Seminggu sudah berlalu sejak kejadian di pesta topeng yang menjadi awal mula tersebarnya gosip kedekatan antara Atlan dan Neira. Dan sejak saat itu pula hubungan keduanya memburuk.
Semua diawali dengan sikap Atlan yang tiba-tiba berubah. Semua orang tahu bahwa cowok itu cuek, tapi sikapnya kepada Neira kali ini lebih pantas disebut sengaja menghindar.
Atlan dan Neira memang tinggal di satu rumah yang sama. Tapi intensitas pertemuan mereka hampir tidak ada. Selain di kamar ketika ingin tidur, atau di ruang makan untuk sarapan, keduanya hampir tidak pernah bertemu.
Begitu juga saat di sekolah. Mereka hanya bersama ketika dalam perjalanan ke sekolah dan ketika ingin pulang ke rumah. Tapi mereka seperti orang asing. Bagai supir taxi dan penumpangnya. Bahkan supir taxi masih berbicara dengan penumpangnya sesekali, sedangkan Atlan dan Neira seperti tidak menganggap keberadaan satu sama lain.
Pernah di suatu malam Neira mencoba mengajak Atlan bicara. Neira senga
Di dunia ini, ada tiga hal yang paling Atlan utamakan. Orang tua, pelajaran, dan futsal. Setelah bertahun-tahun Atlan menekuni olahraga bola itu, untuk pertama kalinya ia bolos dalam latihan.Pikirannya sedang kalut dan konsentrasinya terbagi. Dibanding harus bermain dengan buruk saat latihan bersama teman-temannya, Atlan memutuskan pulang lebih awal.Atlan pikir dengan menghindari Neira beberapa waktu bisa membuat dirinya sedikit tenang. Tapi apa yang justru terjadi, hal itu membuatnya tersiksa.Dan rupanya Atlan hanya mampu bertahan selama seminggu. Ia sudah tidak bisa lagi menghindar sehingga bertekad untuk menghapus jarak antara dirinya dan Neira.Setelah beberapa menit berdiam diri di dalam mobil, akhirnya Atlan memutuskan kembali ke rumah setelah tadi menepikan mobil di jalanan yang cukup sepi.Selain patuh terhadap kedua orangtuanya, Atlan juga selalu berusaha mematuhi peraturan berlalu lintas. Meski sudah tidak sabar untuk segera
Setiap kesakitan pasti akan disembuhkan. Begitu juga dengan orang yang bertengkar suatu saat pasti akan kembali berbaikan. Begitulah hubungan Atlan dan Neira. Setelah saling introspeksi diri dan menekan ego masing-masing, mereka sepakat untuk menghapus jarak yang beberapa waktu kemarin memisahkan keduanya.Mereka tidak lagi saling mendiami satu sama lain. Keakraban keduanya kembali seperti sebelumnya. Dan hal itu turut disadari oleh Frida ketika melihat Atlan dan Neira memasuki ruang makan dengan saling melempar guyonan."Bau-baunya ada yang baru saja baikan, nih," sindir Frida sekedar untuk menggoda putra serta menantunya.Atlan dan Neira saling pandang. "Emang siapa yang marahan?""Iya, sebelumnya kita juga baik-baik aja, kan," tambah Neira meminta persetujuan kepada Atlan.Mereka mungkin bisa menutupi semua hal dari Frida. Tapi bukan berarti wanita itu tidak akan tahu. Diam-diam Frida tetap memperhatikan interaksi keduanya meski tidak menegur se
Upacara yang rutin dilaksanakan pada hari Senin di Pelita Husada baru saja dibubarkan. Siswa-siswi mulai berjalan kembali ke kelas masing-masing.Jika biasanya setelah upacara Wawa akan mengunjungi kantin untuk membeli minum sebelum kembali ke kelas, hari ini pengecualian.Ia menjadi orang pertama yang sampai di kelas, berdiri di depan pintu menunggu kedatangan Ibu Rika yang membawa sebuah piala di tangannya.Akhirnya, setelah seminggu berlalu pengumuman pemenang lomba kebersihan dan keindahan kelas pun diumumkan oleh kepala sekolah saat upacara tadi.Dan tiga kelas yang berhasil terpilih salah satunya adalah dua belas IPA 3 meskipun hanya mendapatkan juara dua. Selain piala, mereka juga mendapat hadiah sebuah voucher makan gratis di restoran berbintang."Anak-anak silakan duduk dulu di kursi masing-masing," ujar Ibu Rika setelah tiba di dalam kelas. Kini ia berdiri di depan menghadap semua orang. "Mungkin ibu tidak perlu beritahu lagi karena kalia
