Audrey terus menatap pada arah Radisha, sementara pria di depannya itu masih menunggu jawabannya. "Kau lihat Perempuan yang sedang berjalan menuju pintu keluar itu bukan?" tunjuk Audrey pada Radisha.
Pria itu pun menatap pada arah Radisha yang semakin menjauh, berusaha meninggalkan Kelab malam itu. "Ya saya melihatnya! Memangnya apa yang harus lakukan padanya?" pria itu kembali bertanya."Renggut kesuciannya maka kau akan mendapatkan uang 50 juta, apa kau sanggup melakukannya?" Audrey tersenyum sinis menatap pada langkah Radisha.Pria itu tersenyum menyeringai, dia merasa senang selain enak-enak dia pun mendapatkan kehangatan malam ini. "Hanya itu saja Nona?" tanyanya memastikan."Ya hanya itu! Apa kau bisa melakukannya Hem?" Audrey menatap pria itu untuk menjamah tubuh Radisha yang begitu menggiurkan."Tentu saja bisa!" jawabnya, dan menghampiri Radisha.Pria itu semakin mendekat ke arah Radisha, untuk melakukan apa yang diperinKetakutan semakin menjalar ke sekujur tubuhnya, keringat dingin pun jatuh bercucuran kala pria tidak dikenalnya ini semakin mendekat, terlebih lagi pria ini telah polos tanpa sehelai benangpun membalut tubuhnya. Tiba-tiba saja kaki Radisha terasa kaku, dan lidahnya pun terasa kelu dengan mulut seperti terkunci."Aku mohon jangan lakukan!" pintanya memohon dengan suara sumbang.Namun, pria itu sama sekali tidak menghiraukan ucapannya. Mana mungkin pria seperti ini akan mengampuninya.Sementara Danu baru saja sampai di kelab malam itu, bersyukur Danu dapat melacak keberadaan Radisha melalu GPS di ponselnya. Dengan langkah gusar dia masuk ke dalam VIP CLUB terbesar di kota Jakarta itu.Perempuan malam menyapa Danu, ada yang menjajakan tubuhnya ada pula yang secara terang-terangan bergelayut di lehernya."Tuan! Ayolah pilih saya, saya jamin akan dapat memuaskan Anda!" ucap perempuan malam itu sambil bergelayut di leher sang BILLIONA
"Audrey kecewa sama Mama!" dengan bibir bergetar, dan tangan yang terus memegangi pipinya Audrey meninggalkan Natalie yang masih berdiri di ruangan tengah itu.Rencana Audrey telah gagal dia tidak bisa pagi menghalangi Danu, dengan Radisha dia harus pasrah memiliki kakak ipar yang hanya seorang gadis desa seperti Radisha.***Pagi itu seperti biasanya Radisha menyiapkan sarapan untuk keluarga Naratama, dengan cepat Radisha menyajikan semua makanan di meja dibantu oleh si mbok."Wah ... rajin sekali Calon Istriku!" puji Danu yang sudah terlihat rapi dengan setelan kerjanya berdiri di tangga menatap Radisha hangat."Aku harus terbiasa dengan semua ini bukan? Apalagi nanti setelah menjadi Istrimu!" senyum Radisha pada arah Danu.Dengan langkah gontai Danu menghampiri Radisha, dan menarik kursi meletakkan pantatnya di sana."Tolong buatkan aku roti dong," pintanya manja pada Radisha, dan menyunggingkan senyuman."Em dasar man
Natalie berjalan dengan cepat menuju Radisha. Lantaran, tiba-tiba calon menantunya itu histeris saat melihat keberadaan Audrey, putrinya.Namun, belum sempat Natalie sampai ke kamar tidur Radisha, Danu telah kembali dari kamar kekasihnya itu. "Bagaimana keadaan Radisha sekarang! Apa dia baik-baik saja?" tanyanya menatap penuh selidik."Sudah lebih tenang Ma, dia hanya takut saja jika kejadian semalam terulang kembali padanya!" ujar Danu seraya melangkahkan kakinya."Tadinya aku mau mengajak dia memilih gaun pernikahan ke butik, melihat keadaannya seperti ini saya tidak tega!" lanjut Danu bercerita Radisha yang sejak tadi ternyata berdiri di ambang pintu kamarnya, mendengarkan percakapan antara Danu dengan ibunya. Ia pun merasa tak enak hati karena membuat Danu bersedih telah mengkhawatirkan keadaan mentalnya saat ini. Akhirnya Radisha pun berbicara, dan mau di ajak memilih gaun untuk pernikahannya."Aku mau!" seru Radisha berdiri di amba
