“Elsa? Pangeran Athens? Atau pangeran Fraign?” Bibi Lucy bertanya dengan hati-hati, berusaha agar suaranya terdengar stabil, meskipun sepertinya gagal karena ada getaran aneh yang keluar dari tenggorokannya.“Jadi bibi juga mengenalnya.” Ucapnya ambigu, pangeran itu bahkan melanjutkan makan siangnya dengan santai, tanpa tahu wajah wanita tua di sampingnya sudah dipenuhi oleh keringat dingin.“Tentu saja, dia adalah keponakan saya,” bibi Lucy mencoba mengendalikan suaranya agar tetap terdengar normal.“Dia juga bekerja di kerajaan, tepatnya di peternakan kuda” lanjutnya.“Oh, begitu rupanya.” Pangeran Harvey seperti enggan melanjutkan ucapannya setelah mengetahui gadis itu adalah keponakan dari pengasuhnya.Sejujurnya, dia tidak ingin menyakiti hati wanita tua itu dengan kata-katanya. Karena bagaimanapun, selain pernah menjadi pengasuhnya, bibi Lucy juga adalah seorang pengurus kastil ardglass selama ini.Apalagi dirinya terlanjur tidak menyukai Elsa yang dia kira sedang menggoda Athen
Tadinya dia berniat kembali ke ruangan itu untuk mengambil pita rambutnya yang tertinggal. Sebelumnya dia pergi terlalu terburu-buru hingga tanpa sadar meninggalkan pita birunya di sana. Namun saat dirinya hendak memasuki ruangan, telinganya justru menangkap percakapan dan niat jahat dari kedua kakak beradik itu.Ravena memutuskan untuk tetap di tempatnya, berdiri di balik dinding dan menguping percakapan dua pangeran itu.‘Menjadi selirmu? Cih!’ Ravena memaki dalam hati, menertawai kepercayaan diri pangeran Athens yang di luar nalar.“Terima kasih pada pita biru kesayanganku, berkatmu aku jadi mengetahui rencana jahat mereka berdua. Tapi sayangnya aku harus merelakanmu tetap berada di sana, maaf.” Ravena bermonolog dalam hati, saat ini dirinya sudah sepenuhnya keluar dari kastil Llyn.“Ravena! Apa kau baru saja keluar dari kastil Llyn?” Ravena menoleh, matanya melotot sempurna saat mendapati Noland yang sedang bergerak menuju ke arahnya.“Ssstt kecilkan suaramu. Kita sedang berada di
Ravena panik dan langsung membuang muka kemana saja, asal tidak berhadapan dengan Harvey. Dirinya tidak siap kalau harus ketahuan secepat ini, dan dalam situasi ini.“Aku merasa pertemuan kita di Helion bukanlah satu-satunya.” Harvey tidak berbohong saat mengatakannya.Ravena masih belum berniat menjawab apapun, dia justru melihat ke arah Noland, mengisyaratkan pada pria itu untuk membantunya.“Ehem, pangeran Harvey, kita ada pertemuan dengan para pejabat kerajaan sebentar lagi.” Pangeran Harvey mencoba tidak terpengaruh dengan perkataan Noland di belakangnya, wajahnya masih memandangi Ravena yang tengah berusaha keras menghindarinya.“Dengar, aku tidak peduli apapun yang sedang kau rencanakan di dalam kepalamu yang mungil itu. Hanya saja, bisakah kau melakukannya jauh dari pandanganku?” Ravena merasakan rambut di sekitar lehernya berdiri saat mendengar kalimat itu diucapkan tepat di telinganya.
