“Astaga, segitu bencinya aku dengan dia sampai-sampai aku tidak memikirkan perasaan dia. Duh, mampus aku. Kalau sampai Arga batalkan perjodohan ini. Aku tidak bisa ambil hak papaku. Semoga saja Arga tidak berubah pikiran.” Elissa tampak menyesali ucapan yang tambah menyakiti hati Arga itu.***“Tuh, ‘kan benar. Baru saja pulang dari kampus. Papanya Arga sudah ada di rumah. Pasti Arga sudah katakan semua kepada papanya tentang di kampus tadi. Duh, masuk tidak ya?”Sepulang Elissa dari kampus, dan baru turun dari mobil, pandangan tertuju pada papa Arga yang tengah berbincang pada Mama Belinda dan papa Rajendra di ruang tamu. Tampaknya mereka tengah serius membicarakan sesuatu. Elissa saat itu bingung dan maju mundur saat hendak melangkah masuk. Akhirnya dia bersandar di mobil menunggu sampai papanya Arga pulang.“Lebih baik aku di sini saja. Daripada kena marah nanti di dalam.”Tidak lama kemudian, papa Daniel keluar. Dia hanya melemparkan senyuman, tanpa banyak bicara pada Elissa lalu
‘Sepertinya dia tetap keras kepala, mungkin aku lebih baik mengalah saja. Dengan begitu aku akan lebih mudah mencari bukti itu di rumah ini. Iya, iya, bodohnya aku. Niat dan tujuan aku ‘kan itu.’ Gumam Elissa.“Oke, baiklah. Aku setuju dengan Arga. Kita tinggal di sini saja.”“Tadi tidak setuju, sesingkat itu kamu langsung setuju. Dasar aneh!”“Loh, bukannya itu yang kamu inginkan? Aku sudah mengalah untuk kamu loh, Arga.”“Oke, oke!” Arga melipat kedua tangannya dan memutar bola matanya searah jarum jam 90 derajat.“Sudah, sudah, kalian ini tidak malu apa di dengar bertengkar terus. Sudah sana, ganti pakaian kalian. Papa ingin berikan sesuatu untuk kalian berdua. Buruan!”“Hah, apa nih. Jadi penasaran! Ganti baju dulu ah.” Ucap Elissa, lalu dia ingin masuk ke dalam kamar. Yang entah kamar siapa saat itu yang dia masuki tanpa bertanya. Padahal pakaian pun belum di bawa satu pun.“Aaaaa. Mbak Elissa,” pekik Toni.“Eh, maaf, Bang, eh mas. Aku salah kamar!” Elissa keluar lagi setelah sal
“Ayo lah, Arga. Masa baju aku mau taruh di luar. Tega banget sih kamu?”“Sstttt, berisik banget sih kamu. Aku mau tidur.” Ucapnya lalu menarik guling dan selimutnya. Elissa pun akhirnya memutuskan untuk keluar sebentar. Setelah keluar beberapa menit, dia kembali lagi masuk dengan menarik lemari kecil untuknya. Di bantu dengan Bibi Lusy yang ikut mendorong lemari yang terlihat kecil, namun sangat berat jika di angkat sendiri.Drrrrrzzzz! Drrrrrzzzz!Gesekan demi gesekan lemari terdengar jelas dan sangat mengganggu. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat berisik. Arga yang baru saja nyenyak dalam tidurnya, terbangun karena suara benda tersebut. Amukan macan sepertinya akan terjadi saat itu juga.“Be-ri-sik woiiii!” Pekik Arga. Bibi Lusy menggigit pelan lidah separuhnya karena takut dengan amukan Tuan muda yang baru bangun dari tidur. Belum selesai membantu menata lemari Elissa, Bibi Lusy langsung kabur.“Kaburrr!” Jeritnya dan berlari menuju keluar. Sepertinya Bibi Lusy sudah paham deng
“Sudah siap?”“Siap, tinggal berangkat!” Balas Arga. Dengan menenteng tas besar.“Astaga, ini barang bawaan kamu?” Tanya Elissa ketika melihat Arga yang kini bergelar suaminya itu tengah membawa tas besar. Padahal hanya beberapa hari saja.“Ya, memangnya kenapa? Ada masalah?”“Banyak amat, mau pindahan atau liburan kamu. Haha!”“Ya, siapa tahu betah. Jadi bisa langsung liburan lama.”“Ah, sudahlah. Ayo kita berangkat, nanti ketinggalan pesawat.”Mereka bergegas menuju bandara saat itu juga. Sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan, mereka melakukan penerbangan saat itu juga.Beberapa jam kemudian, mereka sampai di Bali. Meski sudah beberapa kali ke Bali, namun kali ini lebih berbeda.“Hem, sudah beberapa kali ini ke Bali. Tapi kali ini sangat berbeda.” Ucap Arga lalu meluruskan pinggang. Setelah itu, Arga membawa tas miliknya sendiri.“Heh, maksud kamu apa? Beda bagaimana? Lah ini, kenapa tas aku tidak di bawa juga?”“Beda dong, karena aku pergi dengan seorang istri. Ogah amat aku
