Danu merasa curiga pada ibunya sendiri karena tiba-tiba saja meminta dipertemukan dengan Radisha.
"Mama mau bertemu dengan Radisha terus mau memaksanya untuk pulang begitu?" tebak Danu menatap penuh selidik."Iya ... Mama mau bicara dengannya, siapa tahu Radisha bisa berubah pikiran setelah berbicara dengan Mama," ucap Natalie."Dengan cara apa Ma? Mungkin saja Radisha sudah tidak mau menganggap Mama sebagai Ibu mertuanya karena gara-gara Mama Ibunya belum juga ditemukan sampai sekarang!" tegas Danu menyampaikan."Maksud kamu tidak bisa ditemukan bagaimana? Prasasti kan pulang ke Kampungnya!""Ibu Prasasti masih di Jakarta, mana mungkin dia akan kembali ke kampung mau tinggal sama siapa dia di kampung!" Danu merekat hebat ketika adu mulut dengan ibunya.Natalie merasa telah dibohongi oleh Prasasti, prasangka buruk terhadap Prasasti pun mulai berseliweran kembali di dalam benaknya.'Sial! Jadi selama ini Prasasti berboh"Tentu saja kata-kataku dapat kau pegang, aku janji sampai kapanpun kau akan tetap menjadi Istriku," ucap Danu kembali meyakinkan Radisha.Seketika Radisha kembali terdiam, ia berusaha mempertimbangkan ajakan Danu. Walaupun keputusannya kali ini akan mencakup semua permasalahan yang di hadapinya."Kau mau pulang denganku kan Radisha?" Radisha hanya diam, ia belum mengatakan apapun terkait keputusannya. Radisha masih mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil."Aku mohon pulanglah denganku, kau mau kan?" tanya Danu dengan tatapan memelas pada istrinya.Radisha menatap Danu, ia merasa kasihan pada suaminya. Namun, hatinya masih bertolak belakang dengan pikirannya. Dia masih kesal pada ibu mertuanya yang seolah-olah mengusir ibunya. "Baik, aku akan pulang bersamamu, tapi dengan satu syarat!""Apakah harus dengan satu syarat? Mengapa harus memakai syarat?" Danu menatap dalam-dalam wajah istrinya."Tentu saja harus dengan sat
Naratama terus menatap pada langkah putrinya. Dia semakin khawatir terhadap sikap Audrey yang semakin buruk. Naratama mulai memikirkan siapa pendamping putrinya kelak nanti, apakah ada pria yang bisa menerimanya dengan sikap seperti itu?'Audrey-audrey sampai kapan kau bersikap kekanakan seperti ini nak,' batin Naratama menggeleng kepalanya.Kemudian, Naratama kembali lagi ke ruangannya untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang masih belum sempat di selesaikan.Di tempat lain, Radisha, Danu dan Natalie sedang mencari keberadaan Prasasti. Mereka bertiga terus menyusuri tempat-tempat di kota Jakarta agar segera dapat menemukan ibu Prasasti.Tiba-tiba saja Natalie menghentikan langkahnya. 'Ah ya ampun ... kenapa tiba-tiba saja kakiku terasa sakit ya?' "Kenapa Ma?" tanya Danu dia khawatir pada ibunya itu."Tidak kenapa-kenapa Nak, sudah kau lanjutkan saja mencari Ibu Mertuamu itu!" "Ah-Iya, kalau begitu Danu lanjut cari Ib
Prasasti akhirnya mau kembali ke rumah keluarga Naratama atas permintaan Kamandanu, dan Radisha. Terlebih lagi Natalie pun sudah mengijinkannya, dan bersusah payah membatalkan perjanjian yang sempat disepakati oleh Prasasti."Pasti Papa akan senang akhirnya kau, dan Ibu akan kembali tinggal bersama kami," ucap Danu di sela mengemudikan mobilnya."Mudah-mudahan ya Papa kamu itu senang dengan kedatangan aku, dengan Ibu. Aku tidak ingin lagi memiliki masalah Suamiku, sudah cukup masalah kita kali ini," Radisha berbicara dengan santai di samping suaminya."Semoga saja ya Ra, tapi aku yakin sih kalau Papa akan sangat senang dengan kedatangan kita," Danu masih memegang kendali mobilnya, dan terus melanjutkan perjalanannya.Namun, Natalie masih ragu dengan kembalinya Prasasti yang akan tinggal bersamanya. Ketakutan terbesar Natalie membawa Prasasti pulang ke rumahnya adalah perasaan suaminya yang masih sama pada Prasasti.'Aku harus memulai sias
"Aku juga cukup sadar diri Natalie! Lagi pula mana mungkin Mas Naratama masih menyukai aku, kamu lihat saja dirimu! Penampilanmu denganku jauh berbeda, kau elegan dan berkelas, sementara aku hanya Wanita dari Desa, kenapa kau harus merasa tersaingi?" Natalie merasa tertampar oleh jawaban Prasasti, dia hampir kehilangan kepercayaan dirinya. 'Sial! Apa yang di katakannya benar juga, ngapain aku harus takut kalah bersaing dengannya. Aku kan Cantik, dan Modis sementara dia penampilanku saja kampungan!' batin Natalie melirik dari atas kepala hingga ujung kaki Prasasti."HUH!" Natalie menghela nafasnya, "Baiklah, kau ada benarnya. Tapi awas saja kalau kamu berani dekat-dekat dengan Mas Naratama!" ancamnya lagi."Tidak akan Natalie, aku ini cukup tahu diri!" tandas Prasasti meyakinkan besannya.Natalie merasa lega setelah mendengar ucapan Prasasti, pandangannya terbuka lebar ketika dia mulai membandingkan penampilannya. Ia pun segera beranjak meninggalk
