Kedua ekor harimau itu memandang Prabu Kertanegara dengan pandangan tajam, bersiap menerkamnya. Sesaat kemudian mereka langsung menerjang ke arah Prabu Kertanegara. Tiba-tiba terdengar auman keras, kedua harimau itu jatuh tersungkur dengan perut robek bersimbah darah."Gsuti Prabu, anda tidak terluka?" Tanya Wirota dengan cemas.Wirota yang sudah mengamati sedari tadi berada di dekat kedua harimau itu dengan pedang Naga Bumi mikiknya yang sudah bersimbah darah harimau."Tidak, aku tidak apa-apa, kau bawa saja kedua harimau itu, kulitnya bisa kita pakai untuk hiasan. Bawa sekalian mayat si Kliwon, dia sudah berjasa menyelamatkan aku dari terkaman harimau," kata Kertanegara.Wirota turun dari kudanya dan menaruh kedua jasad harimau itu di atas kudanya lalu menuntunnya kembali ke tempat semula di tepi hutan. Pada saat mereka berdua pergi meninggalkan lokasi, dari semak belukar sepasang mata mengamati kepergian mereka, hingga menghilang di balik kerimbunan hutan.Di tengah perjalanan Wiro
Setibanya di Sumenep, Wirondaya memberikan surat dari Jayakatwang pada ayahnya"Sepertinya Prabu Jayakatwang sudah tidak tahan lagi ingin segera memberontak dari Singasari.""Darimana kau tahu?" Tanya Wiraraja."Pihak Gelang-gelang sudah mempersiapkan prajurit rahasia untuk menyerang Singasari. Dia juga berpesan agar Romo segera menjawab suratnya itu," jawab Wirondaya.Arya Wiraraja segera membuka surat dari Jayakatwang dan membaca isinya. Usai membaca surat itu Wiraraja merasa inilah saatnya membalas dendam atas tindakan Kertanegara menurunkan pangkatnya dari Rakryan Demung (Penasehat Raja) menjadi Adipati Sumenep. Maka diapun menulis jawaban kepada Jayakatwang sebagai berikit"Paduka Raja, hamba memberi tahu kalau Paduka bermaksud berburu seperti dulu ke peladangan lama, sebaiknya dilaksanakan sekarang saja di saat waktunya baik. Tak ada belalang seekorpun, tak ada buayanya. Macanpun sepi, bantengnya hilang. Baik duri maupun ular tak ada. Memang ada singanya seekor dan itupun sudah
"Gusti Prabu, bukankah kita masih memiliki pasukan rahasia bentukan kita? Itu sudah cukup untuk melawan Singasari yang saat ini sedang dalam keadaan lemah karena ditinggalkan pasukannya dalam ekspedisi Pamalayu. Tetapi jika masih kurang kita bisa meminta bantuan dari luar," kata Kebo Mundarang. Jayakatwang mengerutkan keningnya"Maksudmu, kita menggerakkan rakyat untuk berperang? Tidak, kita tidak mungkin berperang bersama orang yang tak menguasai ilmu keprajuritan? Orang-orang itu justru akan menjadi korban perang yang sia-sia." "Tidak Gusti Prabu, yang saya maksud adalah kita menggunakan orang-orang yang profesional, orang yang bisa bertarung. Kita bisa bayar para pendekar yang bersedia ikut dalam pemberontakan. Saya tahu, sekte-sekte dan para pendekar itu juga butuh uang untuk hidup. Saya bisa mencari sekte atau para pendekar dari golongan hitam yang bisa dibayar dan bersedia membela pihak kita," ungkap Kebo Mundarang. "Lalu dengan cara bagaimana kau akan mengumpulkan para pendek
Sekarang Kebo Mudarang dapat melihat orang itu lebih jelas, dia adalah seorang laki-laki berusia 40 an tahun. Dia mendekati Kebo Mudarang lalu berkata."Ilmumu ternyata hebat juga bisa melawan ilmu sirepku. Setelah aku menyirepmu bersama temanku barulah aku bisa membuatmu tertidur. Disamping itu kau juga tidak takut dengan demit-demit yang menjaga di depan tadi. Jadi untuk apa kau kemari?" Tanya orang itu sambil menatap tajam Kebo Mudarang.Kebo Mudarang terkejut mendengarnya, ternyata bayangan hitam yang berkelebat di dekatnya di antara semak belukar dan yang membuat dirinya serasa diamat-amati adalah demit penjaga Pring Wulung. Dia mulai menduga orang itu kemungkinan adalah gerombolan Pring Wulung."Kendorkan ikatan ini, tanganku sakit. Saya mencari gerombolan Pring Wulung, jika anda adalah salah satu orang Pring Wulung, saya ingin minta tolong."Orang itu tampak marah mendengar jawaban Kebo Mudarang"Dari caramu berbicara menyuruhku, aku tahu kau adalah seorang perwira militer. U
