"Apa kau gila! Menjual barang cacat dengan harga yang tinggi!" Hades memaki si pegawai.
Dia melupakan semua kekesalan yang ada dalam dirinya. Berhubung dia mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan unek-uneknya. Kenapa dia tidak memanfaatkan kesempatan itu."Dasar bodoh. Jika kau tidak tahu barang antik, maka pergilah. Jangan ganggu aku. Aku tidak memiliki waktu untuk melayanimu," ucap si pegawai dengan kesal.Hades yang mendengar hal itu memaki balik si pegawai dengan kata-kata kasar. Dia bahkan mengatakan si pegawai sebagai orang bodoh yang telah ditipu oleh orang lain. Karena menjual benda paling berharga yang ada di patung kucing itu. Dia juga memberi tahu kisaran harga batu, yang dijadikan mata patung kucing itu dengan tepat.Keributan yang dia sebabkan menarik perhatian banyak orang. Bahkan bos di pegawai juga datang menghampiri. Ingin memastikan kebenaran dari ucapannya. Semua orang menatap si Ahli barang antik, yang sedang tersenyum."Apa yang dikatakan bocah ini benar, Tuan?" si pemilik toko bertanya dengan nada ramah pada si ahli barang antik.Si ahli barang antik tersenyum lebar. Dia berkata seraya menatap, Hades. Dengan nada yang terdengar sangat bahagia."Anak Muda. Kau sungguh memiliki pengetahuan yang bagus. Kau dapat menilai batu ini hanya dalam beberapa saat.""Aku sungguh kagum padamu, Anak Muda. Tetapi sayangnya, benda ini sudah menjadi milikku. Kau terlambat!"Mendengar itu wajah si pegawai terlihat sangat pucat. Dia benar-benar menyesal karena telah menjual benda mahal dengan harga yang sangat murah. Dia yakin nasibnya tidak akan selamat setelah hari ini.Tidak jauh berbeda dengan si pegawai. Wajah si pemilik toko begitu shock. Dia benar-benar menyesal karena telah membiarkan barang miliknya di jual dengan harga murah. Dia mengepalkan tangannya, hingga membuat urat-urat berwarna biru terlihat jelas di tangannya.Dia ingin memukul pegawai bodoh yang telah membuatnya rugi jutaan dolar. Akan tetapi, ketika dia memikirkan reputasinya. Dia mengurungkan niatnya untuk memukul si pegawai.Hades tersenyum dalam diam ketika melihat hal itu. Dia berpikir dalam hati. 'Siapa suruh kau bersikap kasar padaku. Sekarang rasakan akibatnya.'"Aku akan membayar seratus ribu untuk patung itu," ucap Hades seraya mengeluarkan uang yang ada dalam sakunya."Haha. Dasar orang bodoh. Kau melihat sendiri bahwa patung itu sudah tidak memiliki nilainya. Dan kau masih mau membelinya dengan harga yang tinggi."Si Ahli barang antik mengerutkan keningnya. Menatap Hades dengan mata yang sengaja dibuat sipit. Seolah-olah dia sedang menatap orang yang mengalami cacat mental.Hades mengabaikan orang itu. Dia menatap lurus ke arah pemilik toko. Menyaksikan si pemilik toko yang sedang sibuk dengan pikirannya.Setelah beberapa saat menunggu. Akhirnya dia mendengar jawaban yang sangat memuaskan. Dia mendapatkan patung kucing itu dengan harga yang murah."Dasar bodoh. Awalnya aku memiliki niat untuk merekrutmu sebagai muridku. Namun sayang, setelah melihat kecerobohan yang kamu lakukan. Aku mengurungkan niatku.""Apa kau pikir kau pantas menjadi guruku," cibir Hades seraya memandang rendah orang itu."Jaga ucapanmu, Bajingan! Dia adalah seorang ahli barang antik yang paling terkenal di negara seril. Tuan Hug Luwis." Salah satu anak buah Hug Luwis berkata dengan marah.Hades mencibir lalu melemparkan patung kucing yang ada tangannya ke tanah. Seketika kulit bagian luar patung tersebut terkelupas. Menunjukkan cahaya keemas yang bersinar dalam patung itu.Semua orang tercengang beberapa saat. Bahkan Dokter Lin yang selama ini diam, terkagum-kagum. Ketika, menyaksikan adegan itu."Ini! Bagaimana … bagaimana mungkin." Hug Luwis seorang kolektor barang antik tidak bisa tidak mengucek-ucek matanya.Dia tertegun di tempat, penyesalan seketika membanjiri hatinya. Karena tidak membeli patung tersebut secara itu. Padahal dia memiliki kesempatan untuk memilikinya. Dia menyesal telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus.Menyaksikan pandangan semua orang yang kagum terhadap, Hades. Hatinya benar-benar iri, dia berpikir. 