‘Gadis itu bahkan nyaris membuatku melanggar sumpah yang sudah kuucapkan. Bagaimana aku harus bertanggung jawab pada leluhurku dan juga Ravena di surga? Yang bisa kulakukan adalah menjauh darinya, sejauh mungkin.’Harvey mengepalkan kedua tangannya, memejamkan mata dengan erat, lalu dengan gerakan perlahan dan penuh wibawa mulai memasuki aula utama erast.“Pangeran Harvey, senang bertemu denganmu lagi.” Suara seseorang menyapanya saat dirinya baru saja menginjakkan kaki di aula utama Helion.“Kita terakhir bertemu saat Royal Ascott, seingatku kau pergi bersama Athens. Apa pertemanan kalian tidak menghasilkan sesuatu yang baik?” Ucapan Harvey terdengar dingin dan tanpa basa-basi seperti biasa.Satu lagi jenis manusia yang tidak dia sukai, penjilat dan bermuka dua. Harry Kane memiliki keduanya.“Kami adalah teman lama, Athens pernah membantuku saat lenganku nyaris putus terkena anak panah saa
‘Andai saja aku tidak terikat sumpah dengan Naomi. Aku pasti sudah mengatakan dengan keras di depan pangeran itu kalau Elsa adalah Ravena, dan dia masih hidup!’ Rahangnya mengeras saat membatin akan hal itu, mencoba menahan diri dari kekesalnya karena Harvey yang selalu menuduh Ravena.Noland menggeleng melihat tingkah Harvey yang semakin di luar nalar. Dirinya kemudian mengejar langkah pangeran itu yang sudah berada jauh di depannya.***“Elsa, pastikan untuk mengunci semua pintu kandang sebelum kau pulang.” Ucapan Christo menggema di seluruh ruangan.“Baik, sampai jumpa.” Ravena menunduk sejenak saat melihat Christo hendak meninggalkan peternakan lebih dulu. Sementara dirinya masih harus memastikan ulang seluruh kandang dalam keadaan terkunci.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, hari sudah sore namun awan hitam tampak menaungi seluruh langit Helion. Sepertinya akan terjadi badai. Suara guntur y
Ravena memejamkan mata, dia tidak ingin memikirkan apapun lagi. Tapi, terlepas dari keinginannya, tubuhnya dengan sendirinya menjawab hasrat yang muncul. Menyambut serangan bibir Harvey yang menghasilkan desiran hasrat yang meruntuhkan pertahanan terakhirnya.Bibir Harvey menekan keras, mencicipi, menghisap, membelai bibir Ravena hingga bibir gadis itu menjadi sensitif dan membengkak. Tiba-tiba Ravena membalas ciumannya dengan penuh hasrat yang sama.Lidah Harvey menekan bibirnya, mengambil alih dan menyuarakan kepemilikannya. Ravena menyambut keberadaan Harvey, memperdalam ciuman mereka, dan mengijinkan pria itu mengambil alih.“Apa? Kenapa?” Matanya berkedip beberapa kali saat tiba-tiba pria itu menarik diri, terengah-engah dan perlahan membuka mata.“Kau cukup berpengalaman, apa karena sudah terbiasa?” Ravena merasa seperti dicekik saat itu juga. Dia tahu apa yang Harvey pikirkan tentangnya, bahkan memahaminya.
“Bagaimana mungkin dua orang yang berbeda memiliki begitu banyak kemiripan?” Harvey masih memegangi bibirnya yang merah dan bengkak, mengelusnya pelan sambil mengingat peristiwa panas yang baru saja terjadi.“Pangeran Harvey, ada apa? Kau baik-baik saja?” Suara Noland terdengar di belakangnya, memaksa Harvey kembali bersikap normal.“Noland, apa kau pernah tertarik pada seseorang?” Tanyanya, mengabaikan pertanyaan Noland sebelumnya.“Apa maksudmu?”“Jawab saja.”“Per—nah.” Jawab Noland dengan hati-hati.“Ketertarikan secara fisik, dengan dua orang sekaligus. Apa kau pernah mengalaminya?” Noland menautkan kedua alisnya, masih belum mengerti dengan arah pembicaraan Harvey.“Bukan hanya tertarik secara visual, tapi kau juga merasa tertarik secara—seksual. Dimana kau kesulitan mengendalikan dirimu saat orang itu ada di de
“Bukan seperti itu, kau salah paham.” Ravena kembali membuang muka, menghindari kontak mata dengan Noland.‘Apakah dirinya mirip dengan buku yang terbuka? Kenapa orang lain mudah sekali membaca pikiranya?’ Batin Ravena frustasi.“Salah paham? Bukankah kau sudah jatuh cinta dan membencinya sekaligus?” Tanya Noland, mengulangi perkataan Ravena sebelumnya.“Pokoknya kau sudah salah paham. Sudahlah jangan bertanya lagi.” Ravena mencoba menyembunyikan kegugupannya, dirinya sudah seperti pencuri yang tertangkap sekarang.“Tunggu, kenapa jalanmu cepat sekali.” Noland berteriak saat mendapati Ravena yang tiba-tiba mempercepat langkah kakinya.Noland tersenyum melihat Ravena yang salah tingkah. Gadis itu terlihat lebih menggemaskan dengan ekspresi wajah seperti itu.‘Anda saja aku memiliki satu saja kesempatan untuk bisa memiliki dan menjagamu.’***