Hal Gila Yang Terjadi Part 3Mereka terlihat bergidik, menunjukkan ekspresi takut dan khawatir.“A-apa itu benar dok? kata Roy semuanya akan baik baik saja,” ucap Fera.“Ya, darah akan mengucur dari tubuh, kau akan kehilangan darah, mengalir deras, itu yang membuatmu kehilangan nyawa, karna itu sebaiknya kau datang dengan kedua orang tuamu, itu akan lebih baik dan seharusnya begitu. Bu dokter juga tidak akan melakukan apa apa jika tidak ada wali,” ucapku.“Dokter, saya bisa mati jika ayah dan ibu saya tahu, mereka akan memukuli saya, sama saja, saya akan mati,” ucap Fera.“Kau tahu kan, tidak mungkin orang tuamu melakukan itu jika kau tidak melakukan kesalahan besar, jadi secara sadar atau tidak sadar kau sudah tahu bahwa hamil adalah hal yang tidak boleh,” ucapku yakin.“Iya dok, saya tahu jika saya tidak boleh hamil, tapi saya tidak tahu jika kegiatan cinta bisa menyebabkan hamil. Roy bilang, semuanya akan baik baik saja, tapi dia berbohong,” ucap Fera yang terlihat mulai menangis,
Hal Gila Yang Terjadi Part 4Rumah Fera tidak terlalu jauh, jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari sekolah.“Baiklah, aku akan ke sana,” ucapku yakin. Aku hanya memiliki ketulusan, itu yang aku pegang.Setelah beberapa menit menggendarai motor honda merah putih kesayanganku, aku sampai di alamat yang tertera di kertas. Aku turun dari motor, melihat rumah itu sudah cukup ramai dengan beberapa orang, ada bendera kuning, menandakan sedang ada kedukaan menyelimuti rumah itu.“Apa mungkin orang tua Fera meninggal?” gumamku dalam hati.Aku memberanikaan diri masuk ke rumah itu, mencari keberadaan Fera.“Buk permisi, saya mencari Fera,” tanyaku pada seorang wanita yang aku temui pertama kali.“Fera? kau temaannya? kau terlambar, dia sudah pergi jam sembilan tadi,” ucap wanita setengah baya itu, yang mengenakan pakaian serba hitam.“Berangkat sekolah? tapi ini sudah jam pulang, karna hari sabtu seharusnya Fera sudah ada di rumah?” tanyaku. Wanita itu terlihat mengerutkan dahi, menatapku
Hal Gila Yang Terjadi Part 5 (Akhir kisah)Dia melihat ke arah tanah lapang yang ada di dekat rumah Hani, lalu menunjuk ke sebuah gubuk kecil. Aku melihat ke arah itu, seraya mengerutkan dahi, belum mengerti.“A-apa maksud ibu?” tanyaku, namun ibu itu tidak menjawab, dia segera pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun.Aku berusaha mencegah langkah kaki ibu itu, namun kali ini tidak berhasil, dia bergerak maju, tidak ingin berbincang lagi, dia merasa sudah memberikan informasi dan mungkin saja itu bisa membuatnya berada dalam masalah besar.Aku menghela nafas panjang, membiarkan ibu itu pergi. Aku melihat ke arah gubuk yang berjarak cukup jauh dariku, aku memutuskan untuk menghampiri gubuk itu, berlari secepat mungkin, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa ibu itu menunjuk ke arah bangunan yang ada di tengah kebun, gubuk reot dan tidak terurus.Aku sampai di dekat gubuk itu, sepertinya tidak ada apapun. Aku menghela nafas panjang, apa yang harus aku lakukan? a
Kisah Cinta Anak SD (Kisah di balik kisah sebelumnya)Fera dan Hani adalah dua orang yang seolah tak terpisahkan, mereka adalah sahabat baik, tumbuh bersama sejak mereka masih kecil. Lahir di tahun dan bulan yang sama, melewati masa balita bersama, namun dalam lingkup nasib yang berbeda.Hani adalah anak seorang buruh yang bekerja di kebun milik orang tua Fera, walaupun status sosial yang berbeda, mereka tetap menjalin persahabatan dengan segenap perasaan. Mereka saling mengasihi satu sama lain, tanpa memandang status keluarga.Ibu Hani sudah meninggal, ketika melahirkannya, membawa kehidupan dengan nyawanya dan hal ini juga yang membuat ayah Hani terkadang menyimpan benci terhadapnya, putrinya sendiri. Dia, ayah Hani, selalu berpikir bahwa Hani adalah orang yang sudah membunuh istrinya, istri yang begitu dia cintai.sedangkan Fera hidup dengan kedua orang tua yang lengkap, namun ibu dan ayahnya sibuk dengan kehidupan dunia tanpa melibatkan Fera di dalamnya. Bagi mereka, memenuhi keh