'Seharusnya saat ini. Akulah yang menjadi pusat perhatian semua orang. Bukan bocah itu.' Namun sayang, meskipun dia menyesal. Dia tidak bisa mengulangi semuanya lagi."Anak muda! Bagaimana kalau kamu menjual patung itu padaku. Aku akan membayar sepuluh juta dolar untuk patung itu. Bagaimana menurutmu."Dia tidak ingin melepaskan barang berharga itu. Dan dia juga tidak bisa merebutnya secara paksa. Bagaimanapun dia harus mempertahankan reputasinya. Jadi yang bisa dilakukan olehnya, hanya menawarkan harga tinggi.Berharap dapat membeli benda itu. Meskipun, sepuluh juta dolar tergolong uang yang sangat banyak untuknya. Akan tetapi, dia memiliki keyakinan bahwa barang itu akan naik beberapa kali lipat lagi di masa depan.Hades tidak langsung menjawab. Dia terdiam sesaat, menatap Hug Luwis dengan senyum tipis di wajahnya. Dia sengaja mempermainkan perasaan, Hug. Membuatnya menunggu dengan cemas."Baiklah. Aku akan menjualnya padamu. Di harga lima belas juta."Hades ingat di kehidupan sebelumnya, emas itu terjual di harga tujuh belas juta dolar. Namun, untuk mendapatkan harga setinggi itu. Dia harus menunggu selama dua puluh tahun.Dia tidak sanggup menunggu selama itu. Lagi pula dia sedang membutuhkan uang yang banyak, untuk memulai bisnisnya.Dia memperhatikan Hug yang terdiam. Menunggu tanggapannya dengan sabar. Setelah beberapa saat, akhirnya Hug menyanggupi harga yang Hades berikan.Setelah menerima uangnya, Hades pergi meninggalkan tempat itu. Dia sama sekali tidak memperdulikan wajah iri para pengamat. Yang ada dalam pikirannya sekarang yaitu menemukan misteri dalam cincin yang dibelinya.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, lagit pun mulai gelap. Hades baru saja sampai di rumah sewaannya. Dia lekas memeriksa cincin itu.Dia mengamati dengan teliti. Namun, setelah menghabiskan waktu berjam-jam. Dia tidak menemukan apapun yang menarik dalam cincin itu."Apa aku salah membelinya!"Hades bergumam dengan suara pelan. Pikirannya dipenuhi oleh tanda tanya dan keraguan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengingat bentuk cincin yang ada di masa depan."Tidak tidak! Aku tidak salah membeli barang. Aku yakin ini adalah Cincin Naga Hitam."Dia berusaha meyakinkan dirinya, menyemangati dirinya sendiri agar tidak menyerah. Dia melanjutkan kembali penelitiannya. Setelah beberapa saat berhenti.Dia mulai frustasi dengan keadaan seperti ini. Di mana dia mencari tanpa menemukan hasil. Dia mulai kehilangan kesabarannya. Melemparkan cincin itu ke dinding yang tidak jauh darinya.Seketika Cincin Naga Hitam itu hancur lebur, menyisakan butiran-butiran batu kecil yang berterbangan. Tanpa dia sadari salah satu dari pecahan batu itu mengarah padanya. Dan secara tidak sengaja berhasil melukai bola matanya."Akh!!!"Dia menjerit kesakitan, kedua tangannya secara reflek menutupi kedua matanya yang terluka. Darah mengalir dari kedua bola matanya. Dia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit.Suara erangan yang memekakkan telinga menggema di ruangan sempit itu. Rasa sakit semakin meningkat dari waktu ke waktu. Dia tidak sanggup lagi menahan semuanya. Lambat laun kesadaran mulai menghilang secara perlahan. Entah sudah berapa lama Hades tertidur. Namun ketika dia membuka matanya kembali. Pandangan di depannya benar-benar membuatnya ketakutan. Dia mencoba meraba-raba ke