13"Mas, kamu keterlaluan ya!Aku gak habis pikir sama kamu! Setelah kebaikanku selama ini, beraninya kamu berselingkuh di belakangku, bahkan berbuat asusila di sini!Aku muak sama kamu! Sudah cukup aku bersabar selama ini!" cercaku penuh emosi.Aku meraih tas yang ada di atas meja. Membukanya, meraih map berwarna hijau lalu kulemparkan dengan kasar ke meja, tepat di hadapannya.Pria itu tampak tersentak. Dia pikir hanya dirinya saja yang bisa marah. Aku juga bisa."Mas, aku ingin kita cerai!Tanda tangani surat itu sekarang juga!Dan angkat kaki dari rumahku!" tegasku dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.Pria itu menatap nanar. Entah tatapan penyesalan, penderitaan, ratapan, atau apalah itu aku tak peduli."Dan jangan harap, kamu bisa membawa Aura.Semua bukti sudah ditanganku. Hak asuh Aura, pasti jatuh padaku!Lagipula sudah jelas, selama ini kau terlihat tidak menginginkannya!" ungkapku apa adanya. Pria itu bangkit, lalu bersujud di kakiku dengan air mata buayanya. Dia
14"Mulai sekarang, saya bukan istri Mas Romi lagi, panggil saya secara formal dan sopan!Jangan berpura-pura bodoh! Saya punya semua bukti kecurangan yang kamu lakukan selama bekerja di sini.Apa perlu, aku jabarkan satu persatu kecurangan kamu!Cepat kemasi barang-barangmu dan pergi!"Pria itu tampak gelagapan. Aku tahu dia ikutan mengintip kejadian barusan. Dia pasti tak menyangka kalau wanita yang ada di hadapannya akan memeriksa sedetail ini.Padahal dia sudah berusaha menghilangkan barang bukti. Saat ini dia pasti sedang merutuki diriku dalam hatinya.Rasakan kamu! Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga."Cepat!" sentakku dengan penuh emosi."T--tapi, Mbak. Sabar dulu.Pasti ada kesalahpahaman di sini.Aku sama sekali gak korupsi!" Dia masih saja mengelak meski bukti sudah ditanganku. Sungguh tak tahu malu!"Security!""Iya, Bu."Aku menepis angin, memberi kode untuk segera mengeluarkan pria itu. Malas sekali lama-lama melihatnya.Security berbadan kekar itu m
15"Mitha, kamu jangan egois gini dong.Aku gak mau, pisah sama kamu!Oke?Lihat Aura, dia sangat membutuhkanku.Gak apa-apa, aku jadi bawahan kamu.Asalkan, kamu jangan minta cerai.Aku bahkan bersedia jadi kacung kamu di kantor, Mhita!PLEASE, jangan minta cerai ya," ungkapnya sembari berpangku tangan.Pria itu menatapku dengan tatapan menghiba. Menjijikan! Suka sekali dia membuat drama.Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas?!Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan, kalau tidak, mana mungkin kamu bersedia jadi kacung segala.Nanti malam, saat dia tidur aku harus menyadap ponselnya."Sayang, aku mohon, kamu lihat kan, Aura sangat membutuhkan figur seorang Ayah.""Bisa diam tidak, Mas! Suara kamu membuat kepalaku pusing tahu gak!""Kamu pusing, Sayang?Apa mungkin kamu hamil?Gak mungkin kayaknya. Kita kan dah lama gak ena-ena. kalau gitu, aku buatin teh buat kamu ya?" tuturnya sok perhatian. Dia membuatku mual. Gak mau aku nambah anak darinya. Hiyy. hisa dibayangkan kehidupanku nant
16Kubuka pesan dari Farah terlebih dahulu.( Romi! Istrimu itu sudah gila kali, hari ini Bimo dipecat.Gimana nasib kami, Rom. Belum lagi hutang yang menumpuk gara-hara Mas Bimo kecanduan judi online!) pesannya dengan emoticon menangis di akhir kalimat.Mataku membola sempurna. Jangan-jangan, Bimo korupsi untuk mendanai hobi haramnya selama ini. Brengsek sekali pria itu!Aku beralih ke pesan Mama. Dugaanku adalah, sebelum Mas Romi sempat membaca pesan ini, Farah sudah lebih dulu menelponnya. itu kenapa pesannya belum sempat dibuka.[ ROMI! POKOKNYA KAMU HARUS KURAS DULU UANGNYA, BARU MENCERAIKAN DIA! ][ Mama gedek banget sama wanita bodoh itu!Kenapa dia jadi berani sama kita!Jangan-jangan dia selingkuh dari kamu, ROMI!] Kurang ajar! jelas-jelasnya anaknya yang selingkuh, dia malah nuduh aku! Keterlaluan!Aku meremas ponsel dengan gemas.Jadi ini alasan utamanya kenapa Mas Romi sangat bersikeras ingin mempertahankan rumah tangga kami.Kebangetan kamu ya, Mas. Aku tidak akan perna
