Bab 20Aku menatap pantulan tubuhku di cermin besar yang ada di kamar. Hari ini aku sengaja memakai pakaian yang lebih rapi dari biasanya karena aku akan pergi ke kafe setelah satu minggu mengambil cuti karena harus menemani Mba Mira yang masih berkabung.Setelah taksi online yang kupesan datang, aku segera meluncur menuju ruko tiga lantai yang kini sudah sah menjadi milikku. Tak memakan waktu lama aku pun sampai dan langsung membayar ongkos sesuai tarif di aplikasi."Kayaknya aku harus beli motor untuk menghemat ongkos. Nanti aku pikirkan lagi deh," batinku sambil melangkah memasuki ruko."Selamat pagi," sapaku pada beberapa karyawan yang sudah sampai lebih dulu."Selamat pagi juga, Mba," sambut pegawai yang lain."Maaf ya, saya kelamaan nggak masuk," sahutku seraya melempar senyum pada semua orang yang menyambutku.Tak lama setelah aku sampai, Mbak Mira dan Pak Rayhan juga datang. Kami diminta untuk berkumpul karena ada yang ingin disampaikan oleh Pak Rayhan selaku putra tunggal alm
Bab 21"Hentikan!"Suara seorang laki-laki terdengar menggelegar, membuat tangan Indri yang akan menampar wajahku berhenti di udara.Refleks kami menoleh bersamaan ke arah sumber suara, dan ternyata yang datang adalah Hendra, sepupu Pak Rayhan. Seperti biasanya laki-laki itu mengenakan pakaian yang slim fit, hingga membuat tubuhnya yang tinggi tegap terlihat semakin keren."Tolong jangan membuat keributan di tempat ini!" Hendra menatap tajam Indri, matanya mengunci seolah sedang mengintimidasi.Aku bahkan baru menyadari kalau ternyata Hendra memiliki mata yang sangat tajam. Tatapannya seperti seekor elang yang akan menyergap mangsanya.Sementara itu Indri dan Rosa terdiam, terutama Indri. Adik iparku itu seakan terhipnotis oleh ketampanan Hendra yang memang di atas rata-rata."Maaf Mba, tolong jaga sopan santun anda di depan umum!" sentak Hendra membuat Indri akhirnya tersadar dari keterpukauannya.Indri menurunkan tangannya dan segera menjauh dariku. Gadis itu langsung menurut dengan
Bab 22Sudah berhari-hari Mas Iqbal pergi dan tidak memberi kabar padaku. Aku yakin Mas Iqbal baik-baik saja, mungkin sekarang malah sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya itu."Kamu pasti makin bebas ya, Mas? Kamu bisa jalan dan video call sama Rosa tanpa takut ketahuan sama aku."Aku masih mengurungkan niatku untuk melaporkan perselingkuhan Mas Iqbal dan Rosa ke pihak sekolah. Untuk saat ini, aku akan memprioritaskan toko kueku terlebih dahulu.Setelah toko kueku maju pesat, baru aku akan membongkar perselingkuhan Mas Iqbal dan menggugat cerai. Aku tidak akan berharap lagi pada pernikahan ini. Aku akan hidup mandiri dan berdiri di kakiku sendiri."Silahkan kamu bersenang-senang dulu, Mas. Aku akan beri kesempatan buat kamu kencan dengan bebas sama Rosa."*Pagi harinya aku bangun lebih awal dari biasanya lalu segera bersiap untuk berangkat ke kafe. Rencananya hari ini aku akan memakai pakaian yang dibelikan oleh Mba Mira kemarin."Apa nggak apa-apa aku pakai baju kayak gini k
Bab 23Kata-kata ibu mertua terus terngiang di kepalaku. Aku tak menyangka Bu Dahlia tega mengatakan hal kejam seperti itu padaku. "Dia bilang menyesal menikahkan anaknya denganku? Memangnya aku udah ngapain?" gumamku. "Mas Iqbal yang udah bikin kecewa. Mas Iqbal yang udah berkhianat. Harusnya aku yang menyesal ...."Ucapan mertuaku tadi membuatku tidak fokus bekerja. Sore harinya, aku bergegas pulang dan beristirahat di rumah. Aku tak melakukan apa pun selain merebahkan diri di tempat tidur. Sayuran yang aku beli tadi hanya aku letakkan di kulkas, tanpa aku sentuh. Selera makanku pun sudah hilang."Apa aku memang bukan istri yang baik? Apa aku bukan menantu yang baik? Apa Mas Iqbal selingkuh karena aku yang nggak cukup baik?" gumamku.Aku jadi mulai menyalahkan diriku sendiri. Apa mungkin Mas Iqbal mencari perempuan lain karena aku yang memang tidak bisa menjadi istri yang dia mau? Tapi apapun alasannya, selingkuh tetaplah sal
