Radisha ikut menemani Tifany sampai menuju mobilnya, di halaman kontrakannya itu Tifany memarkirkan mobilnya.
"Hati-hati di jalan!" ucap Radisha menatap pada Tifany yang mulai masuk dalam mobilnya."Oh iya ... tentu saja aku akan berhati-hati, kau juga jangan lupa jaga dirimu," Tifany beralih menatap pada Radisha."Iya, kamu tenang saja!" balas Radisha.Perlahan Tifany masuk dalam mobilnya, dan menstarter mobilnya dan mulai berjalan meninggalkan kontrakan itu dengan kecepatan sedang.Sementara Audrey telah sampai di lokasi Shooting ia menunggu Tifany di sana. Tadinya Audrey pikir Tifany sudah sampai di lokasi itu. Tapi, setelah dia sampai ke lokasi itu, sama sekali tidak melihat Tifany."Ternyata dia belum datang juga?" gumam Audrey, "Kalau tahu begini aku enggak bakal buru-buru berangkat kemari,"Audrey menghampiri seorang sutradara di lokasi Shooting, dan bertanya soal Tifany."Selamat pagi Om," sapanya ramah."Maksud kamu apa? Kenapa kau bicara seperti itu?" tanya Danu menatap heran pada Radisha."Kau tidak akan menemukan Ibu di Kampung, karena Ibu tidak pulang ke kampungnya.""Maksud kamu Ibu masih ada di Jakarta?""Iya, Ibu masih ada di Jakarta!" tegas Radisha memberitahu Danu."Kalau seperti ini berarti kita akan segera menemukannya, kita cari sama-sama ya. Kita pulang saja terlebih dulu!" ajak Danu pada Radisha.Dengan marah Radisha menimpali suaminya itu. "Pulang katamu? Pulang ke Rumah yang bagaikan Neraka itu maksudmu?" marah Radisha menatap Danu dengan mata berkaca-kaca.Danu hanya bisa diam, dia merasa bersalah atas semua yang terjadi. Ternyata selama ini Radisha sama sekali tidak bahagia tinggal di rumah keluarganya."Kalau kau tidak mau pulang. Lantas, kau akan tinggal di mana?""Di mana saja yang jelas aku tidak akan kembali ke Rumahmu!" Radisha menolak untuk kembali ke rumah keluarga Danu, "Permisi!" Rad
"Kenapa kalian menghakimiku tanpa tahu yang sebenarnya terjadi," lirih.Radisha meraung dia merasa hidupnya selalu diperlakukan tidak adil, dunia dan seisinya seolah-olah seperti menghukum dirinya. Padahal, selama ini Radisha tidak pernah meminta hidupnya seperti ini, dia juga tidak merebut calon suami orang."HUUU! Dasar cengeng, air mata buaya tuh pasti!" cibir ibu-ibu yang berada di sekitar kontrakan Radisha.Tifany yang sedang bersama Audrey di sebuah restoran, ia tersenyum melihat berita viralnya video pertengkaran Danu dengan Radisha di berbagai media."Drey ... coba kamu buka ponselmu!" pinta Tifany, tapi, tidak memberitahu Audrey soal masalah video itu."Kenapa aku harus membuka ponselku? Memangnya ada apa?" "Sudah kamu lihat saja, nanti juga kamu akan tahu apa yang ada di dalam ponselmu itu!" tutur Tifany meminta Audrey membuka ponselnya."Iya-iya ... baiklah!" Audrey mulai menyentuh layar ponselnya, dan menyak
"Saya minta kau pergi dari Kota ini, jangan sampai Radisha bertemu denganmu lagi, apalagi dia sampai tahu kalau kau ini telah dibayar oleh saya untuk membuat Gosip itu! Pergilah!" "Anda tenang saja Nona, saya akan pergi dari Kota ini. Asalkan, uang selalu mengalir ke rekening saya setiap bulan!""Hah! Kau Gila ya ... uang yang kuberikan sekarang, itu jauh lebih cukup untuk biaya hidupmu." tukasnya kesal, "Cepatlah Pergi!" perintahnya lagi.Perempuan itu pun pergi, walaupun keinginannya tidak terpenuhi. Tetapi, untuk saat ini dia mengalah pada Tifany. 'Awas saja suatu saat aku akan kembali untuk mengambil bagianku!' batin perempuan itu.Tifany mengusap wajahnya gusar, dia benar-benar tidak menyangka kalau perempuan yang di bayarnya itu akan dengan berani meminta uang setiap bulannya sebagai jaminan."Enak saja dia mau memerasku dasar Perempuan Miskin!" umpat Tifany menatap pada perempuan yang sedang menjauh darinya."Siapa Perempuan itu Nak?" Stevani ber
Danu merasa curiga pada ibunya sendiri karena tiba-tiba saja meminta dipertemukan dengan Radisha."Mama mau bertemu dengan Radisha terus mau memaksanya untuk pulang begitu?" tebak Danu menatap penuh selidik."Iya ... Mama mau bicara dengannya, siapa tahu Radisha bisa berubah pikiran setelah berbicara dengan Mama," ucap Natalie."Dengan cara apa Ma? Mungkin saja Radisha sudah tidak mau menganggap Mama sebagai Ibu mertuanya karena gara-gara Mama Ibunya belum juga ditemukan sampai sekarang!" tegas Danu menyampaikan."Maksud kamu tidak bisa ditemukan bagaimana? Prasasti kan pulang ke Kampungnya!" "Ibu Prasasti masih di Jakarta, mana mungkin dia akan kembali ke kampung mau tinggal sama siapa dia di kampung!" Danu merekat hebat ketika adu mulut dengan ibunya.Natalie merasa telah dibohongi oleh Prasasti, prasangka buruk terhadap Prasasti pun mulai berseliweran kembali di dalam benaknya. 'Sial! Jadi selama ini Prasasti berboh
