Andi kaget mendengar tuduhan yang di tunjukan padanya.
"Stress lu Ngga!!" ucap Andi."Lu yang stress sama Dinda, masih mending gue nikahi Fasha, mau gue tiduri sampe bunting kaya sekarang juga gue udah sah sama Fasha. Nah lu sama Dinda??? Kalian tuh zina!!!" tuduh Rangga yang semakin berani."Jaga ucapan lu yahh Ngga, selama ini meskipun gue suka sama Dinda sama sekali gak pernah terbesit di hati gue buat ngerebut Dinda dari luuu!!!" balas Andi yang sudah mulai terpancing emosinya."Alahhh gak usah so alim deh lu," Rangga yang semakin menjadi mengatai Andi." Kita beresin di luar aja!!! Kasian Dinda lagi tidur!!" ajak Andi."Gak perlu!! Lu urus aja Dinda sesuka lu!!" ucap Rangga sambil pergi meninggalakan mereka berdua."Lu kenapa sih Ngga??" tanya Andi yang mencoba meraih tangan Rangga untuk mencegahnya pergi."Urus aja Dinda itu kan yang lu mau??" jawab Rangga yang kemudian balil bertanya. "Ngga dia tuh istri lu. Kondisi dia kaya gini juga garaAndi mengantarkan Dinda pulang. Sesampainya di rumah ia justru malah dicemooh oleh Ibu mertuanya."Wanita macam apa, pergi sendiri pulang-pulang ko diantar pria lain," celetuk Mamah Tari yang membukakan pintu untuk Dinda dan Andi."Tante Tari jangan menuduh yang tidak-tidak. Dinda tadi pingsan sepulang dari rumah Fasha, aku bawa dia ke rumah sakit," jelas Andi.Mendengar suara ribut-ribut, Pak Danu dan Bu Harti segera menuju ke halaman depan."Nakkk.... siapa laki-laki itu??" tanya Bu Harti."SELINGKUHAN DINDA," celetuk lagi Rangga dari belakang."RANGGA, JAGA UCAPANMU!!!" tampik Andi yang tidak menerima tuduhan dari Rangga.Papah Harto pun datang bergabung dengan mereka."Apa yang kamu katakan Rangga??" tanya Papah Harto."Andi ini sahabat kamu, atas dasar apa kamu menuduhnya seperti itu??" tambah Papah Harto."Atas banyak hal Pah!!" ucap Rangga sambil melemparkan beberapa foto yang menunjukan interaksi yang cukup intens antara Andi dan Dinda
Papah Harto mencoba mencegah, namun Pak Danu sudah sangat kecewa. Apa lagi melihat Rangga yang diam saja tidak mempedulikan Dinda yang akan di bawa pergi oleh Pak Danu."Anakmu saja sudah tidak peduli lagi sama Dinda. Lihat ia bahkan hanya berdiam diri melihat istrinya akan aku bawa!!!" jelas Pak Danu."Maafkan Rangga Yah, tapi Rangga selama ini tidak pernah mengkhianati Dinda, justru Dinda lah yang memulai semua kebohongan ini!!" bela Rangga pada dirinya sendiri."Yapp anakku yang bersalah. Jadi biarkan aku membawanya pergi kembali pulang," ucap Pak Danu yang langsung membawa Dinda dan istrinya pergi."Saya pamit!!" Dinda pun ikut bersama orangtuanya tanpa sedikitpun melakukan perlawanan karena Rangga sediri sudah tidak mengharapkan Dinda.Papah Harto pun tidak dapat berbuat apapun karena putranya sendiri tidak menceggah sedikitpun kepergian istrinya."Keterlaluan lu Ngga!!" ucap Andi.Ia lalu pergi mengejar Dinda dan keluarganya."Pak Danu tung
Pak Danu terdiam, sesakit apa sebenarnya Dinda hingga dokter mengatakan jika putrinya mengalami gangguan mental yang hebat. Ia menarik nafas panjang mencoba menenangkan dirinya sendiri."Dinda itu kuliah jurusa psikolog, dia bahakan menjadi seorang guru BP untuk menangani anak-anak yang butuh rangkulan dia, tapi saat ini Dinda sendirilah yang membutuhkan seorang psikiater," keluh Pak Danu pada dirinya sendiri."Pak.... saya punya teman pasikiater yang sudah biasa mengurus pasien seprtian Dinda, jika Bapak mau nanti saya atur jadwalnya agar kalian bisa saling bicara dengan santai," ucap Anndi.Awalnya Pak Danu ragu, namun setelah dipikir kembali akhirnya ia menyetujui tawaran dari Andi."Baiklah, tapi aku mau mengajak putriku pulang dulu ke Cianjur," ucap Pak Danu.Andi mengangguk. "Bapak bisa tinggal di rumah ini kelak saat Dinda menjalani pengobatan!!" kata Andi.Pak Danu tidak menyangka jika Andi ternyata baik, bahkan ia mencarikan Dinda tempat pengobatan agar Dinda lekas sembuh.*
Keesokan harinya Pak Danu sekeluarga pamit pada Andi."Nak Andi terima kasih atas semua bantuannya selama ini, kalau tidak ada Nak Andi tentu saya bingung harus gimana," ucap Pak Danu."Ya ampun Pak, kaya sama siapa saja, Dinda ini sahabat saya jadi sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri," senyum Andi merekah saat itu juga."Din kamu baik-baik yah di sana!! Sampai ketemu lagi!!" pesan Andi pada Dinda.Dinda hanya tersenyum.Akhirnya Pak Danu sekeluarga pergi. Andi hanya bisa melihat minibus berlalu dihadapannya yang mengantarkan kepulangan Dinda sekeluarga."Sepi lagi ruma gue!!" keluh Andi.Selama ini Andi memang hidup sendiri orangtua angkatnya memang kaya raya tapi mereka menetap di luar negeri. Andi yang merupakan putra tunggal mengurus semua bisnis keluarganya yang ada di Indonesia. ****Pikirannya sekarang terus berputar tentang Dinda. Ia sendiri bingung kenapa belakangan ini lebih sering memikirkan Dinda."Mana mungkin gue suka sama Dinda??" sangkal Andi pada dirinya."Tap
