Dalam hatinya Karel sangat ingin bertanya kepada Carla mengenai kejadian di rumah yang katanya adalah teman wanita itu, tetapi ia sadar kalau Carla juga tak mungkin memberitahunya mengenai hal itu. Status Karel hanyalah anak buah Jourdy, sedangkan Carla adalah majikannya jadi untuk apa pula Carla memberitahu Karel mengenai masalahnya.Karel hanya bisa mengikuti Carla yang masuk ke dalam rumahnya, tubuhnya terlihat runtuh seperti kehilangan semangat untuk hidup. Melihat hal itu Karel benar-benar merasa kasihan pada Carla, namun ia juga tak bisa berbuat apapun. Tiba-tiba Carla membalikkan badannya dan menatap Karel dengan mendalam lalu berkata, “Terima kasih banyak atas bantuanmu, maaf sudah merepotkan.”“Tidak, Nyonya. Sama sekali tidak merepotkan, justru aku merasa sangat senang bisa membantu.” Karel menjawab dengan senang hati. Mereka bersamaan menoleh ke arah pintu saat mendengar suara mobil Jourdy yang datang, segera Carla menyuruh Karel untuk pergi dari dekatnya. Ia khawatir jik
“Hanna, terima kasih banyak karena sudah membantu.” Kevin sangat terterima kasih pada Hanna karena wanita itu telah banyak membantunya belakangan ini apalagi untuk bertemu dengan Jourdy.Hanna mengangguk kecil sambil tersenyum manis pada Kevin, “Sama-sama, Kevin. Aku sangat senang karena bisa membantumu, jadi kau tak perlu sungkan kepadaku.”“Aku tak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu, tapi jika memang ada mungkin kau bisa mengatakannya.” Kevin dengan tulus berniat ingin membalas kebaikan Hanna. Kedekatan keduanya selama beberapa hari ini cukup membuat Hanna merasakan sesuatu hal yang tak biasa dalam hatinya, apalagi ketampanan Kevin tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam hatinya Hanna memang masih mencintai Jourdy, tetapi ia lebih tahu kalau hubungannya dengan Jourdy tidak akan lebih dari situasi keduanya sekarang ini. Hanna hanya ingin mendapatkan cinta dengan lebih tulus, dan ia juga mendambakan kehidupan yang bahagia seperti orang lain di luar sana. Nampa
Carla merapihkan dasi suaminya dengan teliti dan cukup berhati-hati, ia tak mau membuat Jourdy marah karena tak puas pada hasil pekerjaannya. Dan setelah selesai, wanita itu langsung tersenyum lebar pada suaminya yang sejak tadi hanya menatapnya dengan dingin.“Sudah selesai, sekarang kita bisa sarapan.” Carla segera menarik lengan suaminya untuk mengajaknya sarapan bersama. Namun Jourdy yang ingat kalau dirinya sudah memiliki janji untuk sarapan bersama Hanna di kantor langsung menolak ajakan Carla dengan halus, “Sepertinya aku akan sarapan di kantor saja, lagipula sekarang aku hampir terlambat.”Carla spontan mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah jam dinding di rumah itu, sebelah alis Carla terangkat ketika ia menyadari jika sekarang masih cukup pagi untuk berangkat ke kantor bahkan akan jauh sekali dari kata terlambat. Sepertinya Carla sadar kalau Jourdy hanya sedang berusaha menghindar darinya, “Sekarang masih sangat pagi, mana mungkin kau akan terlambat. Apakah kau akan me
Tuk tuk tukKevin menunggu dengan tak sabar seseorang akan membukakan pintu untuknya, pikirannya yang berantakan membuat lelaki itu terlihat sangat kusut dan tak karuan. Ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk tenang, tapi gelora di dalam hatinya jauh lebih besar dan sulit untuk dikendalikan. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya datang membukakan pintu untuk Kevin. Ia terlihat cukup terkejut dengan kedatangan Kevin saat ini, terlebih lelaki itu tak mengabarinya lebih dulu sebelum datang ke rumahnya. “Kevin, rupanya kau. Tadinya aku kira siapa yang datang,” ujarnya menyapa Kevin dengan hangat. Kevin yang sudah enggan berbasa-basi langsung bertanya dengan cukup tegas, “Bu, tolong jelaskan sekarang juga kepadaku. Apakah benar kalau Carla sudah menggugat cerai, ketika aku masih koma di rumah sakit?”Mendengar pertanyaan yang diberikan Kevin padanya, jelas saja Laras hanya bisa terdiam dalam kebingungan. Sebenarnya ia tahu jika Kevin akan segera mengetahui hal ini, namun rasanya
Carla berlari dengan sangat kencang dan begitu bersemangat mendatangi rumah ibunya, ia sudah tak sabar bertemu dengan Angel dan membawanya pergi untuk tinggal bersama. Sambil mengucapkan salam Carla masuk begitu saja ke rumah ibunya, matanya langsung melihat ke sekeliling isi rumah mencari keberadaan putrinya.“Bu, aku pulang. Di mana Angel, Bu?” tanya Carla masih dengan semangatnya yang besar. Laras yang terkejut mendengar suara putrinya segera menghampiri wanita itu. Laras berjalan cepat dari arah dapur, dan ia mendapati Carla sudah berdiri tegak di ruang tengah sembari tersenyum lebar. Bagaimanapun juga, Carla adalah satu-satunya anak yang Laras lahirkan. Carla adalah harta berharga yang ia miliki saat ini, meskipun apa yang Carla lakukan sudah membuatnya sangat khawatir dan tak tenang namun Laras tetap begitu menyayangi Carla. Kerinduan Laras pada Carla juga tak bisa dipungkiri lagi sehingga ia segera menyambut putrinya dengan pelukan yang hangat, “Carla, kau ke mana saja nak?
