Dia punya keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis. Skye tersenyum melihat interaksi keluarganya, hatinya menghangat dan diisi dengan kebahagiaan.
Lizzie semakin besar menjadi anak yang sangat pintar. Bayi itu sedang bermain bersama Verena, walau berisik ternyata Verena sangat suka dengan anak kecil.
"Nampaknya kau bisa punya anak sekarang." ucap Asher pada Verena yang menatap adiknya.
"Bersama Mark." tambah Asher. Verena langsung mengeluarkan jari tengahnya pada Asher yang sudah terpingkal-pingkal, mereka sangat suka saling mengejek.
Verena mencium pipi Lizzie, dan mengajak bertepuk tangan.
"Ouch, aku akan menjadi aunty kesayangan." Verena kembali memeluk Lizzie, dan menggelitik perut bayi itu yang membuatnya tertawa lucu dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan.
Keluarga heboh ini sedang bersantai, semenjak Bryce
Mobilnya melaju di Heraut, Perancis Selatan. Dengan pemandangan saluran irigasi memancar, keluar dari titik pusat, layaknya jari-jari sepeda. Ditambah lahan pertanian segitiga menduduki strip sempit tanah antara parit.Sepanjang perjalan banyak disuguhi kebun anggur, yang merupakan produksi anggur terbaik di Perancis.Setiap kebun anggur berbentuk kotak tanpa berhubungan dengan yang lainnya.Bryce menikmati sedikit pemandangan itu, tapi bukan itu tujuan utamanya. Dia akan pergi menemui seseorang yang spesial. Laki-laki itu tersenyum miring, tidak berjumpa dengan sang tuan rumah.Sama seperti rumah-rumah yang lain, dia menaikkan kacamata hitam memastikan jika matanya tidak salah melihat di depan. Bryce menarik napas panjang. Tungkai kakinya berjalan dengan mantap menuju rumah yang dia tuju, butuh berjam-jam agar bisa sampai di sini.Bryce mengetuk pintu san
Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang."Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai
"Eugh.." Aku mengeluh dengan nikmat, saat pria itu memasuki begitu dalam. Aku hanya mencengkram erat seprai. Dan dia semakin menghentakan begitu dalam naik turun, membuat kepalaku pusing karena nikmat dan tak ingin rasa nikmat ini pergi sekarang. "Ada yang ingin kukatakan." bisikku padanya. Bryce tersenyum, dan menggigit cupang telingaku dan menggodanya membuatku merasa tak karuan. Akhirnya aku memeluk belakang Bryce saat ia memasuki semakin dalam dan liar, harusnya aku mengingatkan dia jika aku sedang hamil. "Katakan saja." Aku hanya diam, setelah ini, setelah kami bergelung dengan kenikmatan dan aku ingin mengatakan kebahagiaan ini, aku hamil. Aku senang sekali, saat mengetahui kabar ini, dengan begini ada pengikat antara aku dan Bryce yang membuat kamu terus bersama. Bryce mencampai puncaknya dan aku merasakan rahimku hangat. "Aku juga ingin mengatakan satu hal padamu." Aku menutup tubuhku dengan selimut. Bryce berdiri masih
Dari dulu, aku suka anak kecil. Dan membuatku bercita-cita ingin menjadi seorang guru dan bisa berinteraksi dengan banyak anak kecil yang lucu dan mengemaskan. Dan benar saja, aku berhasil mengajar di salah satu taman kanak-kanak, yang membuat hidupku tak pernah sepi. Tapi saat tahu hamil dan rasanya seperti susah membagi waktu antara kehamilan dan waktu mengajar—aku tak ingin ada resiko kecelakaan kerja. Akhirnya, berdiskusi dengan orang tuaku, mommy dan daddy setuju akhirnya mereka memberi modal dan aku membuka toko roti yang membuatku hanya bekerja santai, tak terlalu banyak bergerak—aku takut kelelahan bisa membuat keguguran. Semua hanya toko roti kecil dan aku punya karyawan dua yang membantuku mengurus kue. Terkadang mommy datang membantu jika pekerjaan di rumah telah selesai. Aku mencium aroma roti yang sedang dipanggang, aroma roti juga menjadi alasanku untuk bisa mencium setiap saat dan mempunyai roti sendiri. Aku memakai apron dan masuk ke dapur