Rangga masih belum tau jika istrinya ternyata sudah pulang ke Cianjur. Hari ini sepulang dari kantor Rangga berencana menjemput Dinda di rumah Andi."Mana istri gue Ndi?" tanya Rangga tiba-tiba saat sampai di rumah Andi."Masih peduli lu sama Dinda??" sindir Andi balik bertanya."Lu gak usah pura-pura lagi deh. Gue udah tau semuanya tentang hubungan lu dan Dinda jadi kalau lu mau Dinda ambil saja!!" ucap Rangga."Gue ke sini mau talak Dinda," tambah Rangga.Andi kaget mendengar ucapan dari Rangga."Gila lu yahh, lu mau ceraiin Dinda dalam keadaan Dinda kaya gini??" ucap Andi yang tidak percaya dengan keputusan dari sahabtnya ini."Ngga lu tau gak sih, mental Dinda tuh down dan itu semua gara-gara lu dan sekarang tiba-tiba lu mau talak dia dengan alasan yang belum jelas!!" lanjut Andi yang kesal mendengar keputusan dari Rangga."Alasan gak jelas gimana?? lu sama Dinda udah selingkuh alasan apa lagi buat gue mertahanin Dinda. Dia sendiri yang buat semua keadaan menjadi seperti ini. Bua
"Pak ini Dinda kenapa??" tanya Ibu Harti saat mereka selesai makan. "Sabar Bu, nanti Bapak telepon Nak Andi tanya sama dia tentang kondisi putri kita," jawab Pak Danu mencoba menenangkan istrinya. "Bu Dinda sudah selesai beres-beres, Dinda mau telepon dulu Mas Rangga yah!!" seru Dinda dari arah dapur. Ibu Harti lalu menghampiri Dinda. "Din, tadi suamimu telepon tapi Ibu yang angkat katanya dia lagi sibuk dan gak bisa diganggu, Ibu diminta buat sampaikan pesan ini sama kamu," ucap Ibu Harti yang berbohong karena takut putrinya menghubungi Rangga. Dinda pun melihat jam tangannya. "Kayanya Mas Rangga sedang ketemu client." Dinda terlihat menekuk mukaknya karena sedih. "Ya udah kalau gitu, Dinda mau tidur aja Bu!!" lanjut Dinda, ia lantas langsung pergi ke kamarnya. **** "Pa cepat telepon Nak Andi!!" suruh Ibu Harti pada suaminya. "Sabar Bu!!" perintah Pak Danu. Ia lalu mendial nomor Andi. Andi pun mengangkat teleponnya. "Assalamualaikum Nak Andi," salam Pak Danu. "Waalaikums
"Pak Andi ini berkas kerja sama yang Pak Andi minta," ucap Fany sekertaris pribadi Andi. Ia menyodorkan berkas kerja sama yang harus ditanda tangani oleh Andi. Andi lalu membuka berkas tersebut. Ternyata itu adalah perusahaanya Rangga, mereka mengajukan kerja sama dengan perusahaan Andi untuk pembangunan vila di puncak. "Kenapa Rangga gak ngobrol langsung sama gue yah?" batin Andi. Ia lalu membaca isi kontrak tersebut. Betapa kagetnya Andi saat melihat surat kuasa yang menyatakan bahwa lima puluh persen saham perusahaan sudah menjadi atas nama Fasha. "Rangga dah gila kali yah," kaget Andi saat membaca nama-nama pemegang sahan di perusahaan Rangga. Jika lima puluh persen saham ada di tangan Fasha suatu saat nanti Fasha bisa mengakusisi perusahaan Rangga. Hal itu yang justru Andi khawatirkan. Ia lalu menghubungi sahabatnya. "Hallo Ngga," sapa Andi. "Iyah...." balas Rangga. "Ngapain lo telepon gue?? Mau ngajak berantem lagi urusan Dinda?" sewot Rangga. "Apaan sih lu Ngga?? Gue h
"Thanks yah Dit lu udah mau gue ajak share, entar kalau dah nemu waktu yang tepat gue ajak Dinda ketemu sama lu deh" ucap Andi."Iyah sama-sama, mudah-mudahan temen lu bisa cepet pulih yah, karena sebenarnya obat paling manjur buat mereka yang kena sakit mental adala suport sistem dari keluarga dan orang-orang terdekat," jelas Dita yang meminta Andi untuk terus memberi dukungan pada temannya."Okeh deh!!""Lu mau gue anter gak??" tanya Andi menawarkan tumpangan pada Dita karena seblumnya Dita bilang ia tidak membawa mobil."Gak usah. Gue dijemput ko," jawab Dita."Sama Tama?" tanya Andi.Dita hanya mengangguk mengiyakan, ia lalu pamit pergi meninggalkan Andi."Gue duluan yah!!" Dita pamit pergi dulua karena Tama sudah datang menjemputnya.Tama hanya melambaikan tangan dari dalam mobil dan Andi membalasnya.Fasha melihat pertemuan Dita dan Andi. Ia lalu berjalan menghampiri Andi."Abis apa lu ketemu Dita??" tanya Fasha.Andi menoleh."B