Selepas makan siang Ismail dan Musa memutuskan untuk sholat Dhuhur berjamaah, mereka jalan beriringan.Di tangan Musa kini sudah ada map coklat milik Jasmin. Sesekali mereka bercanda layaknya teman lama yang baru saja bertemu. Usai sholat Dzuhur Musa berpamitan kepada Ismail, karena dirinya juga harus bekerja.
" Mail... Sepertinya aku harus pulang, nanti sore biar anak saya mengantarkan CV untuk anak mantu ku " ucapnya tersenyum
" Aku tunggu, " jawab Ismail
" Sampaikan terimakasih aku kepada anak dan istri mu " Musa mengulurkan tangannya,dengan senang hati Ismail berjabat tangan
" Itu hanya makan siang biasa " jawabnya tersenyum ramah
" Okelah... Kalau begitu aku pamit dulu Assalamualaikum " Musa mengangkat tangan kanannya keatas
" Wa'alaikumus salam, hati-hati " sahut Ismail yang hanya di angguki oleh sahabatnya yang kini sudah duduk di dalam mobil.
Di ruang kerja Ismail...
Jasmin dan ibunya usai sudah membereskan tempat yang tadi digunakan untuk makan siang bersama. Entah kenapa hati Jasmin merasa senang bisa bertemu dengan calon ayah mertuanya. Tidak sengaja Fatimah melihat tingkah laku putrinya yang tersenyum seraya mengelap meja yang tadi sempat di gunakan untuk menaruh makanan." Ehem !!! sepertinya ada yang sedang bahagia, ibu perhatikan kamu senyum-senyum terus nak " ucap Fatimah menghampiri putrinya, Jasmin yang mendengar penuturan ibunya pun menoleh ke arah Ibunya yang kini duduk di sofa.
" Bu ... sepertinya calon imam Jasmin tampan, lihat ayahnya saja tampan " ujar Jasmin seraya tersenyum duduk disisi ibunya.
" Hussst kamu nak, ada-ada saja. Nggak boleh bicara seperti itu " tegur Fatimah
" Ibu... Kan Jasmin cuma nebak saja " seloroh Jasmin
" Kalau calon imam mu nggak sesuai apa yang kamu bayangkan bagaimana ? pasti itu akan menimbulkan rasa kecewa, lebih baik kamu berdoa agar dia mampu menjadikan mu satu-satunya perempuan yang dia sayangi " nasihat Fatimah membuat Jasmin memeluk ibunya.
" Sayaaaang ibu " seru Jasmin
" Oh jadi ibu saja yang di sayang " sahut Ismail yang baru saja masuk
" Eh ayah. Nggak dong yah. Yah ... Om tadi kemana ? " tanya Jasmin, gelagatnya mencari sosok yang ia tanyakan.
" Oh ... Om Musa, dia pulang untuk memberi kabar kepada anaknya yang akan menjadi suami mu nak " jawabnya seraya duduk di kursi kebesarannya.
" Yah, sepertinya ada yang nggak sabar " goda Fatimah.
" Lebih cepat lebih baik bu " imbuh Ismail
" Ayah sama ibu suka sekali goda Jasmin " ucap Jasmin memainkan ponselnya dengan bibir manyun, membuat kedua orangtuanya tertawa kecil.
Di dalam mobil Musa menelepon putra sulungnya untuk memberitahukan bahwa dirinya harus mengirimkan CV ke alamat yang telah ayahnya kirimkan melalui pesan W******p nya.
" Oke siap bi " jawabnya dari telepon. Tak berselang lama Musa memutuskan sambungan telepon.
" Alhamdulillah, terimakasih Ya Rabb engkau telah memudahkan semua jalan " batin Musa sangat senang akan memiliki anak mantu yang memang sangat di idamkan. Kepintaran Jasmin dalam menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an memang Musa sudah ketahui sejak lama, disamping parasnya yang cantik Musa juga senang melihat Jasmin yang ramah dan menjaga auratnya. Maka dari itu, Musa memilih Jasmin untuk di jodohkan dengan putranya.
*****
Jasmin dan Fatimah berpamitan untuk pulang karena mereka belum melaksanakan sholat. Sebelum anak dan istrinya pulang, Ismail menyampaikan bahwa nanti akan ada seseorang mengantarkan CV kepada dirinya. Jasmin yang mendengar itupun hatinya berbunga-bunga, terlihat senyum bahagia dari wajah Jasmin. Setelah mendengar penuturan Ayahnya, Jasmin dan Fatimah berpamitan untuk pulang sebelum pulang mereka jalan menuju Mushola. Jasmin selalu menaruh mukena di dalam mobilnya untuk berjaga-jaga saat dirinya di luar rumah. Mereka sholat bergantian, Jasmin mempersilahkan ibunya untuk sholat lebih dulu.