Neira pikir Atlan bercanda saat mengajak dirinya untuk datang ke pertandingan futsal cowok itu. Awalnya Neira masih menganggap bahwa tindakan Atlan di kantin dua hari lalu hanya untuk pamer kepada semua orang tentang kedekatan mereka. Tapi, saat hari yang dijanjikan itu tiba, Neira akhirnya sadar bahwa Atlan serius dengan ucapannya.Jujur saja Neira tidak begitu menyukai pertandingan yang berhubungan dengan olahraga. Dibanding harus berdiri diantara kerumunan orang sambil berteriak memberi semangat, Neira lebih nyaman menepi di kamar sambil membaca buku atau menonton drama. Alasannya tidak pernah berbeda, karena Neira tidak suka keramaian.Lalu entah apa yang merasuki pikiran Neira ketika ia setuju menemani Atlan ke gedung futsal di mana pertandingan akan diadakan dengan mengingkari janji dinner yang sudah direncanakan bersama teman satu kelasnya.Sudah lima belas menit lamanya Neira menduduki kursi yang tersedia di pinggir lapangan. Ketika orang-orang menonton
Neira sempat berpikir bahwa Wawa akan marah lalu mendiaminya seharian, ketika ia tiba-tiba membatalkan janji dinner yang sudah direncanakan teman satu kelasnya demi menemani Atlan ke pertandingan futsal.Namun rupanya jangankan marah, Wawa bahkan tidak pernah membicarakan masalah itu lagi sejak pagi sebelum Neira yang mengungkitnya lebih dulu."Lo beneran gak marah kan, Wa?" Sudah tidak terhitung berapa kali Neira menanyakan hal itu. "Gue bener-bener gak maksud buat batalin. Kalo perlu kita bisa dinner lagi berdua. Gue traktir, deh. Tapi kalo mau ajak yang lain bayar sendiri-sendiri."Wawa yang sedang mengaduk baksonya hingga tercampur dengan kecap dan saus mendongak. Untuk pertama kalinya ia merasa terganggu dengan Neira yang terus meminta maaf."Lama-lama gue kenyang bukan karna makan bakso, tapi karna denger permintaan maaf Lo." Wawa menjeda ucapannya untuk mencicipi rasa baksonya yang sudah tercampur rata. "Lagian kenapa gue harus mara
Mobil yang mengantar Neira berhenti di depan gedung perpustakaan kota. Sesaat setelah turun dan mobil itu melaju pergi, ponselnya berbunyi. Karena posisinya masih di pinggir jalan, ia pun harus menepi ke tempat yang tidak dilalui kendaraan.Neira mengeluarkan ponselnya dari tas kemudian mendapati satu panggilan tidak terjawab dari Atlan. Tak lama setelahnya, Atlan kembali memanggil. Kali ini Neira langsung mengangkatnya.Digesernya icon telepon ke atas sebelum menyapa Atlan. "Halo.""Lo di mana?" tanya Atlan tanpa mengucap salam terlebih dahulu.Terdengar jelas suara tarikan napas Atlan yang terengah. "Perpustakaan kota. Baru aja sampai. Kenapa?""Kenapa gak bilang mau pergi ke sana. Siapa yang nganter?"Neira memicingkan matanya karena tersorot sinar matahari. Ia juga memundurkan posisinya agar bisa berlindung dibalik pagar. "Diantar Pak Kasman. Lo kan tadi latihan futsal. Mana mungkin gue minta dianterin."Kembali terdengar helaan n
Jam lima sore, Neira sudah diizinkan pulang oleh dokter. Namun karena tangannya cedera cukup parah, ia dianjurkan untuk tidak banyak bergerak.Frida sendiri sudah mewanti-wanti agar Neira tidak datang ke sekolah selama tiga hari. Atau setidaknya sampai gips yang membungkus tangannya dilepas.Sesampainya di rumah, Neira langsung dibawa ke kamar. Segala keperluannya disiapkan, seperti air minum, camilan, dan obat agar ia tidak perlu mengambilnya sendiri di bawah.Neira juga sudah menghubungi Elvina menggunakan ponsel milik Atlan. Meski awalnya ia ragu karena takut wanita itu khawatir, tapi akan lebih baik jika ia memberitahunya sekarang karena suatu saat mamanya juga tetap akan tahu.Mendengar berita kecelakaan Neira, Elvina sontak bersedih. Ia merasa tidak berguna karena tidak bisa mendampingi sang putri. Tapi selanjutnya Neira berjanji untuk kedepannya akan menjaga diri lebih baik lagi. Barulah setelahnya Elvina bisa merasa sedikit lebih tenang.Ob
Surat izin yang dikirim Frida kepada Ibu Rika selaku wali kelas dua belas IPA 3 bertuliskan tiga hari istirahat. Tapi Neira sudah datang ke sekolah di hari kedua. Alasannya karena gadis itu sudah tidak betah hanya berdiam diri di kamar dan khawatir dengan tugas yang menumpuk jika ia absen ke sekolah terlalu lama.Meski sempat ditentang oleh Frida, Neira akhirnya berhasil meyakinkan mertuanya itu dengan berjanji tidak akan banyak melakukan aktivitas dan hanya akan beristirahat di kelas.Walaupun Neira sudah berjanji untuk menjaga dirinya, Frida tetap menitipkan pesan kepada Atlan agar mengawasi Neira. Hanya dengan begitu ia bisa merasa tenang membiarkan Neira kembali ke sekolah meski dengan kondisi tangan yang masih dibungkus gips dan perban di dahi.Dua hari tidak datang ke sekolah membuat Neira menjadi begitu rindu dengan kursinya, dengan perpustakaan, dan tentu saja sangat merindukan Wawa.Kehilangan ponsel membuat Neira juga kehilangan akses untuk berk