Share

7. Hari yang sial

Akhirnya keuangan kami sudah lebih membaik dari sebelumnya. Ternyata sangat mudah untuk bisa mendapatkan sejumlah uang dari menjaminkan surat motor. Aku kira uang sebesar sepuluh juta dari dua surat motor yang ku gadai paling tidak cukup untuk satu mingguan ke depan.

Aku harus segera menemui Lasmi. Aku sudah rindu dengan dirinya. Aku tahu dia pasti masih marah karena aku sempat memenuhi permintaannya. Aku akan memberikannya kejutan. Karena hari pernikahan kami pula sudah semakin dekat, hanya tinggal menghitung hari. Kami akan segera mempersiapkan pernikahan kami.

"Huek..., huek..., huek...," saat kaki ini hendak melangkah keluar kamar tiba-tiba terdengar suara seperti orang mabuk. Aku segera keluar kamar untuk mengecek sumber suara tersebut. Dan benar saja Eni yang ku dapati sedang bersama dengan ibuku, yang mana ibu sedang memijat pundak adik bungsuku.

"Eni kenapa, Bu?" tanyaku sambil menyelidik ke arah perempuan yang berstatus adik bagiku.

"Ibu juga gak tahu. Palingan juga masuk angin." ucap ibuku datar.

"Huek..., huek..., huek...," lagi Eni kembali ingin memuntahkan sesuai dari perutnya. Dia berlari ke arah kamar mandi yang ada berdampingan dengan dapur. Aku dan ibu pun mengekor di belakang.

"Rud, coba kamu antar adikmu untuk periksa." titah ibu setelah Eni hilang di balik pintu kamar mandi.

"Rudi sudah ada janji sama Lasmi, Bu. Kenapa gak sama ibu saja atau minta tolong sama Mbak Lestari." Aku mencoba menghindar.

"Kamu itu. Sudah tahu adikmu itu sakit. Kamu masih memikirkan kesenanganmu sendiri." ujar ibu sambil berlalu dari hadapanku. Biarlah, Eni menjadi urusan ibu karena aku juga memiliki urusan sendiri. Lagi pula adikku itu sudah besar dan bukan anak kecil lagi.

Aku segera berlalu meninggalkan rumah ibuku untuk menuju rumah kekasihku. Entah kenapa tiba-tiba saja motor yang aku kendarai ini mesinnya mendadak mati padahal aku sudah mengisi bensinnya sampai full dan kenapa juga harus tepat di depan area pemakaman umum di ujung desa. Meski jarak rumah kami hanya berbeda desa. Aku sengaja mengambil jalan tikus agar lebih cepat untuk sampai di rumah Lasmi. Jalanan menuju ke rumahnya melewati persawahan milik warga dan sebelum melintasi jalan persawahan tersebut terdapat jembatan yang merupakan batas antar desa yang mana sebelum melintasi jembatan tersebut adalah merupakan tanah pemakaman umum yang mana mendiang Zaki putraku juga di kuburkan di tempat tersebut. Tiba-tiba pikiran aneh melintas di benakku. Pasalnya biasa banyak warga yang beraktivitas di sawah tapi tidak dengan saat ini. Sangat sepi bahkan tidak ada seorangpun yang melintas selain aku seorang.

'Si*l!' umpatku dalam hati. Tak ku sangka niat untuk menjemput kebahagiaan justru berbuah ke s**lan. Matahari sudah berada tepat di atas kepala belum juga ada seorang yang melintasi jalanan ini. Sudah beberapa kali aku berusaha untuk mencoba mendorong motorku ini, namun nihil tak sejengkal pun motor ini bergerak dari tempatnya. Apakah ini akibat karena aku tidak memenuhi permintaan ibuku untuk mengantarkan Eni pergi periksa ke puskesmas? Jika iya, aku benar-benar menyesali keputusanku tadi. Atau juga..., ah tidak mungkin. Aku segera menepis pikiran aneh di otakku ini. Zaki sudah pasti saat ini tenang di sana.

'Kenapa jadi seperti ini!' teriakku dalam hati. Aku menendang ban motor yang tidak punya salah kepadaku untuk melampiaskan emosiku. Sudah sedari tadi aku di sini dan berharap ada seseorang yang dapat menolongku. Sekali lagi ku coba menstarter mesin motorku ini berharap ada keajaiban dan segera menyala lagi. Namun lagi dan lagi tidak ada tanda-tanda untuk mesinnya hidup kembali. Ku coba untuk mengecek gawai yang aku bawa dan si*lnya lagi gawai yang sedari tadi pagi sudah aku isi entah kenapa tiba-tiba juga ikut mati pula dan juga tidak dapat aku hidupkan. Sudah jalan yang sepi tidak seperti biasanya dan tiba-tiba saja awan mendung menyelimuti langit biru yang awalnya cerah.

Belum sempat diri ini mencari tempat untuk berteduh tiba-tiba angin kencang di sertai gelegar kilat saling bersautan bersamaan dengan derasnya air hujan yang turun.

Tanpa berpikir panjang aku berlari ke arah pondok kecil yang terletak di depan pintu masuk atau makam. Jangan di tanya bagaimana. Karena terpaksa juga sehingga rasa takut yang semula singgah tiba-tiba menguap begitu saja.

🌺🌺🌺

Tepat waktu magrib aku tiba di rumah dengan kondisi basah kuyup karena hujan angin yang meskipun aku sudah berteduh tetap saja baju yang aku kenakan basah karena terpaan air hujan. Untung saja aku tadi di pertemukan dengan sebuah mobil pickup pengangkut padi. Kalau tidak, entah bagaimana dengan nasibku ini.

Aku sudah berganti baju. Meski begitu badan ini masih saja menggigil karena hawa dingin yang lumayan tadi.

"Ini, cepat kamu minum wedang jahenya." Ibu menyodorkan cangkir yang di dalamnya berisi seduhan jahe.

"Iya, Bu, terimakasih." Aku segera meraih cangkir tersebut dan segera menyesapnya dengan sesekali meniup-niup isi yang ada di cangkir tersebut.

"Kamu kok sampe bisa basah kuyup seperti tadi?" tanya ibuku dengan menatap aneh ke arahku. "Namanya juga kehujanan." ujarku lalu meneruskan kembali menyesap jahe panas yang ada di cangkir yang ku bawa.

"Kok aneh kamu itu. Lha wong sedari tadi pagi sampe menjelang sore di situ panasnya terik." ujar ibu yang sepertinya tidak mempercayai ucapanku.

"lha nyatanya juga begitu. Terus tadi ibu jadibke puskesmasnya?"

"Gak jadi, Eninya sudah ibu paksa-paksa juga gak mau. Dia tadi cuma minta di kerokin sama minta di beliin rujak buah." Entah kenapa aku merasa aneh dengan yang baru saja yang di omongkan oleh ibuku tentang sakitnya Eni. Kok dipikir-pikir gejalanya mirip dengan waktu Rani awal-awal hamil Zaki dulu. Atau jangan-jangan.

"Terus, tadi ibu dapat rujaknya?"

"Iya dapat. Tadi Lestari, kakak kamu yang nyariin. Entah dapat di mana anak itu."

"Terus sekarang gimana kondisi Eni, Bu?"

"Habis makan rujak tadi siang. Adikmu itu tertidur pulas. Tadi sempat bangun minta di beliin bakso yang pedes." Aneh, padahal Eni kan gak suka sama makanan yang pedas-pedas.

Ah, anak itu bikin penasaran saja sakitnya. Semoga saja dia cepat pulih seperti sedia kala.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status