Usai menunaikan shalat Jasmin menghampiri ibunya yang tengah duduk di depan Mushola menunggu dirinya.
" Ibu mari kita pulang " ajak Jasmin
Mereka jalan bersama menuju mobil, Jasmin menggandeng tangan ibunya yang kini sudah terlihat keriput. Di dalam perjalanan menuju pulang Jasmin melihat kedai Es Krim yang baru saja buka.
" Bu Jasmin mau beli itu yah " tunjuk nya ke arah depan.
" Ya sudah ibu juga mau nak " jawab Fatimah yang duduk di samping putrinya.
Jasmin menepikannya mobil yang ia kendarai, serasa sudah aman saat parkir, Jasmin dan Fatimah berjalan memasuki kedai, beberapa menu es krim Jasmin pesan. Tak lama pesanan pun datang dan siap untuk dilahap, namun sorot mata Jasmin terlihat iba ketika seorang ibu dan anaknya yang terlihat kumuh menoreh-noreh tempat sampah di depan kedai. Anak kecil itu terus melihat ke arah Jasmin yang hendak memakan es krim, membuat hati kecil Jasmin bergerak untuk membelikan dua es krim untuknya.
" Ibu tunggu disini ya " pamit Jasmin, Fatimah pun mengangguk pandangan Fatimah terus melihat kemana putrinya pergi, Jasmin pergi ke tempat pemesanan.
" Mba... agak cepat ya " pinta Jasmin ketika melihat anak kecil itu akan pergi karena tangannya di tarik paksa oleh ibunya.
" Ini pesanannya mba " ucap pegawai menyerahkan pesanan Jasmin.
" Ambil saja kembaliannya mba " jawab Jasmin, bergegas jalan keluar mencari sosok anak kecil yang ia cari. Dari kejauhan Jasmin melihat anak kecil dan seorang ibu yang ia maksud berada di sebrang jalan. Tanpa melihat kanan kiri Jasmin menyebrang jalan.
" Ciiittt !! " suara rem mobil yang ada di depan Jasmin, reflek Jasmin mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya. Jantung Jasmin bergetar hebat karena ia ceroboh tidak merhatikan keselamatannya. Seseorang yang berada dalam mobil keluar.
" Apa kamu baik-baik saja ?" tanyanya, Jasmin mengangguk tanpa melihat wajah yang kini menghampirinya.
" Terimakasih " jawab Jasmin hendak melanjutkan jalannya, kecerobohan kembali diulang oleh Jasmin. Laki-laki tersebut menghalangi jalan Jasmin karena ia sadar ada motor yang melaju kencang dari arah belakang.
" Terimakasih " ucap Jasmin yang tepat berada di belakangnya.
" Mari saya antar " Laki-laki tersebut membantu Jasmin untuk menyebrang, Jasmin berjalan tepat di belakangnya. Ketika sudah menyebrangi jalan, Jasmin berjalan dengan setengah berlari menghampiri ibu dan anaknya. Ia menghiraukan orang yang telah membantunya. Laki-laki itu melihat Jasmin dari kejauhan, seutas senyum terlihat di wajahnya.
" Dek ini untuk mu" ucap Jasmin berjongkok
" Ahh tidak usah nak " tolak si ibu
" Saya sudah berniat membelikan ini untuk anak ibu, waktu ibu berada di sebrang sana " Jasmin menunjuk ke arah kedai
" Jadi, makanlah " imbuh Jasmin, anak kecil itupun nampak senang dengan pemberian Jasmin. Sebelum pergi, Jasmin memberikan beberapa lembar uang untuk ibu yang berprofesi sebagai pemulung tersebut.