segala arah. Namun dia tidak bisa menyentuh apapun. Dia mulai merasa panik. Ketika pandangan menjadi gelap. Dia berteriak kencang berharap akan ada yang membantu. "Tidak! Tidak mungkin." Hades mendesis lirih, ada kesal yang tersirat di wajahnya. Pemuda itu mengarahkan tinjunya ke sembarang arah, hingga akhirnya dihempaskan pada tanah di sisi kanan kirinya. Kedua tangannya mengepal, meluapkan semua emosinya. Dia tidak terima akan keadaannya saat itu. Hades menyalahkan dirinya sendiri karena melakukan hal yang ceroboh. Dengan sesekali memukul kepalanya. Dia benar-benar tidak bisa menerima semuanya. Dia juga
Dia tercengang tatkala melihat buku yang dibalut oleh cahaya keemasan. Dia mengambil buku tersebut, memandangnya dengan penuh kekaguman. 'Aku belum pernah melihat buku yang sangat menarik seperti ini. Meskipun aku sudah mengalami dua kali kehidupan.' Hades bergumam dalam pikirannya.Pandangannya dipenuhi oleh kekaguman saat dia memperhatikan setiap detail jilid buku tersebut. "Napas Dewa" Hades membaca pelan judul yang ada di jilid buku tersebut. Rasa penasarannya terhadap isi buku itu, semakin meningkat. Dia membuka setiap lembar yang ada dalam buku itu, membacanya secara perlahan. Semakin lama dia membaca. Semakin tinggi keingintahuannya terhadap isi buku tersebut. "Buku ini sangat menarik," gumam Hadas. Dia benar-benar tenggelam dalam pikirannya tatkala membaca buku dari halaman satu ke halaman lain. Isi buku tersebut benar-benar membuatnya terpesona. Bagaimanapun isi buku tersebut memberinya pengetahuan yang sangat langka. Dimana dia bisa mengetahui cara menyembuhkan penyakit-
Jasmine kembali dibuat terkejut oleh kelakuan Direktur Long. Ketidak senangan tergambar jelas di wajah. Dia berusaha menarik tangannya. Jasmine mundur beberapa langkah ke belakang. Dia memperingati pria itu dengan tatapan tajam. Namun, pria itu nampak tidak menghiraukan ancamannya. "Jangan macam-macam. Atau aku akan berteriak!" teriak Jasmine dengan wajah yang terlihat ketakutan. "Haha! Apa kau bodoh! Kau ingin berteriak? Silahkan," cibir Direktur Long. Direktur Long tertawa terbahak-bahak. Dia memasang ekspresi mengejek di wajahnya. Langkahnya semakin dekat dengan wanita itu."Berhenti di sana. Tolong! Tolong!" teriak Jasmine berharap akan ada seseorang yang menolongnya. Direktur Long kembali meraih tangan Jasmine. Dia mencengkram erat tangan wanita itu. Seringai penuh napsu tergambar jelas di wajahnya. "Diamlah! Percuma kau berteriak. Karena tidak akan ada seorangpun yang akan mendengarnya."Dia menarik tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Namun, lagi dan lagi wanita itu memb
Kedua orang yang baru datang itu menundukkan kepala. Mereka tidak tahu harus menjawab apa. Ekspresi di wajah kedua orang itu terlihat sangat aneh. Setelah bertukar pandang salah satu dari mereka menjawab dengan ketakutan."Maafkan kami, Tuan. Aku belum menemukan keberadaan Dokter Jasmine.""Sialan! Aku sudah menunggu lama. Namun kalian masih tidak bisa memanggil, Dokter Jasmine. Untuk merawat putriku! Apa kalian sengaja mempermainkanku?" Pria itu berteriak dengan nada tinggi. Kemarahan tergambar jelas di wajahnya."Dengarkan aku. Jika terjadi sesuatu dengan anakku. Aku pastikan kalian akan …."Belum sempat pria itu bisa menyelesaikan perkataannya. Orang lain dengan pakaian rapi dan jas hitam, yang melekat di tubuhnya datang tergesa-gesa. Dia membungkukkan badannya sedikit. "Mohon maafkan aku, Tuan Moore. Karena aku datang terlambat." Pria itu berkata dengan nada yang terdengar penuh penyesalan. "Plak!" Orang yang disebut Tuan Moore itu menampar pria yang baru saja datang. Menggunaka
