Sementara sopir yang ditugaskan oleh Natalie untuk menjemput besannya di terminal, baru saja datang ke terminal dan mencari ibu yang bernama Prasasti tanpa tahu seperti apa wajahnya.
Dari kejauhan terlihat Prasasti menghampiri seorang Pria yang berdiri di samping mobil mewah, ia yakin jika Pria itu adalah sopir yang ditugaskan untuk menjemputnya."Permisi, apakah Bapak ini Sopir dari keluarga Nyonya Natalie ya?" tanyanya penuh harap.Pak sopir itupun memerhatikan Prasasti dari ujung kepala hingga ujung kakinya, ia pun bergumam lantaran dia berpikir tidak mungkin bila keluarga BILLIONAIRE ternama itu memiliki calon besan yang penampilannya biasa-biasa saja itu."Apa Ibu ini yang bernama Prasasti?" tanyanya meskipun tidak percaya pada perempuan yang berdiri di hadapannya ini adalah calon besan dari majikannya."Iya ... saya Prasasti! Memangnya kenapa Pak?" heran ibu Prasasti pada pria yang terlihat cukup gagah itu."Apakah benar AnSemua tamu undangan kini menatap pada Radisha yang sedang memeluk Ibu kandungnya, orang-orang yang menyaksikan itu tampak heran karena seorang istri dari BILLIONAIRE ternama di Jakarta berpelukan dengan seorang perempuan tampak lusuh dengan penampilan layaknya orang kampung."Siapa Perempuan itu Pah?" bisik Stevani ditelinga suaminya."Tidak tahu, jangan-jangan itu Ibunya dari kampung!" balas Tuan Alexandre berbisik-bisik dengan istrinya."Sungguh memalukan!" ucap Stevani menatap remeh pada Radisha yang masih memeluk ibunya.Terbesit di benaknya untuk mengetahui Natalie. 'Apa jadinya kalau Natalie mengetahui kalau Ibunya Radisha berpenampilan seperti ini,' ucap Stevani tersenyum menyeringai.Perlahan Stevani berjalan untuk mencari Natalie, ia ingin mempermalukan Natalie di hari pernikahan putranya itu."Kau mau ke mana Ma?" Alexandre menahan lengan istrinya."Aku mau cari Natalie, dia pasti bakal malu Pah, setelah melihat besannya itu,""Ya kau b
"Mama mau kau mentalak Radisha! Dia bukan Perempuan yang tepat denganmu!"Dengan angkuhnya Natalie berusaha memutuskan hubungan yang baru saja terjalin."Apa masalahnya? Danu tidak akan pernah meninggalkan Radisha sedikitpun!" tegas Danu dengan lantang menolak permintaan sang ibu.Radisha sangat sedih karena Natalie menentang hubungannya, padahal, selama ini hubungan Natalie dengannya baik-baik saja, tapi sekarang harus rusak hanya karena masalah di masa lalu."Ma sudah Malu!" Naratama berusaha melerai. "Hubungan mereka harus tetap terjalin, lagi pula mereka saling mencintai!" ujar Tuan Naratama akhirnya merestui Danu bersama Radisha."Tidak akan pernah, mereka tidak boleh bersatu apa kau paham!" tukas Natalie menentang.Prasasti merasa bersalah pada Putrinya, lantaran kedatangannya menghancurkan kebahagiaan putrinya itu."Maafkan Ibu Radisha, Ibu sama sekali tidak bermaksud menghancurkan pernikahanmu Nak!" lirih Prasast
Sementara Ibu Prasasti terduduk, dia merasa bersalah karena telah mengacaukan hari pernikahan putrinya."Untuk sekali lagi Ibu minta maaf padamu," Prasasti menggenggam erat tangan Radisha."Ini bukan salah Ibu, seharusnya Ibu tidak perlu meminta maaf seperti ini!" ucap Radisha masih dengan perasaan sedih."Benar yang di katakan Radisha Bu, ini bukan salah Ibu!" ujar Danu menenangkan ibu Prasasti.Kemudian Danu meminta pada ibu mertuanya untuk segera beristirahat. "Ayo Bu ... kita antarkan Ibu ke kamar, pasti Ibu merasa lelahkan?""Iya Bu, ayo Ibu Istirahat! Lagi pula ini sudah hampir sore, Ibu pasti lelahkan?"Prasasti pun mengangguk, mengikuti saran dari putrinya, dan menantunya itu.Sedangkan Natalie, dengan Naratama kini sedang berdebat di dalam kamarnya mereka terus membahas soal masa lalu, lantaran Naratama pernah menjalin pernikahan dengan Prasasti sayangnya mereka tidak mendapatkan keturunan."Aku tahu ma
"Kamu jangan bodoh! Mama tidak akan pernah memisahkan mereka!" Natalie kembali menekankan pada putrinya jika dia tidak akan memisahkan Danu dengan Radisha.Sudah senang dengan sikap ibunya, yang tidak lagi memperlakukan Radisha dengan spesial. Namun, Audrey masih belum bisa membuat ibunya memisahkan Radisha dari Danu.'Sial! Ku kira Mama berubah menentang hubungan mereka, tapi ternyata tetap saja Mama membuat mereka bersama!' kesalnya membatin."Kenapa kau malah bengong, kamu tidak menyangka ya?" ucap Natalie.Seketika lamunan Audrey pun buyar saat itu juga."HUH!" Audrey mendesah. Dia kembali ke kamarnya untuk mengatur siasat memisahkan kakaknya dengan gadis desa menurutnya sangat tidak level jika bersanding dengan Danu.Setelah Audrey kembali ke kamarnya, Natalie pun menghampiri kamar putranya, dia berusaha memastikan kalau mereka sedang berada di kamarnya."Bagus, tampaknya ini kesempatan bagus untuk mengusir Prasasti
