40. Tiga SuasanaReegan kembali ke rumah sementaranya. Yah walau tidak bisa dikatakan rumah karena selama ini dia bersembunyi di sebuah gunung api yang sudah tidak aktif yang dirubah menjadi tempat yang cukup nyaman dan layak huni untuk dirinya dan para kaumnya yang selamat. Kehadirannya kembali disambut hangat para rakyatnya. Laki-laki itu langsung menyapa anak-anak yang mendekat ke arahnya. Satu-dua berebut bersalaman dengan pemimpin mereka itu. Tiga-empat ada yang berebut mendekat ke arah Reegan hanya untuk memberikan kado yang telah mereka siapkan sebelumnya.Hal ini terjadi karena sebelum Reegan pergi, laki-laki itu mengumumkan bahwa mereka akan segera kembali ke kerajaan mereka dahulu. Tentu saja hal itu disambut sorak kebahagiaan para kaumnya yang sekarang mulai kembali penuh karena telah memperbanyak katurunan dari sebelumnya. Dia ingat betul bahwa dulu ia hanya berhasil menyelamatkan kaumnya hanya berkisar dua puluhan. Mengingat kejadian dulu membuat dada Reegan memanas. Meng
41. Penyerangan MonsterKerajaan Worewolf malam ini tampak begitu hening. Tidak ada suara lolongan yang biasanya akan terdengar menggema dan saling bersahutan mengingat malam ini adalah malam purnama. Saking sunyinya membuat Pangeran Nathan yang berdiam diri di balkon utama istana mengerutkan dahinya dalam-dalam. Bahkan hanya untuk merasakan udara malam saja ia tidak bisa. Suara serangga malam pun tak terdengar sedikit pun, membuat laki-laki itu semakin yakin ada sesuatu yang mengganjal. Ditambah sinar rembulan di atas sana berwarna keorange-an, membuat para kaumnya ragu untuk menyambut purnama kali ini. Ada sesuatu yang salah malam ini. Tetapi apa?Pangeran Nathan menoleh ketika mendapati sang ayah yang bergabung di sampingnya. Turut menatap bingung bulan purnama malam ini. Entah apa yang terjadi atau akan terjadi. Bagi mereka akhir-akhir ini terasa aneh. Seperti malam sebelum kemunculan dari Raja Kegelapan alias ayah dari Putri Kyana yang terjadi kejadian ganjal langit darah saking
42. Penyerangan Monster 2Di tempat lain dengan waktu yang sama, lebih tepatnya di Kerajaan Samudra di mana para mermaid dan merman hidup damai di dalam kedalaman laut terlihat begitu kacau. Tidak seperti biasanya di mana mereka akan berenang, mengibas ekor indah mereka seraya bercengkrama satu sama lain. Kerajaan itu tampak hening dengan beberapa bangunan yang hancur sebagian.Suara raungan terdengar keras menggetarkan lautan hingga tercipta gelombang besar di pantai malam itu. Semua makhluk yang berada di daratan hanya tahu bahwa malam itu tengah terjadi pasang air laut sehingga membuat air laut tampak lebih tinggi dari biasanya. Padahal di tengah-tengah samudra di kedalamannya, sebuah kerajaan penjaga samudra tampak kacau balau."Serang bersama-sama!"Perintah lantang itu membuat semua mermaid dan mermain yang semula berlari menyebar mencoba melindungi diri seketika berdiri tegap-mengelilingi sang monster gurita atau yang biasanya disebut dengan kraken yang entah mengapa mengamuk d
43. Kembalinya Sebuah KeluargaKeesokan harinya, kabar gempar akan penyerangan monster semalam di Kerajaan Samudra dan Worewolf tersebar luas. Semua membincangkannya. Raut takut, khawatir sekaligus penasaran terhias cantik di semua orang yang memperbincangkannya. Terlebih bagi mereka yang tidak mendapati serangan dadakan dari monster, takut suatu saat nanti juga menjadi giliran mereka. Tidak sedikit juga yang mempertanyakan kebingungannya mengenai para monster yang telah ditidurkan Kyana beberapa bulan lalu. Satu-dua berbisik-bisik mencurigai gadis itu sebagai penyebab akan penyerangan di kedua kerajaan tersebut."Hanya anggota Kerajaan Kegelapan yang dapat mengendalikan para monster, sudah dipastikan gadis itu yang melakukannya.""Tetapi bukankah Raja Reegan juga dapat melakukannya mengingat ia masih hidup?"Wajah mereka seketika memucat, mengingat Raja Kegelapan yang paling ditakuti itu. Kasak-kusuk semakin terdengar ruyam. Mereka semua yakin bahwa penyerangan monster ini diakibatka