Suasana gelap mulai melekat saat malam pekat datang, dan meninggalkan terang benderangnya siang hari. Sebuah mobil sport memasuki kawasan perkampungan di kota Kabupaten Cianjur Jawa barat.Hawa sejuk begitu kentara sekali di daerah sana, "Cuacanya sangat dingin sekali!" ucap Danu masih betah berkemudi di daerah jalanan berkelok itu."Tentu saja di sini sangat dingin, karena di sini kan daerah pegunungan!" ujar Radisha menimpali Danu, dan mulai mengambil jaket Hoodie untuk calon suaminya itu.Radisha begitu perhatian pada Danu, berbeda sekali dengan Tifany yang hanya mengandalkan kecantikan namun tidak mampu memperhatikan hal sekecil itu. "Terima kasih!" ucap Danu tersenyum saat Radisha menyelimutinya dengan jaket Hoodie."Sama-sama ... kalau kau merasa kedinginan, kenapa kau tidak mematikan AC-nya saja!" saran Radisha terhadap Danu.Danu pun akhirnya mematikan AC mobilnya. "Apa ini masih jauh ke Rumahmu Ra?" tanyanya seraya memegang kemudi."Lumayan
Pagi itu Radisha pergi bersama Danu. Saat ini mereka sedang bersama di sebuah butik, Radisha tampak memilih gaun mewah. Sementara Danu, dia terduduk di sofa yang terdapat di butik itu, menunggu Radisha yang sedang dibantu dandan oleh pelayan butik tersebut."Apa kamu suka dengan gaun ini Nona?" seorang pelayan itu terlihat sedang melayani Radisha sebagai pelanggan saat ini.Radisha masih memilih gaun, dia belum memutuskan untuk memilih gaun yang akan dia kenakan di hari pernikahannya dengan Danu."Bagaimana dengan gaun yang ini Nona," ucap seorang pelayan butik itu menunjuk pada gaun berwarna putih.Radisha ikut menolehkan kepalanya, menatap pada salah satu gaun tampak anggun di hadapannya."Gaun ini mewah sekali?" gumamnya pelan, "Pasti gaun ini sangat mahal?" tebaknya bergumam.Pelayan butik itu pun kembali menyadarkan Radisha dari lamunan. "Nona, kenapa kamu malah melamun seperti ini?" tanyanya bingung.Radisha tersad
Radisha tersenyum malu sambil menggaruk tangannya yang tak gatal, ketika Danu berbicara seperti itu padanya. "Kalau begitu tidak apa-apa jika aku pilih salah satu gaun dari Butik ini?" ucap Radisha dengan senyuman.Danu menganggukkan kepalanya, dia pun tersenyum saat Radisha bertanya jika dia akan memilih salah satu gaun untuknya. "Ya tentu saja! Kau boleh pilih gaun apapun sesukamu!" Radisha tersenyum sumeringah, dan perlahan berjalan masuk kembali ke tempat mencoba gaun pengantin."Ayo Nona!" ajak pegawai butik yang terus mengikutinya dari belakang."Hem ... iya!" Radisha menjawab, sambil terus melangkah masuk ke dalam ruangan mencoba gaun pengantin itu.Setelah di dalam ruangan ganti, Radisha kembali di dandani dengan riasan wajah flawles, serta gaun pengantin berwarna putih yang di pilihnya langsung."Coba Nona pejamkan mata," pinta seorang yang merias wajahnya.Radisha memejamkan matanya, ketika seorang make over i
Audrey sedikit memelankan nada bicaranya, dia tidak menyangka jika Danu akan mengancamnya. Audrey menelan salivanya, dia merasa dipermalukan di hadapan Radisha."Kamu senangkan melihat aku dengan Kak Danu terus bertengkar seperti ini?!" ketus Audrey segera meninggalkan danau itu, karena dia takut dengan ancaman Danu, kakaknya.Radisha merasa bersalah pada Danu, lantaran Danu bertengkar dengan adiknya gara-gara dia yang meminta ke danau ini."Lebih baik kita pulang saja!" Radisha mengajak calon suaminya itu, sambil menundukkan kepalanya.Danu meraih tangan Radisha. "Apa kau yakin kita akan pulang Hem? Bukankah kita akan ke butik untuk mencari kebaya pengantin?" Danu tahu kekasihnya saat ini sedang merasa bersalah padanya. "Kita akan tetap mencari kebaya untuk pernikahan kita!" Danu berusaha meyakinkannya.Pada akhirnya Radisha pun mau di ajak Danu untuk mencari kebaya pengantin."Iya aku mau, tapi...,""Stttt! Tidak ada penolakan, dan alasan apap
Sore itu Danu sengaja mengajak Radisha untuk makan setelah selesai membeli kebaya pengantin untuk dikenakan Radisha di hari pernikahannya. Ketika Radisha sadar kalau Danu berjalan bukan ke arah rumahnya, Radisha bertanya terhadap Danu."Mau ke mana ini?" tanyanya menatap pada Danu yang mengemudikan mobilnya. "Ini bukan arah ke Rumah, kita akan ke mana Danu?" Lanjut Radisha bertanya."Aku mau mengajak kamu ke salah satu tempat Favorit, kamu mau kan," ucap Danu di sela menyetir mobilnya."Ya, tentu saja aku mau!" Radisha menyetujui Danu yang akan membawanya ke tempat yang belum ia ketahui.Danu kembali fokus mengemudikan mobilnya, sementara Radisha hanya menatap hamparan luas jalanan ibukota sore itu. Lampu-lampu kota Jakarta mulai terlihat menyala, menghiasi indahnya kawasan kota Megapolitan itu.Perlahan senja mulai tenggelam, dan kegelapan malam mulai menyapa. Namun, saat Danu fokus berkemudi tiba-tiba saja sebuah mobil memepetnya.