Tubuhku menggigil. Semua masalah ini seolah tak henti datang untuk menyerangku.
Aku butuh perlindungan, tapi ... Aku rasa aku sudah gila! Bayangkan, aku malah ingin meminta perlindungan pada Bryce padahal dia yang membuat semua kesialan ini padaku.
Ingin aku bilang ke Mommy tentang hal ini, tapi aku juga sedang overthinking. Bagaimana dengan masa lalu orang tuaku. Apa aku bisa disebut cukup dewasa untuk meminta penjelasan Mommy? Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku? Walau hatiku masih merasa sangat sedih sekarang, orang yang sangat perhatian padaku dengan segala kepedulian Mommy tapi ternyata Mommy bukan ibu kandungku. Apa sebenarnya Mommy orang jahat? Ya Tuhan ... Otakku bisa cepat kalau memikirkan ini.
Apa aku juga bukan anak kandung Daddy? Daddy memang lebih cuek terhadap anak-anaknya. Bagiku, Mommy wanita luar biasa hingga membuatku bisa bertahan sejauh ini. Bagaimana aku selalu insecure dan overthinking karena para laki-laki menjadikanku
Sore itu aku pulang! Walau rasanya seperti ingin berlari ke ujung dunia sambil berteriak, di mana keadilan? Kenapa? Kenapa semua ini terjadi padaku?Saat itu sudah hampir pukul 8 aku pulang ke rumah dengan keadaan hati yang hancur. Aku langsung jadi pendiam dan tak menegur siapa-siapa. Mommy, Daddy dan Kelsea bersikap tidak terjadi apa-apa, walau aku bisa melihat raut wajah Kelsea yang menahan kesal."Mommy tadi nelpon kenapa HP-nya mati?" Aku diam dan makan. Masalah ini terasa begitu berat buatku. Apa benar Mommy adalah wanita munafik? Tegakah aku mengatai wanita luar biasa ini?Aku hanya menyedok dua sendok dan langsung pergi. Rasanya benar-benar ingin mengamuk seperti Kelsea, biarkan aku diusir asal tahu kejelasan orang tuaku.Aku masuk ke kamar dan membanting pintu sekuat mungkin dan menangis sebisanya. Bagaimana orang tua yang aku percayai selama ini berbuat seperti ini padaku? Jadi aku ini anak siapa?Aku memeluk seli
Daddy pernah bilang, jika sudah dewasa aku akan mengerti tentang nasibku sebenarnya. Tapi saat dewasa dan kurenungi semuanya, rasanya sama saja—hidupku selalu menyedihkan.Dulu, saat punya masalah dan memikirkan ibu kandung yang tak ada habisnya, ada si bajingan Bryce yang datang mengangguku dan menawarkan pengelaman terbaik, tapi saat ia sudah mendapatkan diriku, dengan mudahnya ia mencampakkan aku seperti bola pimpong.Mengetahui fakta tentang nasibku ada rasa yang membuatku ingin mengamuk dan menanyakan di mana keadilan dunia ini. Saat aku melihat Mommy yang selalu tersenyum di hadapan kami aku ingin berteriak di depan Mommy, kenapa Mommy bersikap seperti ini? Kenapa Mommy melakukan ini semua? Kenapa Mommy seolah terlihat bahagia terus-terusan padahal saat dewasa sedikit mengerti bagaimana rasanya disakitin. Mereka adalah orang tua yang hebat, tapi mereka juga orang tua yang kacau.Aku butuh Kelsea untuk bercerita, tapi aku masih gondok menging
Aku benci Bryce dan sekarang aku benci pada saudariku karena sikap mereka yang membuatku makin tertekan.Aku benci dengan perasaan ini!Pagi ini hatiku kembali berdarah-darah melihat pemandangan Bryce dan Kelsea bercanda lagi di toko roti. Sebenarnya mereka punya malu? Atau mereka punya perasaan? Apa Kelsea pernah memikirkan perasanku? Sebagai sesama perempuan, bagaimana orang kesayangan kamu lebih peduli pada orang lain."Mereka akrab sekali." Aku mengelus dadaku, dan melihat Paula yang sudah berada di belakangku dan menegur karena aku malah melamun. Aku sebenarnya sengaja menyibukkan diri di toko roti agar tak terlalu banyak pikir, tapi melihat pemandangan itu membuatku membenci keadaan ini.Aku hanya mengelus perutku, bahkan perutku sudah terasa keras sekarang. Bagaimana mungkin aku akan melahirkan, punya anak dan ayahnya sibuk bermesraan dengan wanita lain.Aku masih mengharapkan si bajingan Bryce, aku selalu bermimpi j
Kurasa Bryce tidak salah mencintai Kelsea, lihatlah dia kini begitu telaten mengurusku yang tak berdaya di atas ranjang.Terlalu banyak pikir membuat tubuhku kolaps. Akhirnya Kelsea datang merawatku, aku merasa semakin tak berguna seperti ini dan semua kata-kata laknat Bryce terus mengangguku."Mana ada ibu hamil sakit." Aku tersenyum dengan terpaksa. Biarkan Kelsea mengomel apapun tapi dia selalu ada di sini untuk menghiburku, merawatku dan semoga tak ada niat untuk melihat Bryce sebagai laki-laki yang bisa ia minta sebagi pelindung. Hal itu bisa membuatku mati, hanya karena memikirkan mereka aku sampai sakit seperti ini.Kepalaku pusing kebayankan tidur, tapi tak cukup tenaga untuk bangun."Mungkin Skye mau makan apa? Aku yang masak." Aku hanya tersenyum dengan wajah pucat."Aku mau keluar." Kelsea membantuku keluar dari kamar, karena rasanya sudah muak berada di sana. Aku hanya berbaring di sofa, dan Kelsea pergi memasak.