“Aku harus segera pulang, ada urusan penting yang harus aku selesaikan di rumah.” Jourdy berpamitan pada Hanna dengan terburu-buru. Hanna yang dengan susah payah menyusul langkah Jourdy menuju mobilnya terus menunjukkan ekspresi wajah yang kesal karena ia merasa sekarang lelaki itu lebih peduli pada Carla dibandingkan dirinya, “Urusan apa? Kau pasti akan bersenang-senang dengan wanita itu, mengapa sekarang kau lebih mementingkan Carla dibandingkan aku?”“Bukan begitu, Hanna. Aku benar-benar ada urusan,” sahut Jourdy tegas. Dengan kencang Hanna menarik lengan Jourdy agar membuatnya berhenti berjalan, “Jourdy, tadi pagi saja kau lebih memilih untuk sarapan bersama istrimu. Apakah sekarang aku sudah tak penting lagi untukmu?” Jourdy memutar bola matanya dengan malas apalagi suara Hanna yang melengking membuatnya mual hampir setengah mati, “Oh, ayolah Hanna! Jangan membuatku marah seperti ini, jangan menambah masalahku karena aku sudah benar-benar frustasi sekarang!” “Aku hanya memint
“Aww!” ringis Carla ketika sebuah pisau yang dipegang Sheila secara tak sengaja mengenai lengannya.Sheila yang terkejut akan hal itu langsung menjatuhkan pisaunya ke atas lantai, ia menatap darah yang mengalir dari lengan Carla dengan ketakutan. Sejujurnya Sheila tak khawatir pada keadaan Carla, ia hanya takut papahnya akan marah jika mengetahui hal ini. “Sheila, apa kau baik-baik saja?” tanya Carla pada anak sambungnya dengan penuh perhatian. Meskipun sekarang dirinya yang terluka, tapi Carla tetap memperdulikan keadaan Sheila yang nampak syok dengan kejadian tak disengaja itu. Carla tak ingin melihat Sheila ketakutan apalagi menyalahkan dirinya akan kejadian itu, bahkan Carla tak mementingkan dirinya sendiri yang sedang terluka. Kebetulan sekali, Karel baru saja masuk ke dapur. Dan ia melihat Carla sedang memegangi lengannya yang terluka, sontak ia terkejut dan bergegas menghampiri Carla dengan penuh rasa cemas.“Nyonya? Apa yang terjadi? Kenapa tanganmu bisa berdarah seperti in
Jourdy terus berjalan-jalan dengan tak tenang di depan ruangan tempat Carla melakukan pemeriksaan, ia benar-benar tak sabar untuk segera mengetahui keadaan istrinya itu. Jourdy juga tak mengerti mengapa Carla harus begitu lama diperiksa, padahal seingatnya wanita itu hanya terbentur meja tak terlalu parah.“Mengapa lama sekali? Sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan di dalam sana?” dumal Jourdy kesal. Kedua mata lelaki itu sama sekali tak beralih dari jendela ruangan Carla, ia terus menerus memperhatikan istrinya yang hanya bisa berbaring di atas kasur dengan lemah. “Sialan, mengapa belum juga selesai?” umpatnya lagi merasa sudah tak tahan lagi. Hingga tiba-tiba suara seorang lelaki yang serak menyapa Jourdy dari arah belakang hingga membuat Jourdy terkejut bukan, “Jourdy?”Spontan Jourdy menoleh ke belakang untuk melihat ke sumber suara, matanya seketika terbelalak tak percaya mendapati Kevin berada di hadapannya sekarang. “Ke-Kevin, a-apa yang—.”“Kenapa kau sangat gugup sepe