Dia melihat seorang pemuda berpakaian rapi dengan jas putih melekat di badannya. Pria itu berlari ke arahnya sambil berkata dengan penuh perhatian."Kamu tidak apa-apa kan?" "Aku baik-baik saja, Dokter Mike," jawab Jasmine.Dia sedikit menyembunyikan tubuhnya di belakang, Hades. Entah kenapa saat melihat tingkah Dokter Mike yang begitu perhatian padanya. Dia merasa sedikit tidak nyaman. Adegan itu berhasil menarik perhatian Dokter Mike. Dia menyeritkan dahi tidak suka terhadap tingkah Jasmine, yang seolah-olah menghindarinya. Apalagi sikap dan tindakan Jasmine barusan begitu mencolok di matanya. Seketika api cemburu kembali berkobar di hati Dokter Muda itu. Dia menatap tajam ke arah Hades. Kedua tangannya mengepal seolah-olah menandakan betapa marahnya dia. "Siapa kau?" tanya Dokter Mike dengan nada tinggi. Hades menatap acuh tak acuh pada Dokter Mike. Sikapnya begitu tenang ketika berhadapan dengan Mike yang berapi
"Benar apa yang dikatakan oleh Dokter Anton. Kenapa kamu tidak mengeluarkan semua kemampuanmu. Asal kamu tahu saja, jika terjadi sesuatu dengan, Nona Moore. Kami semua tidak akan melepaskanmu." Dokter lain berkata dengan wajah mengancam. Dia berusaha memprovokasi orang lain, agar mengikutinya dan menjadikan Jasmine sebagai kambing hitam. Dia juga memberikan kode pada temannya dengan mengedipkan mata. Hingga membuat orang itu menambahkan garam pada ucapannya. "Aku juga setuju. Kalau terjadi sesuatu dengan, Nona Moore. Kamu harus bertanggung jawab." Teman seperjuangan si dokter segera mengangkat tangannya. Sambil menatap dokter yang lainnya. Memaksa mereka untuk menganggukkan kepala. Sebelumnya semua orang sepakat untuk melemparkan tanggung jawab pada, Jasmine. Karena tidak datang ke rapat yang mereka adakan. Namun, karena kabar insiden yang menimpa wanita itu. Mereka semua mengurungkan niat untuk menjadikan Jasmine sebagai kambing hitam.
Namun, yang mereka tidak ketahui adalah cara, Tuan Moore melakukan ancamannya. Mungkin di mata mereka semua orang. Selama mereka menemukan seseorang untuk menanggung akibatnya. Maka mereka akan terbebas dari ancaman tersebut. Akan tetapi, kenyataan tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Presiden Jack paham lebih baik dari siapapun tentang cara Tuan Moore menangani orang-orang yang membangkang. Bagaimanapun Tuan Moore akan selalu membuktikan ucapannya. Ketika Tuan Moore mengatakan bahwa dia tidak akan melepaskan siapapun. Maka semua orang tidak akan pernah bisa lepas dari dari genggamannya. Bahkan keluarga mereka juga akan menerima imbasnya juga. Oleh karena itu lebih baik baginya untuk menjaga hubungan dengan Jasmine. Dari pada mengikuti keinginan semua orang menjadikan wanita itu sebagai kambing hitam. Bagaimanapun hanya Jasminelah yang bisa mengobati, Nona Moore. Dan selama dia bisa membuat wanita itu mengeluarkan semua kemampuannya, untuk mengobati
Sementara itu di dalam bangsal. Terlihat seorang wanita di penuhi oleh keringat tubuhnya dipenuhi oleh peralatan kedokteran. Wanita itu berusaha sekuat tenaga menyembuhkan pasiennya. Namun, setelah sekian kali mencoba kondisi pasiennya semakin melemah. Bahkan detektor jantung mulai menunjukkan garis lurus. Wanita itu dengan panik mengeluarkan alat pemacu jantung. Namun, lagi dan lagi usahanya gagal. Hingga membuat Dokter wanita itu nampak tidak berdaya."Maafkan aku. Aku sudah berusaha semampuku," ucap Jasmine dengan raut wajah sedih. Mendengar ucapan dokter wanita itu jantung Tuan Moore berdetak kencang napasnya terasa sesak. Dia memegangi dadanya pandangan matanya terasa buram. Dia hampir saja jatuh ke lantai untung saja, Presiden Jack sigap menangkap tubuhnya. "Tuan Moore. Apa kau baik-baik saja," ucap Presiden Jack ketakutan. "Tidak apa-apa! Aku baik-baik saja." Tuan Moore melambaikan tangan. Dia mengatur napas