Laki-laki itu kembali membantu Jasmin menyebrangi jalan dan merelakan mobilnya berhenti di tengah jalan." Terimakasih " ucap Jasmin menunduk" Sama-sama " jawabnya, ia pun langsung berjalan menuju mobilnya." Sebenarnya siapa dia ?" batin Jasmin melihat sosok laki-laki tersebut yang berjalan membelakanginya.Jasmin pun memutuskan untuk kembali ke dalam kedai, ia menghampiri ibunya yang sudah menghabiskan es krim pesanannya. Pandangan Jasmin melihat es krim miliknya yang sebagian sudah mencair. Jasmin duduk dan mulai menghabiskan es krimnya. Setelah menghabiskan es krim, Jasmin dan Fatimah kembali melanjutkan perjalanan yang hanya beberapa menit sampai rumah.Setibanya di rumah Jasmin mengejar ibunya yang sudah duluan masuk ke dalam rumah." Bu ... Sebentar lagi kan bulan puasa, Jasmin boleh belajar sesuatu dari ibu ?" tanyanya sambil mengatur napas" Boleh, belajar apa nak ?" Fatimah berbalik tanya seraya meletakkan tempat makan yang
" Eh ...Ibu " Jasmin menoleh melihat ibunya yang kini tengah berdiri di depan pintu, Fatimah melangkah masuk menghampiri putrinya yang dia ketahui sedang membuka map milik calon imamnya." Ini milik calon imam Jasmin bu, apakah ibu ingin melihatnya ?" Jasmin tersenyum seraya melihatkan isi coretan dalam kertas tersebut, Fatimah menyadari adanya kesalahan dari CV itu yang tidak menyertakan sebuah foto." Nak apa ada fotonya ?" tanya Fatimah, Jasmin menggelengkan kepalanya. Fatimah berusaha mencari keberadaan foto yang biasanya terlampir." Rupanya disini " ucap Fatimah menemukan selembar foto yang ukurannya tidak terlalu besar. Jasmin merasa pernah melihat wajah yang ada didalam foto." Sepertinya Jasmin pernah bertemu dengan orang ini, tapi dimana ya ?" Jasmin kembali mengingat namun, ia belum bisa mencari jawaban dimana ia bertemu." Nanti juga bertemu sayang, sudah yuk sekarang waktunya untuk makan. Kasian ayah sudah menunggu " ajak ibunya seraya
Malam ini adalah malam pertemuan yang paling berkesan untuk dua keluarga, meski harus ada rasa canggung namun hati Jasmin tidak bisa berbohong bahwa dirinya sangat senang akan segera menikah. Pukul sembilan malam keluarga dari mempelai pria dan beberapa tamu lainnya berpamitan untuk pulang, dari keluarga Jasmin mengantarkan sampai ke pintu depan rumahnya. Ayesha yang sangat ramah, membuat Jasmin merasa senang akan memiliki ibu mertua yang baik. Saat berpamitan pulang, Ayesha mengatakan bahwa dirinya sangat senang akan memiliki anak mantu seperti Jasmin. Jasmin pun tersenyum ramah, saat hendak pulang mereka saling berjabat tangan. Namun ketika Jasmin mengatupkan tangannya ke arah Syarif, terlihat jelas gugup dan rona merah di wajahnya.Ketika mobil keluarga Syarif melesat jauh, Jasmin beserta keluarganya masuk kedalam rumah. Jasmin melihat parsel serta kotak-kotak yang dihiasi cantik yang berjajar di ruang tamu." Bu ini nggak salah, banyak sekali bu
Di kamar Jasmin nampak cantik dengan balutan kebaya pengantin, tentunya dengan gaun yang tertutup dan menghindari baju yang ketat agar lekuk tubuhnya tidak terlihat. Dengan di bantu MUA untuk merias wajah, Jasmin berpesan agar tidak mencukur alisnya. Setelah sudah selesai semuanya, Hana datang ke kamar Jasmin. Sebagai sahabat yang baik, Hana tidak ingin melewatkan acara sakral sahabatnya." Assalamualaikum " salam Hana masuk ke dalam kamar Jasmin, dan melihat Jasmin yang usai dirias." Wa'alaikumus salam " jawab Jasmin yang kini masih duduk di depan cermin." Masya Allah... Alhamdulillah wa syukurillah, akhirnya sahabatku akan melepas masa lajangnya " ucap Hana seraya memeluk tubuh Jasmin dari belakang, yang kini duduk menghadap ke cermin. Wajah haru Hana terlihat jelas di cermin." Alhamdulillah... Terimakasih atas supportnya, kamu memang sahabat terbaik ku Hana " jawab Jasmin seraya mengusap lembut pipi Hana yang kini menyandar di bahunya." Doak
