19. Sekelompok Anjing PenggonggongOrxphulus berjongkok, mengambil sesuatu yang tergeletak di rimbunnya rerumputan. Sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya. Kedua matanya memincing, mencoba mengamati dengan seksama potongan kristal berwarna hitam. Sinar mentari membuat ujung kristal itu mengkilap. Laki-laki beranjak dari tempatnya, menghampiri sang ratu yang tampak berdiri menatap intens percikan petir yang sesekali menyambar dari gerbang portal."Ratu saya menemukan sesuatu," ujar Orxphulus seraya menyerahkan potongan kristal hitam yang dia temukan. Kyana menoleh, meraih potongan kristal itu dan mengamatinya dengan seksama. Tidak lama kemudian Archeros dan Glo datang sembari melaporkan bahwa mereka juga menemukan potongan kristal hitam.Ketiga potongan kristal itu Kyana terbangkan di depannya dengan posisi berjajar. Menggunakan kekuatannya, dia mencoba menyatukan potongan kristal itu dari garis retakan yang rupanya benar apa yang menjadi dugaan gadis itu bahwa ketiga potongan itu
20. Hukuman Untuk Raja Eslav"Yang Mulia Lord."Avram mengangkat tangan kanannya memberi perintah kepada kedua pemimpin Kerajaan Malaikat yang tengah menunduk memberi hormat kepadanya untuk kembali berdiri tegak melalui gerakan tangan. Ruang singgasana itu ramai dengan barisan para prajurit yang mengisi setiap sudut ruangan, sepasang pemimin Kaum Malaikat dan Avram sendiri. Biasanya di kanan-kirinya berdiri kedua pengawalnya, hanya saja sekarang kedua pengawalnya sedang melakukan perintahnya."Katakan," ucapnya tegas.Kedua pemimpin Kaum Malaikat itu tampak saling lempar pandang sejenak, sebelum sang raja melangkah maju. Tanpa mengurangi rasa hormatnya, Skyless berkata, "Kami meminta maaf karena tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, Yang Mulia. Kami tidak bisa mencari keberadaan kaum peri."Avram masih duduk tenang di tempatnya. Tatapannya yang selalu menghunus tajam itu disalah artikan oleh kedua pemimpin kaum malaikat itu. Dengan tubuh bergetar keduanya dengan serempak menjatuhk
21. Ratu dari Segala RatuSemilir angin malam menerbangkan surai hitam legam milik seorang gadis bergaun hitam yang kini tengah berdiam diri di balkon kamarnya. Hawa dingin yang menyelimuti dunia immortal malam itu rupanya tidak berhasil untuk membuat gadis itu memilih meringkuk di dalam selimut atau menghangatkan tubuhnya dengan secangkir teh hangat seperti kebanyakan orang. Manik sekelam malam itu mengamati kerlap-kerlip bintang di angkasa. Malam itu, tanpa kehadiran sang rembulan. Walau begitu ribuan bintang cukup untuk memperindah dan menerangi langit malam ini.Hembusan angin yang cukup kencang menabrak wajahnya membuatnya reflek memejamkan kedua matanya sejenak. Tampak berbalik pun dia tahu tamu tak diundang yang tengah menemuinya lagi secara diam-diam seperti ini. Aroma tubuh yang aneh nan khas namun sialnya berhasil membuat seorang Kyana kewalahan dengan aroma yang memabukkan sudah menjadi jawaban pasti untuk gadis itu. Dia belum cukup terbiasa dengan aroma memabukkan itu, yan
22. H-2 "Apa? Kenapa dipercepat?" Pertanyaan penuh keterkejutan itu terlontar begitu saja dari bibir mungil Queem. Cangkir yang dia genggam bergetar hebat, sebelum akhirnya pecah karena tidak bisa menahan tekanan genggaman gadis itu. Seorang pelayan yang berdiri di belakangnya, menunduk dalam-dalam. Merasakan aura yang dipancarkan sang ratu, membuatnya takut mendapat amukan dari gadis itu karena telah membawakan kabar yang kurang sedap bagi sang ratu. Queem melangkahkan kedua kakinya lebar-lebar keluar dari kamarnya dan menuju ke tempat sang ibunda berada. Hanya dengan mengandalkan indera pendengarannya yang semakin menajam semenjak penobatannya, dia dapat dengan mudah mengetahui di mana sang ibunda berada. Langkahnya terhenti ketika punggung sang ibunda telah terlihat. Mengembuskan napas panjang, melonggarkan kepalan kedua tangannya yang sejak tadi mengepal kuat menahan amarah. Memasang ekspresi datar, lalu mendekati sang ibunda yang tampak sibuk mencicipi beberapa stok darah yang