"Tentu saja kata-kataku dapat kau pegang, aku janji sampai kapanpun kau akan tetap menjadi Istriku," ucap Danu kembali meyakinkan Radisha.Seketika Radisha kembali terdiam, ia berusaha mempertimbangkan ajakan Danu. Walaupun keputusannya kali ini akan mencakup semua permasalahan yang di hadapinya."Kau mau pulang denganku kan Radisha?" Radisha hanya diam, ia belum mengatakan apapun terkait keputusannya. Radisha masih mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil."Aku mohon pulanglah denganku, kau mau kan?" tanya Danu dengan tatapan memelas pada istrinya.Radisha menatap Danu, ia merasa kasihan pada suaminya. Namun, hatinya masih bertolak belakang dengan pikirannya. Dia masih kesal pada ibu mertuanya yang seolah-olah mengusir ibunya. "Baik, aku akan pulang bersamamu, tapi dengan satu syarat!""Apakah harus dengan satu syarat? Mengapa harus memakai syarat?" Danu menatap dalam-dalam wajah istrinya."Tentu saja harus dengan sat
Naratama terus menatap pada langkah putrinya. Dia semakin khawatir terhadap sikap Audrey yang semakin buruk. Naratama mulai memikirkan siapa pendamping putrinya kelak nanti, apakah ada pria yang bisa menerimanya dengan sikap seperti itu?'Audrey-audrey sampai kapan kau bersikap kekanakan seperti ini nak,' batin Naratama menggeleng kepalanya.Kemudian, Naratama kembali lagi ke ruangannya untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang masih belum sempat di selesaikan.Di tempat lain, Radisha, Danu dan Natalie sedang mencari keberadaan Prasasti. Mereka bertiga terus menyusuri tempat-tempat di kota Jakarta agar segera dapat menemukan ibu Prasasti.Tiba-tiba saja Natalie menghentikan langkahnya. 'Ah ya ampun ... kenapa tiba-tiba saja kakiku terasa sakit ya?' "Kenapa Ma?" tanya Danu dia khawatir pada ibunya itu."Tidak kenapa-kenapa Nak, sudah kau lanjutkan saja mencari Ibu Mertuamu itu!" "Ah-Iya, kalau begitu Danu lanjut cari Ib
Prasasti akhirnya mau kembali ke rumah keluarga Naratama atas permintaan Kamandanu, dan Radisha. Terlebih lagi Natalie pun sudah mengijinkannya, dan bersusah payah membatalkan perjanjian yang sempat disepakati oleh Prasasti."Pasti Papa akan senang akhirnya kau, dan Ibu akan kembali tinggal bersama kami," ucap Danu di sela mengemudikan mobilnya."Mudah-mudahan ya Papa kamu itu senang dengan kedatangan aku, dengan Ibu. Aku tidak ingin lagi memiliki masalah Suamiku, sudah cukup masalah kita kali ini," Radisha berbicara dengan santai di samping suaminya."Semoga saja ya Ra, tapi aku yakin sih kalau Papa akan sangat senang dengan kedatangan kita," Danu masih memegang kendali mobilnya, dan terus melanjutkan perjalanannya.Namun, Natalie masih ragu dengan kembalinya Prasasti yang akan tinggal bersamanya. Ketakutan terbesar Natalie membawa Prasasti pulang ke rumahnya adalah perasaan suaminya yang masih sama pada Prasasti.'Aku harus memulai sias
"Aku juga cukup sadar diri Natalie! Lagi pula mana mungkin Mas Naratama masih menyukai aku, kamu lihat saja dirimu! Penampilanmu denganku jauh berbeda, kau elegan dan berkelas, sementara aku hanya Wanita dari Desa, kenapa kau harus merasa tersaingi?" Natalie merasa tertampar oleh jawaban Prasasti, dia hampir kehilangan kepercayaan dirinya. 'Sial! Apa yang di katakannya benar juga, ngapain aku harus takut kalah bersaing dengannya. Aku kan Cantik, dan Modis sementara dia penampilanku saja kampungan!' batin Natalie melirik dari atas kepala hingga ujung kaki Prasasti."HUH!" Natalie menghela nafasnya, "Baiklah, kau ada benarnya. Tapi awas saja kalau kamu berani dekat-dekat dengan Mas Naratama!" ancamnya lagi."Tidak akan Natalie, aku ini cukup tahu diri!" tandas Prasasti meyakinkan besannya.Natalie merasa lega setelah mendengar ucapan Prasasti, pandangannya terbuka lebar ketika dia mulai membandingkan penampilannya. Ia pun segera beranjak meninggalk