Syarif yang merasa nyaman saat memeluk tubuh Jasmin, namun tidak dengan Jasmin. Ia merasa sangat canggung, meskipun benar yang dikatakan oleh Syarif jantungnya terpacu lebih cepat tidak seperti biasanya. " Mas... Sudah takut ada yang lihat " kilah Jasmin yang memang sudah lemas menghadapi sifat suaminya. Tangan Jasmin berusaha melepaskan tangan Syarif yang memeluknya. " Sebentar saja " pinta Syarif. " Ya Allah baru beberapa jam hamba menikah, rasanya badan panas dingin " batin Jasmin pasrah dengan perlakuan Syarif. Sayup terdengar suara Bi Ani mengetuk pintu. " Mas ada yang ketuk pintu, sepertinya Bi Ani" Jasmin menyadarkan suaminya, " Tunggu disini ... Cup " Syarif melepaskan pelukannya dan mencium pipi Jasmin. Ia berjalan menuju pintu, setelah pintu terbuka benar Bi Ani datang untuk menanyakan kondisi Syarif. Selepas kepergian Bi Ani, Syarif menghampiri Jasmin yang kini duduk di depan meja rias. " Mas Syarif cium pipi ku, ini s
Sesuai perkataan Syarif, mereka sholat Sunnah berjamaah. Ketika sudah selesai Syarif menoleh ke belakang, mereka duduk berhadapan. Syarif melihat wajah istrinya yang cantik menggunakan balutan mukena." Kenapa, apa kamu belum bisa tidur ? " tanya Syarif mengusap lembut kedua tangan Jasmin, Jasmin pun mengangguk dan menunduk." Maaf mas, Jasmin belum terbiasa " Jawabnya, mendengar perkataan Jasmin, Syarif tersenyum" Itu hal yang wajar, apa lagi ini adalah pertama kalinya" ucap Syarif membuat pipi Jasmin merah merona." Tapi ... Harus dibiasakan " imbuh Syarif" Iya mas " jawab Jasmin, Syarif mengetahui bahwa istrinya sangat pemalu." Kenapa dengan pipi mu dek, merah seperti tomat bikin mas gemas mau gigit saja " goda Syarif tersenyum, Jasmin tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tangan Syarif mulai membuka mukena Jasmin, Jasmin yang mendapat perlakuan Syarif hanya diam. Syarif mulai merapikan rambut-rambut halus Jasmin yang berantakan dan m
Tepat pukul dua belas siang, mereka sampai dikediaman orangtua Syarif. Syarif memarkirkan mobilnya di halaman rumah, setelah melihat ke arah samping ternyata Jasmin masih tertidur pulas. Syarif keluar dari dalam mobil untuk menekan bel rumahnya. Selang beberapa menit Ayesha membuka pintu." Assalamualaikum Ummi, " Syarif mencium tangan ibunya." Wa'alaikumus salam, dimana istrimu nak ?" tanya Ayesha sembari menengok ke arah mobil Syarif." Tidur di dalam mobil mi.... tunggu sebentar ya mi " ucap Syarif kembali kedalam mobil untuk mengangkat tubuh istrinya." Ummi... bantu Syarif bukakan pintu kamar " ucapnya memohon sembari mengangkat tubuh Jasmin yang lumayan berat." Ayo Ummi cepat, berat " imbuh Syarif ketika sudah berada di depan pintu ia bicara tanpa suara." Sabar nak... Ummi sedang cari kunci cadangan " jawabnya sembari memilih kunci yang pas untuk dimasukkan ke dalam lubang pintu.Setelah beberapa menit Ayesha menemukan kunci
Usai berwudhu mereka duduk di atas sajadah berhadapan. Jasmin tidak mengenakan mukena ia menggunakan jilbab syar'i yang berwarna hitam. Syarif mulai membacakan ayat pertama di juz tiga puluh, setelah syarif ... Jasmin membaca ayat dua. Begitupun selanjutnya mereka menghafalkan bergantian. Hingga suara adzan Ashar berkumandang, menyadarkan mereka untuk melaksanakan salat berjamaah di kamarnya.Usai salat Syarif kembali mengecek laporannya yang belum selesai, kali ini Syarif memilih tempat duduk di luar kamar dengan sebotol minuman jus jeruk yang baru saja ia ambil dari lemari pendingin yang ada di dalam kamarnya. Syarif meletakkan minumannya di samping laptop, sedangkan Jasmin memutuskan untuk mandi karena siang ini cuacanya begitu panas. Jasmin pun tidak lupa membawa baju gamis untuk ganti di dalam kamar mandi.Lima belas menit sudah waktu berlalu, Jasmin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di kepalanya. Syarif yang menyadari istrinya usai mandi pu