"Sepertinya kamu begitu bahagia dengan Fasha, Mas," sindir Dinda yang melihat suaminya datang dengan mood yang sumringah."Dinnn... masa aku harus cuek sih sama dia? Kan kamu yang selama ini selalu nyuruh aku buat adil, bahkan sekarang pun Fasha lho yang minta aku buat temani kamu!!" balas Rangga yang mulai terlihat membela Fasha."Oh jadi kamu ke sini karena di suruh Fasha bukan karena kemauan kamu Mas?" kesal Dinda pada suaminya."Kamu ko malah jadi nyalahin Fasha sih Din? selama ini kan kamu yang selalu suruh aku buat adil, sekarang aku berusha buat adil antara kamu dan Fasha, tapi kamu malah marah kaya gini?" Rangga bingung dengan sikap istrinya yang justru malah marah saat ia berusah untuk bersikap adil."Aku kan biasanya juga prioritasin kamu Din, bahkan kadang aku abaikan Fasha sampai aku pun tak pernah sedikitpun menyentuh dia!" ucap Rangga yang mulai emosi karena sikap Dinda padanya."Kalau kamu mau tidur sama dia ya silahkan!!" tutur Dinda.Rangga menarik nafasnya mencoba me
Fasha yang sadar dengan tatapan Rangga padanya lalu menutup tubuhnya kembali dengan cardigan dan ia pun tidur di samping Rangga."Ko di pakai lagi sih?" tanya Rangga agak canggung sebenarnya."Emhh... aku takut kamu gak nyaman! Maaf yah, soalnya aku udah biasa pakai baju seperti ini kalau tidur," jawab Fasha.Rangga jadi merasa bersalah dan kikuk.Dia bingung apa yang harus ia lakukan. Fasha bangun kembali lalu menyodorkan segelas air pada Rangga. Air tersebut langsung di teguknya habis seketika.Rangga pergi ke kamar mandi. Ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya dan otaknya yang tidak bisa berpikir jernih.Saat keluar dari kamar mandi ia melihat Fasha sudah berbalut selimut tebal. Rangga malah merasa bersalah pada Fasha.Melihat Fasha yang sudah tertidur Rangga lalu pun ikut berbaring di sisinya."Selamat malam is-triku," satu kecupan mendarat di kening Fasha. Ia pun coba untuk memejamkan matanya, namun itu semua tak berhasil.Rangga menoleh pada Fasha yang tidu
Saat terbangun rasanya seperti mimpi bagi Fasha akhirnya dia bisa memiliki laki-laki yang yang begitu ia cintai. Tak sia-sia jika selama ini ia menjaga dirinya untuk ia persembahkan semua untuk Rangga. Rangga pun yang terbawa suasana malam tadi masih memeluk erat Fasha karena di hati kecil Rangga masih ada ruang untuk Fasha."Morning," sapa lembut Fasha pada suaminya.Rangga agak terkejut ia mengintip selimut yang membalut mereka berdua. "Ahh... semalam aku melakukannya," batin Rangga.Ia agak canggung dengan Fasha, namun apa yang terjadi bukanlah sebuah dosa karena mereka sudah menikah. "Pagi juga," balas Rangga."Apa kamu menyesal?" tanya Fasha sedih karena melihat ekspresi dari Rangga."Engga lah, ini sudah kewajiban buat kita!" jawab Rangga sambil memberi senyum pada Fasha."Kalau begitu aku mandi dulu yah," kata Fasha yang beranjak pergi dari tempat tidurnya, namun memberikan sinyal nakal pada Rangga dengan menggigit telinga Rangga.Sontak Rangga hampir saja reflek menyingkirk
Hari ini Fasha izin pada Rangga untuk mengunjungi salon miliknya sekalia dia juga mau melakukan perawatan di sana."Ngga bisa antar aku ke salon hari ini?" tanya Rangga yang sedang melihat penampilannya di cermin."Kamu mau nyalon?" Rangga balik bertanya."Aku kan punya bisnis salon Ngga, semenjak aku pulang aku baru beberapa kali mengunjungi salon. Hari ini sekalian aku mau perawatan!" jelas Fahsa pada Rangga yang baru mengetahui jika Fasha memiliki usaha salon kecantikan."Ehh kamu antar aku ke rumah Papah aja deh!!" Fasha yang tiba-tiba berubah pikiran."Lho ko malah ke rumah?" tanya Rangga bingung."Mau ambil mobil, jadi kalau kemana-mana gak usah minta antar jemput kamu!!" jawab Fasha yang berencana membawa mobil pribadinya."Di sini juga kan ada mobil Sha...kesannya aku gak tanggung jawab!!" ucap Rangga muram.Fasha mendekati suaminya sambil merapikan pakaian suaminya."Itu mobil hasil jerih payah aku dari salon bukan dari Papah, lagi pula mulai hari ini aku bakalan rutin naganto