Satu hari sudah berlalu, Namun tidak ada kabar dari Arga. Sudah berulang kali Elissa mencoba untuk kirim pesan dan menelepon Arga, namun tidak ada jawaban juga. Bahkan, sudah satu hari lebih Elissa masih sabar menunggu. Karena khawatir, akhirnya Elissa melakukan pencarian terhadap Arga dengan menggunakan foto Arga.“Bagaimana pun, Arga adalah tanggung jawab aku. Kalau aku katakan sama Mama papa, jelas mereka semua di sana akan panik. Mungkin aku harus cari sendiri dengan menggunakan foto ini.”Dengan modal nekat, Elissa yang berbekal sebuah foto di handphone miliknya, memberanikan diri untuk bertanya kepada siapa pun yang dia temui saat itu.“Permisi, Mbak. Pernah lihat pria ini tidak?” Tanya Elissa seraya menunjukkan foto Arga di handphone.“Maaf, tidak!” Wanita itu pun menjawab kalau dia tidak tahu atau kenal dengan Arga. Begitulah seterusnya, Elissa terus bertanya kepada orang-orang yang di lalui. Namun tidak ada satu pun di antara mereka yang tahu. Hari itu hampir satu harian Elis
“Tapi, aku baru masuk. Namun pintu tidak tertutup. Barang kali ada yang baru masuk atau siapa.” Elissa tetap meyakinkan CS tersebut guna mencari tahu yang sebenarnya. Karena tentunya Elissa sangat takut jika ada orang asing tiba-tiba berada di kamarnya.“Mungkin Mbak yang lupa. Barangkali pas keluar tadi lupa mengunci.” Ucapnya beralasan, karena memang dia tidak tahu mengenai hal tersebut.“Tidak, Mas. Aku tidak lupa, aku ingat banget kalau aku tadi sudah mengunci pintu. Hem, ya sudah deh. Maaf sudah mengganggu waktunya.”“Baik, Mbak. Kalau begitu aku permisi dulu ya!” Balasnya dengan melemparkan senyum tipis kepada Elissa.Elissa masuk dan menutup pintunya. Dia masuk kembali ke dalam kamar. Lalu, dia baru menyadari kalau di dalam kamar mandi saat itu seperti ada orang lain. Suara air gemericik semakin kencang dan jelas.“Siapa ya yang di kamar mandi? Pasti ada orang lain nih, Hem benar nih. Pasti ada maling nih.”Elissa langsung siap siaga dan mengambil barang yang ada di dalam kamar
Meski selalu bertengkar, tetap saja mereka harus tetap pulang bersama. Setelah beberapa hari bulan madu di Bali. Tidur di hotel, dan langsung melakukan operasi, mereka harus melakukan perjalanan lagi.“Akhirnya, pulang juga. Huh! Mending kuliah kalau seperti ini, daripada jalan-jalan tidak jelas.” Elissa terus menggerutu saat perjalanan menuju pulang untuk kembali ke rumah. Namun Arga hanya diam tidak mau banyak bicara.***“Elissa, tunggu!” Panggil Leon lari menuju Elissa yang baru datang dengan manjanya. Dia sengaja mengejar Elissa, karena ingin lebih dekat“Ada apa?”“Beberapa hari ini, kamu ke mana saja?”“Memangnya kenapa?” Tanya Elissa dengan gemas, karena pria idaman dan yang seperti macan, kini tiba-tiba jinak seperti merpati. Elissa melupakan sejenak perbuatan Leon kemarin yang sudah menghinanya.“Hehe, tidak apa-apa sih.”“Hem, aneh kamu.”“Ya sudah deh, lupakan saja. Yang penting aku tidak repot lagi lihat kamu.”“Ngomong-ngomong, kenapa kamu mencari aku?” Tanya Elissa deng
“Elissa, makan yang benar. Jorok banget sih, makan sampai berantakan seperti ini.”“Hem, diam. Aku lagi menikmati makanan aku.”“Kalau makan di luar, jangan di kamar.” Sergah Arga.“Heh, suka-suka aku dong.”“Kalau begitu, sekarang kamu keluar. Kamu tidur di luar saja.” Ucap Arga.“Hehe, jangan dong. Masa aku tidur di luar. Tega banget sih kamu, nanti aku kedinginan dong.”“Ya bodo, amat. Yang penting kamu tidak kotori kamar aku.”“Ya sudah, nanti aku bersihkan kok.” Balas Elissa, lalu Arga pergi meninggalkan Elissa di kamar. Namun saat dia keluar, dia lebih memikirkan bagaimana caranya agar Elissa memakai baju tersebut.“Elissa harus pakai baju itu, tapi bagaimana caranya ya biar dia mau pakai baju itu sekarang. Aku harus lakukan sesuatu.” Diam-diam Arga menuju kamar kembali. Kebetulan saat itu Elissa tengah mandi sore. Kebiasaan Elissa sebelum mandi adalah menyiapkan baju untuk dia pakai nanti dan di letakkan di atas ranjang. Arga yang melihat itu pun segera melakukan aksinya. Dia m