Kisah Cinta Anak SD Part 2 (Kisah di balik kisah sebelumnya)“Ti-tidak, kata mereka yang ada di sana, itu hanya seperti orang menstruasi, jangan khawatir,” ucap Roy yang berusaha mencari jawaban tepat dan menenangkan kekasihnya itu.“Menstruasi juga sakit,” ucap Fera.Roy melihat Fera dengan pandangan mendalam.“Ah, tidak apa apa, sakit juga sedikit, yang penting tidak berubah menjadi bayi,” ucap Roy.“Apa kau yakin?” tanya Fera yang terlihat masih menyimpan kebingungan juga kekhawatiran.“Ya, tentu saja, setelah masalahnya beres kita bisa melanjutkan kegiatan cinta kita. Kita masih muda, saatnya bersenang senang, jangan memikirkan apapun, biarlah orang tua yang memikirkannya, kita selesaikan masalah ini, ya?” ucap Roy seraya memeluk Fera.Sungguh miris, bahkan Roy tidak memiliki kecemburuan sedikitpun pada Jefri, padahal Jefri telah melakukan hal yang tidak sepantasnya pada Fera yang merupakan kekasihnya. Apa Roy benar benar mencintai Fera? sepertinya itu bukan cinta, hanya pelampiasa
Kisah Cinta Anak SD Part 3 (Kisah di balik kisah sebelumnya)Fera terlihat sedikit ragu, namun dia berusaha meyakinkan dirinya, bahwa semuanya akan baik baik saja. Dia harus yakin dan percaya bahwa solusi yang Jefri dan Roy berikan adalah jalan keluar terbaik. Dia akan baik baik saja, itu yang terus dia katakan pada dirinya sendiri.“Baiklah, aku akan meminumnya dua butir,” ucap Fera yakin seraya melihat ke arah Hani.Fera terlihat mengeluarkan dua butir obat berwarna putih itu, menatapnya lekat lekat, lalu kembali mengeluarkan obat itu satu butir. Sekarang sudah ada obat sebanyak tiga butir. Tanpa ragu ragu, Fera langsung menenggak obat itu. Obat itu meluncur melewati tenggorokannya, masuk ke dalam lambungnya.“kau sudah meminum obat itu?” tanya Hani penasaran.“Ya, baru saja, sepertinya tidak ada reaksi apa apa,” ucap Fera.Jefri dan Roy terlihat masih sibuk berbincang, mereka membicarakan banyak hal, sambil tertawa cekikikan, seperti tidak terjadi apa apa. Mereka seolah tidak mengan
Kisah Cinta Anak SD Part 4 (Kisah di balik kisah sebelumnya)Roy dan pak Yo mulai ketakutan, juga bingung, mereka memutuskan untuk kabur. Mereka meninggalkan Jefri yang sedang berjuang membawa Fera ke rumah sakit.Di luar gedung terlihat Jefri dengan sekuat tenaga membopong tubuh Fera. Berlari menuju ke sebuah klinik yang jaraknya tidak terlalu jauh dari gedung yang sedang dibangun itu. Dia kepayahan, namun tetap berusaha keras. Dia harus menyelamatkan Fera, bagaimanapun caranya.“Tolong, tolong teman saya,” teriak Hani yang lebih dulu masuk ke dalam klinik.“Ada apa?” tanya seorang wanita dengan seragam putih putih, sepertinya dia adalah salah satu petugas yang berjaga di klinik itu.“Tolong teman saya, dia keluar darah banyak sekali,” ucap Hani seraya menunjuk ke arah Fera yang sedang dibopong Jefri, mereka memasuki klinik itu dengan gugup.Darah berceceran di mana mana, Fera sudah tidak sadarkan diri, wajahnya pucat, tubuhnya dingin.Petugas kesehatan segera memanggil beberapa rekan
Karma Penyuka Sesama JenisRomansa berjalan santai di lorong rumah sakit, ini pertama kalinya dia keluar dari ruang perawatan dengan perasaan berani. Beberapa perawat menyapanya, dengan santun dan hormat. Romansa membalas sapaan itu juga dengan senyum.Romansa melihat bunga bunga indah tumbuh di taman, dia menghentikan langkahnya, merentangkan tangan, lalu menghirup udara pagi yang segar.Dari jauh terlihat Rey mengarahkan matanya pada Romansa. Sekali lihat dia mulai merasakan sebuah perasaan unik yang dikenali dengan rasa penasaran. Dia mengamati Romansa, dengan sangat teliti. Wanita yang begitu cantik, dengan rambut indah yang terurai, Rey menebak mungkin usianya mendekati tiga puluhan, sama seperti dirinya.Rey terlihat melangkah maju, hendak mendekat ke arah Romansa, tanpa ragu sama sekali. Tiba tiba ada dua orang perawat yang menabrak langkahnya.“Maaf, maaf,” ucap perawat itu.“Oh iya tidak apa apa, saya yang tidak melihat,” ucap Rey seraya membantu mengambil beberapa file milik