melakukan kesalahan padamu? Bicaralah, aku tidak bisa membaca pikiran dan menebak isi hati. Aku hanya bisa merasa kalau ada yang tidak sedang baik-baik saja.Anjas sudah mengatakan di mana Anye berada, aku rasa juga tak begitu perlu untuk mengetahui alasan dia meninggalkan Bagaskara Group.Dia dan Mita bebas mau melakukan apa pun,
Mobil Anjas tepat berada di belakang mobil Revan kala keduanya memasuki gerbang perumahan elit tempat kediaman mereka berada.Revan membelokkan mobilnya memasuki pekarangan sementara Anjas memarkir kendaraannya tepat di depan rumah ibu sang kekasih.Anjas bisa melihat gadisnya berlari ke arahnya dengan tatapan cemas."Bagaimana keadaan Om Adi sekarang, Mas?" tanya Anye. Dia menjadi familiar dengan sosok itu karena Amira dan Herman bercerita banyak tentang sosok putranya itu kepada Anye sembari berharap sepupu angkat Anye yang diceritakan gadis itu adalah cucu mereka yang hilang dua puluh lima tahun lalu."Alhamdulillah tidak sampai parah, syukurlah tidak ada kendaraan lain atau orang lain yang ikut jadi korban. Pak Adinagara sepertinya ngantuk berat, makanya sampai menabrak gerbang utama." Anjas menjelaskan semampunya."Kamu sudah ketemu langsung sama Om Adi?" cecar Anye sembari meminta Anjas untuk duduk dulu di kursi teras rumah maminya. Dia bermaksud mempertemukan maminya dengan A
Herman sangat takjub kala matanya memindai sosok Anjas yang berdiri tegak di sisi Anyelir."Dia begitu mirip Adinagara di masa mudanya dulu. Lihatlah foto-foto itu. Lihat foto Adinagara saat ia berusia dua puluh lima tahun." Anjas dan Anyelir tak kalah takjub kala melihat foto-foto Adinagara muda yang tertata rapi di antara foto keluarga.Amira yang ikut bergabung spontan melafadzkan tasbih dan menahan diri sekuat tenaga agar tidak menangis haru di depan dua anak muda yang sedang tekun memperhatikan foto yang terpajang satu demi satu."Anyelir, jadi ini kah anak muda bernama Anjas yang kamu ceritakan kepada Oma dan Opa?" Amira mengonfirmasi. Anye mengangguk mantap sembari membawa Anjas mendekati wanita tua yang masih terlihat cantik di usianya yang telah memasuki kepala enam."Oma, saya Anjasmara calon suaminya Anyelir. Kami kemari karena hendak berpamitan. Saya akan membawa Anye untuk mengurusi beberapa urusan. Insyaa Allah kami akan datang kembali untuk mengunjungi Ibu Marisa--mami
"Mas, bantu pilihin juga ya, ntar aku salah pilih, yang ada bukannya hijab syar'i malah semakin meluber-luber seksinya berkedok hijab syar'i." Anjas mengangguk mengiyakan, ia memang bertekad memberikan panduan dalam memilih fashion yang sesuai dengan ketentuan yang semestinya. "Mas, kalau yang ini gimana? Bahannya adem, potongannya juga longgar, aplikasi renda dan brokatnya aku suka, manis minimalis, hijabnya juga panjang menutupi bokong." Anye menunjukkan satu stel gamis set berwarna lilac yang anggun seharga du4 jut4 tu7uh r4tus r18u rup14h. Anjas mengangguk setuju. "Kalau ini suka nggak?" Anjas menunjuk gamis berwarna navy. Anya mengerjap senang karena gamis yang ditunjukkan Anjas senada dengan outfit yang dikenakan calon suaminya itu."Suka banget, Mas. Bahannya juga adem, aku langsung pake aja kali ya, boleh kan?" Anye berputar-putar sembari melekatkan set gamis navy seharga l1m4 jut4 rup14h itu ke tubuhnya. "Good idea, beli lagi Nye ... ambil lagi setidaknya tujuh stel, ja
Andre kesal bukan main mendengar pertanyaan asal bunyi dari mulut sohibnya mempertanyakan kenapa ia masih berada di kantor pada malam hari."Kamvreeddt, ini kan karena elu yang tetiba resign, jobdesc gue jadi di luar nurul begini, seabreg-abreg kek cucian kotor yang belom sempat gue antar ke laundry," omel Andre.Keduanya langsung cabut menuju apartemen Denis yang terletak tidak begitu jauh dari Bagaskara Group Building."Yakin masih hapal passcodenya, Nye?" tanya Anjas."Iya, Mas ... semoga belum diganti deh, kalau sudah berubah ya ntar Nye telpon minta bukain ajalah." Anye kembali melakukan touch up sebelum turun dari mobil. "Jangan terlalu cantik, Nye. Mas cemburu!" titah Anjas yang wajahnya sudah ditekuk tanda tak rela.Keduanya lalu memasuki lobi dan menuju lift.Anye menekan angka lima dan berdiri tegang di sisi Anjas yang menyadari betapa gugupnya sang calon istri."Doakan semuanya lancar ya, Mas ... jujur aku merasa agak kurang nyaman, tapi ya mau bagaimana lagi. Aku in
Anye segera dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat. Anjas selalu setia mendampingi calon istrinya dan tak lupa menghubungi Arya untuk mengabarkan kondisi Anye. Arya tiba secepatnya ke tempat yang diberitahukan oleh Anjas. Kini keduanya sama-sama bergeming menanti kelanjutan kabar nasib orang yang mereka cintai."Pasien akan kita pindahkan ke ruang ICU, siapa di sini yang akan bertanggungjawab terkait administrasi dan lainnya?""Saya!""Saya!""Anye itu putri Om, Jas ... biar Om yang menanggung semua, lagi pula pengendara g1l4 yang melanggar putri Om sudah diringkus, Om tidak akan dengan mudah melepaskannya. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anye putri Om satu-satunya, jantung hati Om!" Arya menegaskan posisinya pada sang calon menantu. Anjas mengangguk patuh."Kau berhutang penjelasan pada Om, apa yang kalian lakukan di apartemen itu? Kenapa Anye bisa mengalami kecelakaan yang membuat dia tak sadarkan diri di ICU saat ini?"Anjas menjelaskan dengan detail awal mula ke
Anjas dan Arya saling menatap sarat kepedihan."Apakah memang tidak dapat dipertahankan saja? Aku khawatir Anyelir shock saat ia siuman nanti." Arya mencoba untuk bernegosiasi."Terlalu beresiko, Pak. Kami hanya ingin mengusahakan yang terbaik untuk keselamatan putri anda." Seorang dokter mencoba memberikan penjelasan pada Arya terkait sebelah kaki Anye yang memang tak dapat diselamatkan. "Segera nikahkan kami, Om, agar aku dapat turut merawat Anyelir," pinta Anjas. "Bagaimana kalau bertunangan saja dulu, Jas?" tawar Arya. Cepat Anjas menggeleng dengan tegas."Sebagai tunangan Anye aku belum halal untuk menyentuhnya, sementara ia sedang sakit, ia pasti membutuhkanku sebagai kakinya, tangannya, matanya dan segala yang ada pada dirinya.Tolong, OmKumohon mengertilah, Anye akan lebih cepat pulih dibawah perawatanku. Aku akan selalu ada untuknya.Aku akan membawanya tinggal bersamaku. Siang malam akan kami lewati bersama, aku yakin ia akan lebih bahagia kala mendapatiku saat membuka