"Mas aku mau ke toko buku saja, lagi pula Rara juga udah nunggu aku!!" ucap Dinda yang menolak ajakan Fasha.Rangga mengangkat kedua alisnya tak bisa memaksakan kehendaknya juga pada Dinda. Tadinya Rangga berpikir itu juga demi kebaikan Dinda karena selama ini ia sepertinya jarang sekali merawat diri."Dinda lebih nyaman menghabiska waktu di toko buku!!" ucap Rangga sambil memegang paha Fasha yang masih saja berusaha memaksa Dinda untuk ikut."Hmmm ya udah, tapi lain kali mau yahh!!!" ajak Fasha lagi.Dinda hanya tersenyum kecil. Rangga bahkan menyindirnya yang lebih memilih ke toko buku dibandingkan merawat diri."Jadi ke rumah Mamah gak??" tanya Rangga saat mereka turun dari mobil."Nanti aku naik taxi aja ga papa," jawab Fasha."Telepon saja aku nanti aku jemput!!" suruh Rangga pada Fasha."Kamu juga masih di sini kan?" tanyanya pada Dinda."Ngga nanti aku pergi sama Rara," jawab Dinda.Mendengar hal itu membuat Fasha bahagia dan akhirnya ia meminta Rangga untuk menjemputnya."Oke d
"Sejak kapan ia berani bohong padaku?" tanya Rangga pada dirinya sendiri melihat Dinda yang berkeliaran di lingkungan sekolah.Ternyata ada yang diam-diam memotret bahakan memvideo Dinda saat ia meninggalkan mall.****Terlihat raut wajah Dinda yang begitu bahagia karena ia terjun kembali je dunia kerja."Sepuluh tahun," batin Dinda sambil membuang nafas.Sejak dulu Rangga memang tidak mengizinkan Dinda bekerja karena ia ingin Dinda mengurus rumah saja. "Haii... kantin yukk!!!" ajak Rara yang datang tiba-tiiba mengetkan Dinda.Ia langsung menoleh."Pasti deh suara dia," batin Dinda.Dinda tersenyum saja."Mau makan apa kamu??" tanya Rara waktu sudah sampai kd kantin, tapi kelihatanya Dinda tidak banyak memperhatikan."Aku minum aja deh, es lemon tea yah!!" jawab Dinda.Setelah memesan makanan mereka lalu duduk menunggu."Eh iyah Din tadi mau cerita apa?" tanya Rara."Oh tadi. Emhhh... sebenarnya aku belum izin Ra sama Rangga,"
"Dinda...." panggil seseorang dari kejauhan.Ia lalu mendekati sosok Dinda yang sedang duduk menikmati minumannya bersama Rara."Dinda.. beneran Dinda??" ucap sosok tersebut.Dinda pun menoleh."Andi...." balas Dinda."Kamu ngapain di sini?" tanya Andi penasaran karena tidak terbias melihat Dinda berkeliaran di luar. Sejak dulu Dinda hanya fokus mengurus rumah tangga, ia paling keluar cukup ikut kajian-kajian keagamaan saja."Aku??? aku yah kerja lah Ndi di sini," jawab Dinda.Andi pun merasa menarik mendengar jawaban dari Dinda ia lalu duduk di sampingnya."Kerja??" tanya Andi yang seolah tak percaya."Gak usah pasang muka heran dan bertanya-tanya gitu dehh!!" tutur Rara yang melihat ekspresi tidak percaya dari Andi."Bohong nihhh!!!" ucap Andi tidak percaya."Ngapain bohong sih," tutur Dinda yang dengan santai menanggapi Andi."Kamu sendiri ngapain di sini??" tanya Dinda."Dia tuh wakil direktur Yayasan, salah satu donatur tetap
"Mamahhhhh," sapa Fasha pada Mamahnya yang sedang memasak di dapur.Ia berlari menghampiri Tante Maya dan langsung memeluknya."Fasha," balas Tante Maya yang terlihat sangat senang melihat kedatangan putrinya."Kamu ke sini sama siapa??" tanya Tante Maya.Tak lama Rangga pun datang dan langsung mencium tangan Tante Maya memberi salam."Rangga!!!" Tante Maya seperti tidak percaya karena sebelumnya justru ia begitu khawatir jika Rangga tidak bisa menerima kembali putrinya karena menikahpun hanya atas dasar paksaan saja."Makasih Rangga," ucap Tante Maya yang merasa lega melihat kedatangan Rangga.Rangga terlihat bingung kenapa tiba-tiba Tante Maya berterima kasih kepadanya."Kenapa Mamah malah berterima kasih?" tanya Rangga bingung."Mamah khawatir jika Fasha justru mendapatkan penolakan dari kamu karena pernikahan yang terpaksa ini, tapi Mamah lihat Fasha justru sekarang lebih bahagia dibanding dulu saat kita menetap di Singapur!!" jelas Tante Maya."Insya allah Rangga akan jaga Fasha M