23. Anak Emas Dewa Kematian "Aku bukan pemimpin Kaum Malaikat yang bisa mencoba berkomunikasi atau seorang luna besar Kaum Worewolf yang mendapatkan izin untuk bertemu Dewi Bulan." "Bukankah kau mendapat hak istimewa dari Dewa Kematian?" Kyana menatap tajam sang adik yang tampak kekeuh membujuknya untuk membawa gadis itu atau membantunya bernegosiasi akan takdir gadis itu. Bukannya dia tidak mau membantu, hanya saja permintaan adiknya kali ini di luar kemampuannya. Mencoba merusak takdir sama saja akan merusak kehidupannya sendiri. Banyak orang yang mengeluh atau tidak menerima akan takdirnya yang dirasa begitu kelam maupun rumit, tetapi Kyana yakin semua itu ada alasannya. Bagaimana pun Sang Pencipta kehidupan lebih banyak tahu yang terbaik untuk kehidupan kita daripada kita sendiri sebagai makhluk ciptaan. "Itu tidak bisa dipercaya, Queem," desis Kyana tajam. Pikirannya menjadi melayang jauh ketika dia menginjak usia tujuh tahun. Saat itu dia belum mengerti untuk paham. Dia hany
24. Sisi Lain AvramElifa seketika membungkukkan tubuhnya ketika pintu besar ruangan aula terbuka menampilkan sosok yang sejak tadi dia tunggu kehadirannya. Gadis itu tampak menahan napasnya ketika orang yang paling disegani dan dihormati melewatinya dengan aura kebesarannya. Elifa menahan mati-matian getaran kedua kakinya yang terasa lumpuh, hingga membuatnya hampir luruh. Benar kata banyak orang bahwa aura lord mereka kali ini begitu kuat. Tanpa diperintah pun sudah dipastikan banyak orang bersujud-mengakui akan kekuatan dan kekuasaannya.Avram hanya menyeringai kecil ketika menyadari tubuh putri elf itu begitu kaku hanya karena auranya. Laki-laki itu tampaknya masih menahan kekesalan dengan para kaum elf yang merendahkan gadisnya. Rasa simpatiknya menghilang seketika. Walau dia tahu bahwa kejadian beberapa hari yang lalu hanya dilakukan beberapa orang saja, tetap saja perbuatan merendahkan itu dipolopori langsung oleh sang raja elf. Biarkan kaum elf merasakan dampaknya karena telah
25. Bantuan Alpha WolfieQueem mengembuskan napas panjang ketika jari manis kirinya telah terpasang sebuah cincin. Berbeda dengan sang gadis, Nathan tampak sumringah karena telah dapat maju satu langkah lebih dekat untuk menjadikan Queem pasangan hidupnya. Dengan lembut dikecupnya punggung tangan gadis itu penuh sayang. Suara tepukan meriah dari para tamu undangan terdengar. Hanya ada beberapa orang yang diundang untuk menghadiri acara tersebut, bahkan hanya dari dua pihak keluarga saja. Tidak ada kaum lain yang mengetahuinya. Bahkan para rakyat dari kedua belah pihak pun dibiarkan tidak mengetahuinya. Hal ni dilakukan untuk mencegah terjadinya kericuhan dan penyerangan saat acara berlangsung. Mereka akan menyebarkan hubungannya ketika akan melangsungkan acara pernikahan mereka saja. Agar tindakan pemberontakan dan semacamnya tidak mempengaruhi status keduanya yang merupakan sepasang mate karena telah terjadi hubungan pertunangan. "Percayalah ini yang terbaik." Bisikan lembut Pangera
26. Tiga Pasang Gelang MisteriusAcara pertunangan Queem berjalan dengan lancar, membuat Kyana cukup lega. Bahkan hingga tiga hari setelah acara itu berlangsung dia tidak mendengar desas-desus akan bocornya acara tersebut. Kini Kyana tengah disibukkan oleh tingkah ketiga pengawalnya yang sejak tadi pagi memperebutkan sesuatu yang Kyana sendiri tidak ketahui apa itu. Ia hanya menghela napas kasar, menguap pelan tampak bosan menonton ketiga pengawalnya yang tidak kunjung selesai berdebat."Berikan itu kepadaku, aku yang menemukannya terlebih dahulu!" Glo menatap nyalang Orxphulus yang terlihat memeluk sesuatu di belakang punggungnya. Turut menatap tajam Glo yang mengulurkan tangan kanannya di depan wajahnya."Apa-apaan kalimatmu itu, Glo! Sudah jelas-jelas gelang itu milikku yang diberikan oleh Yang Mulia Ratu Kyana!" Archeros menyerobot tidak kalah kesalnya. Rahangnya sudah mengeras, bahkan geraman kecil terdengar. Tanpa diberitahu pun semua orang dapat dengan mudah tahu bahwa laki-lak