Tifany terkesima saat Natalie membentaknya dia sangat tidak menyangka akan keberanian Natalie memarahinya, dan menuduhnya memperalat Audrey.
"Kenapa Tante bicara seperti ini? Sungguh saya tidak pernah memperalat Putri Tante!" lirih."Sudah saya katakan bukan? Jangan mengeluarkan sepatah katapun karena saya tidak membutuhkan penjelasan darimu, apa kau paham!" Natalie kembali membentak Tifany.Tuan Naratama yang saat ini berdiri di tangga, dan menatap tajam pada keberadaan mereka yang masih berdebat ia marah atas perlakuan Natalie pada calon menantunya Tifany."Kamu apa-apaan Natalie! Kenapa kamu membentak-bentak Tifany? Satu hal yang harus kamu patuhi dan tidak dapat di ganggu gugat, Calon menantu kita yang sebenarnya Tifany, bukan Radisha!" tuan Nara menyentak dengan tatapan tajam pada istrinya.Sekilas Natalie menatap pada suaminya, dengan netra menajam dengan mengepalkan tangannya."Sampai kapanpun Calon menantu saya hanyalah Radish"Papa saya sudah meninggal Ma, yang masih ada tinggal Ibu!" ucap Radisha lirih.Mendengar pengakuan Radisha, Natalie pun semakin bersalah lantaran dia sama sekali tidak bermaksud membuat Radisha teringat pada orang yang dia sayang."Maafkan Mama Radisha, Mama tidak tahu kalau Papamu telah tiada. Lalu sekarang di mana Ibumu berada?" tanya Natalie berusaha ingin tahu.Sejenak Radisha terdiam, dan menatap pada Danu meminta pendapatnya. "Katakan saja yang ingin kamu katakan Radisha!" ujar Danu menganggukkan kepalanya.Radisha pun mulai menceritakan kisah hidupnya di kampung setelah meninggalnya sang papa. "Ibu saya di kampung Ma, dia sekarang terpaksa bekerja dengan Renternir karena utang yang di tinggalkan almarhum Papa, kami yang harus menanggungnya sehingga saya memilih mengadu nasib ke Jakarta, karena jika tidak melunasi utang itu. Saya yang dijadikan jaminan oleh Renternir itu!" ucap Radisha menyampaikan.Natalie menatap t
Hatinya meringis merasakan sakit teramat dalam, tapi ini juga bukan salah Radisha dan Danu. Ini adalah hasil perbuatannya sendiri.Karena hidup seperti menanam padi, jika dia tanam padi maka hasilnya pun akan padi bukan yang lain.Peribahasa ini sangat cocok di tujukan untuk Tifany, yang sedang diliputi rasa penyesalan teramat dalam "Kamu mau ke mana Tifany?" Audrey memanggilnya dan menghendaki Tifany yang sedang menenteng dua koper berukuran besar.Sekilas Tifany menoleh pada Audrey. Lalu memeluk Audrey menangis sejadi-jadinya dia tidak kuasa menahan kesedihannya saat ini. "Aku akan kembali ke Rumah Drey ... maafkan aku yang tidak bisa membuat Danu jatuh cinta padaku!" lirihnya memeluk erat Audrey."Aku mohon kau bersabar untuk hal ini, aku berjanji akan terus membantumu agar bersatu dengan Kak Danu, selama janur kuning belum melengkung kau akan aku dukung untuk mendapatkan Cintanya Kak Danu!" ujar Audrey berusaha meyakinkan Tifany yang
Setelah dua orang pria itu lari dari hadapan Danu, Radisha pun mulai menghampiri Danu, dan berusaha mengobati calon suaminya itu."DANU!" lirih Radisha meringis melihat luka lebam di bagian pipi kekasihnya itu."Kau tidak usah takut dengan mereka, memangnya siapa Orang itu?" tanya Danu berusaha menenangkan Radisha yang terlihat ketakutan.Radisha menjawab Danu dengan suara parau khas seperti orang habis menangis. "Dua Orang itu adalah Anak Buah Juragan Komar Danu!" lirih."Apa?!"Benar saja dugaan Danu, kalau dua pria itu benar-benar anak buah dari Juragan Komar yang menginginkan Radisha."Aku takut kalau mereka melapor pada Juragan Komar kalau mereka melihat kita di sini!""Kenapa harus takut Ra? Dengarkan aku ya, selama ada aku di sini kau tidak perlu khawatir, aku akan melindungi kamu. Tolong percaya padaku, aku akan berjuang untukmu!" ujar Danu menangkup pipi Radisha dengan kedua tangannya.Radisha menyandarkan k