Kesepian sudah menjadi nama tengahku sejak dulu. Walau sudah terbiasa dengan kesepian, tapi entah kenapa malam ini aku merasakan kekosongan. Aku ingin ditemani entah membahas apa.Walau sudah malam, tapi aku malah menyeduh teh dan menikmati sendiri di barstool ditemani roti sisa dari toko. Aku mencubit sedikit dan mencelupkan roti dalam cangkir berisi teh panas. Menu sarapan yang kupakai untuk makan malam, padahal tadi sekitar pukul 8 malam aku sudah makan malam dan sekarang pukul 10.40. Harusnya aku sudah tidur dan besok bersiap pergi ke toko, tapi banyak pikiran yang menganggu. Apalagi percakapan dengan Mommy berakhir begitu saja.Aku beralasan aku hanya kelelahan bukan hamil, walau Mommy juga akan tahu aku hamil.Huh, si bajingan itu merusak segalanya. Jika tidak, Mommy dan Daddy adalah orang pertama yang tahu kabar gembira ini, tapi sekarang aku hanya menyembunyikan kehamilan ini, sampai aku menemukan waktu yang tepat. Karena jika sekarang,
"Asher! Mommy bilang, jangan colek makanan sembarangan." teriak Mommy dan Asher langsung berlari sambil memeluk Mommy dan mencium pipi Mommy.Seperti sudah menjadi tradisi, jika Kelsea pulang ke rumah, maka rumah akan heboh dan Mommy menyiapkan berbagai macam hidangan. Berhubung saudariku kesini, jadi aku akan menginap di rumah Mommy dan mungkin tidur bersama Kelsea. Aku ingin bercerita banyak dengannya.Aku hanya memperhatikan keluargaku tercinta yang sangat heboh dan ikut tersenyum. Walau aku sendiri tak bisa menjawab saat Mommy bertanya tentang Bryce. Aku berharap si bajingan itu mengangkat telepon dariku dan bisa bekerja sama, minimal Bryce hadir di sini 20 menit sedikit berbasa-basi dan ia bisa pamit karena masalah pekerjaan."Woi!" Aku menoleh ke belakang saat melihat Kelsea mengangetkanku. Dia begitu wangi dan terlihat sangat segar. Semenjak hamil aku memang tak terlalu bugar seperti orang normal, apalagi banyak pikiran yang mengganguku. Mu
Musim dingin sangat menyebalkan, dan sekarang aku harus merapatkan coat, sarung tangan dan dinginnya tetap saja terasa menusuk, walau pakaian sudah berlapis-lapis. Minus 3 derajat, itu yang tertulis di ponselku.Dingin membuatku ingin terus berada dalam ruangan, bergumul dengan selimut, tapi tuntutan pekerjaan yang membuatku harus bekerja. Padahal, aku bisa izin satu hari tidak datang ke toko, tapi di rumah juga aku selalu terlihat menyedihkan.Aku berjalan menuju ke toko roti walau tokonya sudah terlihat di depanku. Sudah ada pelanggan padahal biasanya pelanggan datang sekitar siang hari.Aku mendorong pintu masuk dan melihat Liesel sedang meletakan roti. Pagi-pagi dan aroma roti yang baru keluar dari oven adalah salah satu hal yang membuatku terus datang ke toko roti ini. Mungkin karena passion hingga aku terus melakukan semuanya walau terkadang toko roti sepi, walau sekarang kulihat semakin banyak yang tahu walau toko roti ini tempatnya kecil,
"Masuk saja." Aku memijit kepalaku mendadak pusing, mungkin karena efek berteriak terlalu kencang pada si bajingan itu.Walau aku merasa tak nyaman dengan bau-bau aneh sehabis bercinta atau sofa kami yang terlihat seperti orang habis membajak sawah tapi aku mempersilahkan Paula masuk dan menghitung uang pemasukan hari ini.Aku yakin Paula bisa mencium bau tubuhku yang aneh-aneh. Semoga ia merasa aman-aman saja dan tidak sampai pingsan."Jadi saat pelanggan kita yang datang dengan kekasihnya memberi uang tip yang banyak." Aku mengangguk tak mengerti dengan jalan pikiran si brengsek itu. Bryce memberi uang tip €1000. Akhirnya aku membagi rata bagi Paula dan Lisie walau aku yakin si brengsek itu berikan padaku. Bryce memang jahanam, membuatku terus saja sakit kepala.Dan sekarang, kepalaku terasa makin berdenyut-denyut dan perutku juga ikut berdenyut. Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan perutku?