"Aku akan selalu di sini, dan terus meminta maaf padamu, karena kau akan selalu mengikutimu," rayu Danu terhadap Radisha."Benarkah kau akan selau di sini, jika aku memaafkanmu berati kamu akan tetap di sini?""Iya ... aku akan selalu di sini Istriku!" jawab Danu meyakinkan.Radisha menggeleng kepalanya mencari cara agar Danu tidak terus-menerus mengikutinya. "Ya sudah aku memaafkanmu, walaupun sebenarnya aku masih malas sama kamu! Sesuai permintaanmu aku akan memaafkan kamu, tapi kau juga harus tetap di sini kan?" Setelah memaafkan suaminya Radisha buru-buru pergi dari hadapan Danu. Sudah berjalan menjauh dari Danu, Radisha kembali menoleh. "Sesuai ucapanmu kau akan tetap berdiri di sana kan?!" Radisha terkekeh, dia berhasil mengerjai suaminya."Tapi Radisha?" Danu termakan omongannya sendiri, dia kecolongan. "Aishhh dasar aku ini!" rutuknya setelah sadar kalau di berhasil dikerjai oleh istrinya.Danu kembali menyusul
Radisha tersentak dari lamunannya ketika Danu bertanya padanya. "Aku tidak melamun," ucapnya menengadahkan kepalanya menatap pada Danu."Kalau kau tidak melamun tentu saja kau sudah menjawabku," Danu berharap Radisha mengabulkan permintaannya. Dengan tatapan memelas Danu terus melancarkan bujukannya."Memangnya kau bertanya apa padaku?" Radisha menarik nafasnya perlahan mulai serius menanggapi Danu, "Katakan apa memangnya?" ulang Radisha."Aku mau kita melakukan hubungan layaknya Suami-Istri pada umumnya, apa kau bersedia,""Jangan akui aku Istrimu, kalau aku menolak segala kebutuhanmu. Kau mau menyalurkan kebutuhan biologismu kan?" Radisha mendesak Danu agar secepatnya menyalurkan hasratnya itu."Apa kau bersedia milikmu bersatu dengan milikku?" Danu ragu untuk memulai, lantaran ia takut kalau Radisha masih marah padanya."Kapan aku menolakmu? Tunaikanlah sekarang, aku tidak akan menolaknya," Radisha segera merangkak naik ke ata
"Jangan marah Drey, aku hanya bercanda," Radisha bergegas menuju dapur untuk membuat makanan. Ia sangat puas melihat wajah kesal adik ipar yang selalu saja memandangnya sebelah mata.Dengan senang hati ia melakukan pekerjaannya itu setiap hari, demi cintanya pada Danu Radisha rela melakukan apapun untuknya. Terlebih lagi sekarang dia mulai mengumpulkan kembali kepercayaannya yang sempat hilang karena pengaruh Tifany."Aku bingung harus membuat apa untuk Suamiku? Sepertinya dia akan suka jika aku membuat roti bakar untuknya," ucap Radisha pada dirinya sendiri, sambil membolak-balikkan roti di atas teplon itu.Tidak berselang lama Radisha pun kembali ke meja makan, tapi sepertinya Danu belum juga turun dari kamarnya.Aroma nikmat tercium oleh Natalie, ia memuji menantunya. "Wangi apaan nih? Sepertinya nikmat sekali," puji Natalie melirik arah Radisha, "Apa Mama boleh mencobanya?" Natali, lantas meminta makanan bikinan Radisha."Ini khusus d
Radisha berusaha melerai selisih paham di antara ibu mertua, dan ibunya ia berpikir keras mencari solusi agar salah satu dari mereka tidak ada yang merasa di sebelah pihakkan olehnya saat berusaha menguraikan permasalahan mereka.Sebelum mendamaikan kedua orang tuanya, sejenak Radisha menarik nafasnya dalam-dalam, "Ma, mungkin maksud Ibu dia khawatir sama Radisha karena kan Mama tahu Radisha ini dari kampung, bukan maksud Ibu untuk melarang Radisha pergi sama Mama," ucap Radisha berusaha menengahi keduanya.Kemudian, Radisha beralih pada ibunya. "Ibu juga tidak usah mengkhawatirkan Radisha, lagi pula Radisha perginya kan sama Mama Natalie, jadi sebisa mungkin Mama Natalie akan mengajari Radisha bagaimana cara bersikap layaknya Perempuan kota," dengan sangat hati-hati Radisha berusaha memberi masukan pada ibunya, lalu Radisha balik menatap pada Mamanya, "Mama akan mengajari Radisha kan, mana mungkin Mama juga melepas Radisha begitu saja, iyakan Ma?""Yang k