Aku mengungsi ke rumah Mommy. Bisa gila jika aku harus mendapat serangan teror terus menerus. Entah siapapun setan pengirim itu yang pasti hidupku sedang tidak baik-baik saja.Aku ingin hidup normal, beraktivitas seperti biasa mengunjungi toko roti hingga tutup, malam berisitirahat dan kembali pulang, dan sesekali aku menikmati liburan. Tapi kini?Tapi pagi ini aku tak ingin kemana-mana, tubuhku masih begitu shock dan sepertinya aku akan terus bermimpi buruk hingga beberapa malam ke depan. Semoga Kelsea mau tidur bersamaku, karena aku jadi parno sekarang.Aku hanya diam, dan menganduk-ngaduk minuman dengan tak semangat.Kelsea masih belum bangun, ia sepertinya benar-benar menikmati waktu berlibur di sini. Padahal kehadiran Kelsea menjadi salah satu ancaman buatku."Bryce, kayaknya sibuk terus ya sekarang. Dia jarang datang ke sini, dan ke sini juga kamu selalu sendiri." Aku langsung duduk tegap, saat Mommy bertan
Aku membencinya, tapi aku juga ingin terus bersamanya. Love and hate him at the same time.Sekarang aku dengan nyaman berada dalam dekapannya dan menghirup aroma tubuhnya sebanyak mungkin. Aku rindu aroma itu, aroma yang membuatku merasa hidup di dunia ini tal sia-sia, aku harus bertahan karena ada Bryce sialan yang akan terus berada di sampingku, ada Bryce sialan yang bisa memanjakan aku. Tapi, saat dia mencampakkan aku duniaku seolah berhenti."Jangan pergi." Aku memohon padanya. Dia hanya memandangku, dan tak bereaksi apa-apa. Aku tak ingin Bryce pergi, aku ingin menahan dirinya hanya untuknya, di sisiku.Dengan gerakan tubuhnya, aku merasa dia seperti ingin melindungku, aku memeluk tubuhnya semakin, andai di dunia ini hanya kami berdua aku akan senang sekali dan akan ada kami yang lahir."Kamu senang menjadi seorang ayah?" Bryce menunduk melihatku, dan mengelus-elus rambutku, tanpa sadar aku tersenyum. Rasanya aku ingin mencium
"Senyum. Jangan cemberut terus, nanti aku nyuruh Bryce ke sini dan kalian bisa bersenang-senang." Aku hanya menopang daguku. Mau dibuat seperti apa aku tetap merasa kecil, aku merasa seperti Skye—anak yang tidak diinginkan sama sekali."Mommy lagi pengen makan cake yang manis-manis dan segar." Aku berbalik dan menoleh pada Mommy. Apa mommy tulus? Atau Mommy hanya wanita munafik yang berpura-pura di atas semua ini. Apa aku bisa menanyakan hal ini? Apa bisa membuat Mommy terluka? Apa hal ini bisa kembali membawa luka lama?"Mommy lagi pengen makan strawberry. Skye mau?" Aku hanya mengangguk pada Mommy yang bertanya dan tersenyum padaku. Aku bisa merasakan jika itu adalah senyuman tulus. Jadi kenapa aku harus bersikap seperti ini?"Telpon Bryce. Kita merayakan bersama. Sebentar lagi Verena ulang tahun kan?"Ulang tahun Verena, Asher dan Kelsea itu berturut-turut. Hanya aku saja yang ulang tahunnya sendirian, jauh di bandingkan mereka semua. Harusnya da
Aku tersenyum pada Paula yang sedang membuat adonan. Dia sedikit pendiam dan lebih banyak bekerja daripada bergosip. Dia adalah karyawan panutan."Paula, mau makan roti bersamaku?" Aku menawarkan padanya, ingin mengakrabkan diri. Jika Lizzie bisa diajak bercanda, tapi Paula dia hanya tersenyum simpul. Aku sudah mengenal dirinya sejak sekolah, dia anak yang sangat pendiam dia suka menyendiri hingga sekarang."Aku selesaikan adonan ini dan akan menyusulmu." Aku tersenyum pada Paula.Aku ingin menjalani hidup normal tanpa memikirkan Bryce terus menerus, laki-laki sialan hanya akan membuat hidupku semakin buruk.Lizzie sedang memanggang roti. Aku duduk menunggu pelanggan untuk membeli. Perutku semakin membesar dan sudah tidak bisa membohongi orang lain tentang kehamilan ini. Aku juga sudah merasa sesak terkadang.Aku mengambil croissant dan ingin memakannya sambil menunggu Paula dan berbincang bersama. Aku menelungkupkan k