44. Kekacauan"Tuan.""Hancurkan mereka!"Sosok berjubah itu mengangguk, gegas melakukan perintah sang tuan. Usai sampai di luar ruangan sang tuan, sosok berjubah itu hilang dalam sekejap. Meninggalkan lorong ruangan yang begitu hening. Sedangkan sang tuan yang baru saja ditemui menggoyangkan cangkir emasnya yang berisikan alkohol. Seringai tercipta menampilkan gigi taringnya."Mati kalian semua!"Tawa menggelegar keluar dari bibir pucat sang tuan. Memecahkan keheningan ruangan itu. Bersamaan dengan tawanya, angin kencang bertiup memadamkan jajaran obor api yang menjadi penerang ruangan itu. Menyisakan siluet sang tuan yang terlihat samar-samar, hanya terbantu dengan sinar rembulan merah yang lagi-lagi menghiasi malam Dunia Immortal.***Queem membuka matanya, menampilkan iris mata merahnya. Gegas dia menyibak selimut tebalnya, berjalan tergesa-gesa keluar kamar mendapati para prajurit dan pelayan yang berlarian ke sana-kemari dengan wajah cemas. Gadis itu tidak menghiraukannya, terus
45. Terpisah"Ratu jangan diambil hati atas ucapan Ibu Ratu Elle, dia memang sejak awal tidak menyukaimu jadi ucapannya memang suka melantur."Kyana hanya menghela napas panjang mendengar ucapan Archeros yang mencoba untuk menghiburnya. Ketiganya memang kini tengah berjalan menembus hutan Kerajaan Vampir. Bukan karena mereka kehilangan banyak tenaga usai melawan para monster yang mengacauan Kerajaan Vampir, tetapi memang karena kenginan Kyana sendiri sedangkan kedua pengawalnya hanya mengekor saja dalam diam di belakangnya. Barulah ketika mereka sudah cukup jauh dari pemukiman, Archeros memberanikan diri untuk bersuara."Aku tidak pernah memikirkan omongan bibi tiriku, Arc," jawab Kyana seraya menghentikan langkahnya. Membuat kedua laki-laki di belakangnya spontan ikut berhenti."Ratu ...." Bibir Glo terantup rapat ketika mendapati kode dari Kyana untuk diam. Ketiganya seketika hening. Suasana hutan itu menjadi terasa dua kali lipat hening dan cukup mengerikan. Bahkan Glo dan Archeros
46. Rentan Ancaman (Sekarat)Bruuk!Pada akhirnya kedua kaki yang sejak tadi dipaksa untuk berjalan, menyerah jua. Kyana kembali mengerang kembali merasakan nyeri ketika tubuhnya limbung dan berujung terduduk lemah di atas tanah. Napas gadis itu memburu dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya. Penampilannya begitu menyedihkan dan kacau, bahkan gaun yang ia kenakan terlihat begitu kotor. Menggigit bibir bawahnya, menahan erangan ketika ia mencoba menggerakkan kembali kedua kakinya.Andai ia memiliki kemampuan penyembuhan layaknya kaum elf atau kurcaci, pasti ia tidak akan terlihat semnyedihkan sekarang. Mengembuskan napas panjang, mencoba kembali bangkit. Dia menekan energinya yang tersisa ke kedua kakinya agar kembali bisa berdiri walau tampak bergetar. Kentara sekali bahwa gadis itu begitu memaksakan diri. Di tengahnya hutan yang gelap bermodalkan cahaya remang-remang dari rembulan purnama merah ia kembali melangkah mengikuti energi gelang milik Archeros. Tampa ia sadari mahk
47. Rencana PembunuhanSudah dua jam Avram terus terjaga di samping gadisnya yang masih setia memejamkan kedua matanya. Avram curiga bahwa gadisnya saat ini tengah terlelap bukan lagi pingsan. Tetapi tak apa, memang gadisnya tengah membutuhkan istirahat yang cukup. Laki-laki itu tidak bosan di tempatnya. Begitu tenang mengusap surai panjang gadisnya seraya memberikan kecupan lembut di punggung tangan gadisnya yang ia genggam. Senyum manis tidak luntur sedikit pun dari wajahnya. Bahkan rasa kantuk rasanya tidak akan bisa mengusik ketenangan laki-laki itu dalam memandangi wajah gadisnya.Tidak peduli ketika malam semakin larut. Tidak peduli ketika hanya keheningan yang menemaninya. Tidak peduli ketika esok banyak pekerjaan yang mengantri untuk ia selesaikan. Avram hanya ingin terus memandangi wajah tenang gadisnya. Dia bahkan ingin menghentikan waktu saat itu juga. Menunggu gadisnya hingga membuka kedua matanya, menjadikan dirinya objek pertama yang ia lihat. Lalu menyapanya, menyebutka