Part 17Karena aku yang terus memaksa, pria itu pun akhirnya mau memasukkan kue tersebut ke dalam mulutnya dan meminum kopinya meski dengan tangan gemetar dan ekspresi wajah yang sulit diartikan.Antara jijik, dan ingin memuntahkan. Ia tak bisa berkutik. Tapi baru saja menyesap kopi, pria itu langsung mual dan berlari ke arah kamar mandi dengan tangan yang menutupi mulutnya. Persis kayak cewek lagi kena morning sick pas hamil trimester pertama."Huekkk!"Nah, senjata makan tuan kan jadinya. Makanya jadi orang jangan jahat!Aku berpangku tangan sambil tersenyum puas melihat dia kocar-kacir.Aku saja yang hanya melihat dia makan merasa jijik, apalagi Mas Romi yang benar-benar memasukkan makanan itu ke mulutnya. Hiyyy.Seharusnya dia nggak usah jijik dong ya. Itu kan ludahnya sendiri. Aneh kamu, Mas!Aku mengikutinya sampai di depan pintu kamar mandi. Aku mendengarnya terus-menerus memuntahkan isi makanan yang sudah ia makan."Huekk!Huekk!Sialan! Kenapa sih dia pake acara nggak mau mak
18"Aku mau pergi ke kondangan dulu!Kamu sama Aura nggak usah ikut! Lagian di luar anginnya kencang. takut nanti Aura sakit lagi!"Padahal kemarin anginya lebih kencang daripada hari ini, tapi dia tetap memaksa Aura untuk makan malam di luar. Tapi sekarang ....Aku tidak menjawab ucapannya. Pria tak tahu malu itu pergi begitu saja, bahkan tanpa berpamitan sama Aura. Dianggapnya anak itu hanya boneka yang bisa ia mainkan sesuka hatinya kali.Setelah mendengar suara mobilnya menjauh. Aku bersiap mengikuti mobilnya sampai ke rumah itu.Aku akan mempermalukan kamu di depan semua orang."Aura, Sayang, Mama pergi dulu sebentar ya, kamu baik-baik di rumah sama Mbak Ina dan Bik Asih." Aku mengusap lembut pucuk kepalanya, putri kecilku itu mengangguk mengiyakan. Dia hanya meminta agar aku tidak terlalu lama meninggalkannya."Iya, Sayang, kamu tenang aja. Mama tidak akan lama-lama kok.""Mbak Ina, Bik Asih. Aku titip Aura ya!"Mereka berdua mengangguk, kemudian aku bergegas mengambil cardigan
19"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?"Entahlah, aku sungguh tidak tahu harus ke mana lagi mencari jalan keluarnya, aku tidak mau perusahaanku gulung tikar, Fel."Padahal aku bisa saja minta bantuan Om Burhan. Namun, aku gak yakin dia mau membantu. Masalahnya perusahaan dia pjn sedang mengalami kendala keuangan. Terlebih lagi, aku juga gak mau punya urusaa hutang piutang dengan keluarga."Gimana ya.Gimana dong?" Wanita itu berpikir keras. I bahkan menyangga satu kepalanya dengan tanhan kanan, sedang tangan lainnya ia letakkan di meja. Jari telunjuk itu tampak mengetuk-ngetuk meja."Ahhh, aku punya ide?" paparnya."Apa, apa idenya?" sahutku bersemangat."Gini aja deh, bagaimana kalau kawin kontrak dengan sepupuku.Tak hanya perusahaanmu yang terselamatkan. Kamu juga bisa membalas dendam pada mantan suamimu itu!""Apa?!Apa maksud kamu, Fel?" tanyaku dengan dahi mengernyit."Aku tahu kamu pasti kaget dengan ideku. Tapi, cuma ini yang bisa aku lakukan.Jadi, sepupuku sedang menc
20Terdengar kerusuhan di depan sana."Hei, Mitha!Keluar kamu! Jangan sembunyi! cepat keluar! Berani-beraninya kamu melakukan ini sama Romi! Dasar wanita sundal kau!"Aku gegas mengintipnya dari bilik jendela. Membuka sedikit gorden, melihat keluar. Mereka semua wajahnya benar-benar memerah karena amarah.Bukan hanya Mas Romi saja yang aku masukkan ke penjara, tapi Bimo juga, aku tidak terima uangku dihabiskan untuk judi online."Dasar wanita yang tidak tahu malu!Anakku yang sudah membantu kamu mengurus perusahaan, tapi berani-beraninya kamu memasukkan dia ke penjara. Mitha keluar kamu!Kalau bukan karena Romi! Perusahaanmu sudah bangkrut sejak dulu!Kau pikir anakku robot! harus selalu membuatnya maju! Setelah bangkrut kau menyalahkannya! Menceraikan dia bahkan kau tega memasukannya ke penjara!Dasar istri durhaka!""Cepat cabut laporanmu itu!Keluarkan Romi dan juga suamiku dari penjara!Seenaknya saja kau melakukan ini!Setidaknya hargai perjuangan mereka kalau kau memang manu