"KIta temui orang itu di rumahku," kata Rajapati. Rajapati dan beberapa orang kepercayaannya segera bergerak menuju rumah Rajaoati. "Itu dia orangnya, aku masih belum mempercayainya sepenuhnya jadi aku mengikatnya agar tidak pergi kemana-mana. Tetapi ternyata dia tidak berusaha kabur, berarti dia memang benar-benar memerlukan bantuan kita," kata Rajapati. Rajapati membuka ikatan di tangan Kebo Mudarang lalu berkata "Nah,sekarang katakan saja kau ingin kami melakukan apa?" Tanya Rajapati. "Buat kehidupan rakyat Singasari kacau dan buatlah seolah-olah semua ini karena ketidak pedulian Kertanegara terhadap kehidupan rakyatnya. Dia terlalu sibuk dengan ekspedisi Pamalayunya dan pesta liarnya setiap malam. Buatlah agar rakyat Singasari membenci Kertanegara dan mulai mendukung Jayakatwang. Jika terjadi peperangan, aku ingin kalian berperang bersama kami menghabisi orang-orang Singasari," kata Kebo Mudarang. "Soal itu mudah bagi kami karena kami sudah sering melakukannya, Apalagi kami
Lampu di teras rumah Gajah Pagon sudah dipadamkan sehingga situasi gelap gulita, Wirota mengetuk pintu rumah atasannya dan tak lama kemudian Gajah Pagon muncul membukakan pintu. "Maafkan kami Ndoro Pagon sehingga mengganggu waktu istirahat anda, tapi ada hal penting yang harus kami laporkan," kata Wirota. "Baiklah, sebentar aku nyalakan lampu dulu," kata Gajah Pagon sambil beranjak ke dalam lalu menyalakan kembali lampu minyaknya. "Kalian sepertinya habis bertarung, sebentar aku ambil kendi dan cawan," kata Gajah Pagon. Wirota buru-buru berkata "Tidak usah repot-repot Ndoro Pagon, kami sudah biasa seperti ini. Begini, tadi sewaktu hendak pulang ke Kasatriyan, kami melihat ada orang berkedok berbaju serba hitam berkelebat dari komplek rumah Perwira dan Pejabat. Kami mengikutinya dan di sudut yang sepi orang itu bertemu dengan seorang pria yang datang dari luar tembok keraton." Gajah Pagon terkejut lalu bertanya "Orang itu pasti memiliki ilmu silat yang tinggi sehingga
Arya Rahu terkesiap ketika selendangnya terlepas dan melayang jatuh ke tanah. Di bahu kanannya terdapat bekas cengkeraman tangan Wirota yang membiru bercampur luka karena cakaran. Namun Wirota hanya tersenyum sinis dan berkata"Ndoro Rahu, siapa yang membuatmu terluka di bahu? Kemana saja anda semalam?" Tanya Wirota.Gajah Pagon terkejut melihat luka di bahu Arya Rahu, apa yang telah dikatakan Wirota benar, di bahunya terdapat bekas cengkeraman tangan. Namun Gajah Pagon tahu apa yang harus dilakukan. Buru-buru dia turun ke gelanggang dan berkata"Mpu Rahu, maafkan atas kekurangajaran prajurit saya, mungkin dia terlalu bersemangat karena gembira mendapat kesempatan bertarung dengan seorang perwira tinggi. Dia memang keterlaluan, seharusnya dia tidak melepas selendang di bahu anda," ujar Gajah Pagon sambil memberikan selendang Arya Rahu pada pemiliknya.Setelah itu dia berpura-pura memarahi Wirota"Wirota, minta maaflah pada Mpu Rahu karena kau telah bersikap tidak sopan kepadanya!""M
Gajah Pagon maju ke depan dan berkata"Gusti Prabu, saat ini begitu banyak masalah yang kita hadapi, kami sudah lama mencurigai Arya Rahu. Dia sebenarnya adalah telik sandi dari Gelang-gelang. Kami telah memata-matai pergerakan Arya Rahu dan kami menemukan bukti bahwa memang benar dia bekerjasama dengan Jayakatwang."Sontak semua orang di paseban geger, mereka hampir tak percaya, Arya Rahu yang juga sudah banyak berjasa bagi Singasari tega menjadi mata-mata pemberontak. Orang masih bertanya-tanya motivasi Arya Rahu menjadi mata-mata Jayakatwang. "Baiklah Pagon, kumpulkan bukti keterlibatan Arya Rahu dengan Jayakatwang sambil melakukan patroli malam di kampung-kampung dan kota di wilayah Singasari bekerja sama dengan penduduk setempat!" Perintah Kertanegara.Kali ini Kertanegara mulai percaya bahwa Jayakatwang telah merencanakan sebuah pemberontakan. Hatinya geram manakala menyadari dirinya sudah ditipu mentah-mentah oleh sepupu, ipar sekaligus besannya."Terkutuklah kau Jayakatwang,