Pagi yang indah dengan semilir angin berembus meniup gorden kamar sepasang pengantin baru. Perlahan sang mentari menyorotkan sinarnya memasuki tiap celah jendela kamar itu. Sementara dua insan yang saling mencinta itu masih betah berada di atas tempat tidurnya.Kasurnya yang empuk semakin menambah lelapnya tidur mereka, perlahan sinar itu masuk lewat celah jendela menyapa wajah kedua insan itu.Perlahan Radisha membuka matanya, dan menatap pada wajah pria yang masih betah memejamkan matanya itu.Dengan lembut ia membelai pipi tampan pria yang telah sah menjadi suaminya. "Suamiku apa kau tidak mau bangun, ini sudah siang." bisik Radisha ditelinga mungil dengan rahang wajah yang tegas itu.Danu masih betah memejamkan matanya, meskipun dia mendengar suara lembut di sampingnya membangunkannya.Ternyata Danu hanya berpura-pura memejamkan matanya. Padahal dia sudah bangun sebelum Radisha. Danu berharap Radisha akan menciumnya saat dia masih lel
Saat Danu dengan santainya bergumam, Radisha berdecak heran menatapnya. Radisha pun kembali mengalihkan perhatiannya. "Kamu kenapa Suamiku?" tanya Radisha.Seketika lamunan Danu buyar ketika Radisha bertanya padanya. "Iya ... apanya yang kenapa?""Kamu kenapa marah sama aku?" Radisha sedikit meninggikan volume suaranya.Dengan gugup Danu menimpali pertanyaan Radisha. "Hah ... marah? Enggak Istriku, mana mungkin aku marah sama kamu," "Em ... syukurlah kalau begitu, aku kira kau marah padaku Suami," ucap Radisha di sela mengunyah makanan pagi itu.Pada akhirnya mereka menyelesaikan sarapannya di pagi itu. "Aku tunggu kamu di mobil ya," ucap Radisha mengambilnya tisu dari meja makan.Danu pun hanya mengangguk kepalanya. Pagi itu Danu mengajak Radisha ke suatu tempat yang pernah mereka datangi sebelumnya.Tiba-tiba saja Audrey segera menghampiri kakaknya. Setelah Radisha telah ke mobil lebih dulu."Mau ke mana sepa
"Maaf Nona, pihak saya tidak bisa memberitahu Anda, karena saya hanya mengelola bukan bertugas untuk menerima pembayaran!" ucap seorang pria yang mengelola gedung tersebut.Radisha menggembungkan pipinya. "Ya sudah deh kalau begitu," ucap Radisha malas."Sudahlah Istriku, kau tidak perlu repot-repot ingin mengetahui berapa banyak biaya itu, kamu jangan khawatir ya, yang penting kamu merasa senang dengan acara ini nantinya!" ujar Danu berusaha menenangkan sang istri."Baiklah, kalau begitu aku tidak mau tahu lagi!""Untuk itu kita harus segera pergi dari sini ya, aku ingin membawa kamu ke suatu tempat lagi!" ajak Danu masih merahasiakan tempat yang akan menjadi tujuannya.Pada saat Danu berjalan, tiba-tiba saja dari kejauhan terlihat Tifany sedang mengawasi keberadaan mereka berdua.Tifany mengikuti mobil yang di kendarakan oleh Danu, sampai pada akhirnya Danu menepikan mobilnya di sebuah mall yang berada di kota itu. "Kenapa kita
Danu dengan Radisha terlihat keluar dari dalam bangunan megah pusat perbelanjaan di kota Jakarta. Mereka saling bergandengan tangan sampai masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan mal itu. "Aku senang sekali hari ini," ucap Radisha menyandarkan kepalanya di pundak Danu."Ya memang itu yang aku inginkan, aku ingin selalu melihat Istriku ini merasa senang sepanjang hari," Danu mengusap kepala Radisha, dan terus melangkahkan kakinya.Kini Radisha sangat bersyukur perjuangannya selama ini tidak sia-sia, dia telah bahagia menikahi pria yang teramat sangat mencintainya. "Apa kau ingin langsung pulang? Apa tidak ingin ke tempat lain?" tanya Danu menawarkan pada Radisha."Memangnya setelah ini kita akan ke mana lagi?" "Ke pantai, itu pun kalau kau mau," ucap Danu penuh harap."Memangnya kau tidak lelah terus melakukan kejutan, demi kejutan untukku?" "Tentu saja tidak, sudah aku bilang aku bahagia bila melihat kau sebahagia ini!" tu