"Hah! Menyerahkan Radisha pada Orang sepertimu? Yang benar saja!" ucap Danu sinis membelakangi pria itu, dengan kilat dia berbalik arah dan memukul anak buah dari Juragan Komar.Beberapa pukulan berhasil di daratkan ke wajah pria anak buah dari Juragan Komar itu."Ampun! Tuan!" pria itu memohon setelah jatuh tersungkur.Kemudian Danu menginjak tangan pria itu, hingga ia meringis kesakitan."Ampun Tuan, saya hanya diperintah saja sama Juragan!" ringisnya merasa kesakitan."Bangkit, dan pergi! Sampaikan pada Juraganmu saya ingin bertemu dengannya, jangan lupa katakan padanya bahwa saya akan menebus Ibu Prasasti!" geram Danu memerintah salah seorang anak buah dari Juragan Komar itu.Dengan terbata-bata pria itu pun bangkit, dan segera bergegas meninggalkan tempat itu. "Baik Tuan saya akan sampaikan padanya!" dengan segera pria itu bergegas lari meninggalkan Danu dengan Radisha.***Suasana rumah juragan Komar masih terlihat
Radisha berlari setelah melihat ibunya, betapa rindunya dia pada ibunya sendiri, ibu Prasasti pun sama rindunya seperti Radisha."Ini benar-benar kamu kan Nak?" Prasasti memeluk Radisha lirih.Radisha merasa terharu dengan suasana saat ini, telah sekian lama dia menanti pertemuannya dengan sang ibu, dan baru sekarang bisa tercapai itu pun atas bantuan Danu."Iya Bu ini Radisha, Ibu baik-baik saja kan?" Radisha sudah tak kuasa menahan kerinduannya sampai-sampai dia menciumi kedua pipi ibunya itu."Iya Nak, Ibu baik-baik saja!" jawab Prasasti menganggukkan kepala.Pada saat Radisha masih berpelukan dengan ibunya, tiba-tiba saja ia tersadarkan oleh suara tawa riuh menertawakan Juragan Komar yang sangat diktator itu, tapi hari ini dia tidak berkutik di hadapan Danu.Radisha ikut tertawa setelah melihat Juragan Komar kehilangan kepercayaan dirinya. Prasasti menghampiri Juragan Komar, dengan kesalnya dia menumpahkan unek-unek yang sela
Danu terlonjak saat Radisha telah berada di sampingnya. Seketika itu pun khayalannya sirna begitu saja, saat sang kekasih telah kembali menghampirinya.Dengan gugup Danu menimpali Radisha. "Kamu sudah selesai ke warungnya?" "Sudah! Memangnya kenapa Hem?" Radisha menatap heran pada Danu. "Kau kenapa dari tadi hanya bengong, dan senyam-senyum sendiri?" ulang Radisha mempertanyakan sikap Danu."Rahasia!" jawab Danu, dan meraih tangan Radisha untuk kembali ke rumah."Owh jadi sekarang begitu ya? Mau main rahasia-rahasiaan sama aku," ucap Radisha berjalan bersama dengan tangan yang masih saling menggenggam."Enggak sih ... sebenarnya tidak ada rahasia apapun yang aku sembunyikan dari kamu," kata Danu.Namun, Radisha tidak percaya begitu saja padanya. "Aku enggak percaya!""Terserah kamu kalau tidak percaya, itu hak kamu!" balasnya dengan tersenyum menatap pada Radisha yang mulai terlihat manyun."Oh jadi begini sika
"Di Jakarta?!" Prasasti tersentak saat mendengar putrinya akan menikah di Jakarta bukan di kampungnya sendiri."Iya Bu di Jakarta! Ibu mau ya ikut kami ke Jakarta!," kali ini Radisha yang bicara pada ibunya.Hening.Satu menit telah berlalu, mereka bertiga masih belum melanjutkan obrolan. Danu saling menatap dengan Radisha, lantaran takut kalau pernikahan mereka tidak jadi."Ya ... Ibu akan ikut dengan kalian!" Prasasti menghela nafasnya. Pada akhirnya ia menerima keputusan putrinya.Danu dan Radisha tersenyum, mereka sangat bahagia karena Prasasti menyetujui hubungannya."Terima kasih Ibu!" Radisha memeluk ibunya dengan hangat."Iya Nak, justru Ibu yang berterima kasih sama kamu. Karena kamu Ibu bebas sekarang dari Juragan Komar!" Prasasti tersenyum dengan mengusap puncak kepala putri semata wayangnya."Kalau begitu kapan kita berangkat ke Jakartanya?" lanjut Prasasti bertanya.Danu pun menjawab pertan
Seketika Danu menghentikan langkahnya, dia menatap nanar pada Radisha. Saat Radisha menyampaikan bahwa ibunya tidak akan ikut dengannya ke Jakarta."Kenapa Ibu tidak mau ikut bersama kita?" tanya Danu sendu, dan perlahan menghampiri ibu Prasasti."Bukannya Ibu tidak mau Nak, di sini Ibu masih banyak yang harus di selesaikan, mulai dari surat tanah yang masih di tangan Juragan, Ibu tidak mau perjuangan kalian sia-sia itu saja, Ibu berjanji jika sudah selesaikan urusan itu, Ibu juga akan menghadiri pesta pernikahan kalian, Ibu Janji!" Prasasti berusaha meyakinkan Danu, dan Radisha, putrinya."Tapi Ibu berjanji akan datang di hari Pernikahan Radisha kan?" "Iya sayang ... Ibu berjanji akan datang di hari Pernikahanmu!" ucap Prasasti menangkup wajah putrinya, dengan kedua tangannya berusaha meyakinkan.Perlahan Radisha pun mulai tersenyum setelah mendengar ucapan ibunya yang sangat meyakinkan.Hati Radisha mulai tenang saat ibunya be