Bab 24Begitu azan subuh berkumandang, aku segera bangkit dari tempat tidur dan memulai hariku yang sibuk. Meski kesal dengan perkataan Mas Iqbal semalam, tapi aku berusaha untuk tidak memasukkannya ke dalam hati. Aku tidak menggubris sedikitpun nasehat dari tukang selingkuh itu.Aku segera membereskan rumah dan membersihkan diri, kemudian bersiap berangkat ke kafe dengan mengenakan pakaian yang dilarang oleh Mas Iqbal."Mel ...!"Mas Iqbal menghampiriku dan menghadang jalanku saat aku hendak keluar dari rumah. Mas Iqbal tiba-tiba melotot padaku tanpa melanjutkan kalimatnya. Mungkin Mas Iqbal kesal padaku karena aku memakai baju baru dari Mbak Mira."Iya, ada apa?""K-kamu mau ke mana pakai baju kayak gini?""Aku mau kerja!" ketusku pada Mas Iqbal."Kerja?""Aku harus pergi sekarang!"Mas Iqbal masih terus mengoceh, tapi aku tak peduli. Setelah perdebatanku dengan Mas Iqbal semalam, hubunganku
Bab 25Mas Iqbal dan Indri pergi meninggalkan kafe tanpa membuat keributan. Mereka juga tidak mempedulikan aku apalagi menyapaku selama mereka berada di kafe."Aku ke dapur dulu ya Mba, Mas?" pamitku pada Mba Mira dan Hendra."Mau ngapain balik ke dapur?""Nggak enak sama yang lain kalau aku duduk terus, Mba," sahutku.Aku bangkit dari kursi, kemudian bergegas kembali ke dapur hingga jam pulang tiba. Saat aku kembali ke depan, ternyata Mba Mira dan Hendra masih ada di sana. Mereka berdua masih berbincang sampai aku berpamitan pulang."Mba Mira belum mau pulang?" tanyaku pada Mba Mira."Kamu mau pulang sekarang?" Mba Mira malah balik nanya."Iya, Mba." Aku sudah mengambil tasku dan bersiap untuk meninggalkan kafe. Kulihat Hendra tiba-tiba ikut bangkit dari kursi, kemudian menghampiriku."Aku juga mau pulang. Ayo bareng sama aku aja, Mel," ajak Hendra padaku.Tawaran dari Hendra membuatku bingung
Bab 26Setelah bertengkar dengan Mas Iqbal, aku tidur di dalam kamar sementara Mas Iqbal tidur di ruang tengah. Aku kembali mengunci pintu kamar dan tidak membiarkan Mas Iqbal masuk. Mas Iqbal terus berteriak dan ngomel cukup lama hingga membuatku tak bisa tidur.Aku sudah tak sabar menunggu pagi tiba. Aku akan segera pergi ke sekolah untuk membuat pengaduan. Aku sudah menyiapkan video rekaman CCTV saat Mas Iqbal melakukan panggilan video dengan Rosa. Aku juga sudah mengumpulkan foto-foto yang sudah dikirimkan oleh Rosa pada Mas Iqbal. Ada banyak foto tidak senonoh yang dikirim oleh Rosa melalui WhatsApp. Tidak hanya Rosa saja yang sering mengirim foto, tapi ternyata Mas Iqbal juga membalas Rosa dengan mengirim foto-foto fulgar.Selain itu, aku juga mengumpulkan screenshot percakapan Rosa dan Mas Iqbal di WhatsApp. Aku sudah mencetak semua foto dan screenshot chat yang sudah aku kumpulkan. Aku yakin semua bahan bukti yang aku kumpulkan sudah cukup untuk me
Bab 27Selama seharian, aku sibuk mencari keberadaan ponselku. Karena aku tidak mempunyai ponsel lain, aku jadi tidak bisa menghubungi nomorku sendiri."Apa mungkin ponselku jatuh di jalan? Atau ... ketinggalan di sekolahan?"Aku berusaha mengingat-ingat di mana terakhir kali aku meletakkan ponsel, tapi sayangnya aku tak bisa mengingat apa pun. Terpaksa aku harus menunggu sampai mendapatkan pinjaman ponsel agar bisa menghubungi nomorku.Sore hari, Mas Iqbal pulang ke rumah seperti biasa. Aku sengaja mengabaikan Mas Iqbal, aku tidak mau berbicara sedikit pun dengannya. Setiap kali Mas Iqbal berbicara padaku, aku langsung pergi tanpa menanggapinya sedikit pun."Mel, kamu kenapa diamin aku? Kamu marah sama aku? Harusnya yang marah itu aku!" omel Mas Iqbal kesal karena aku mendiamkannya seharian.Kubiarkan saja Mas Iqbal mengoceh sampai lelah. Aku berusaha menikmati istirahatku dan menjalani hari seperti biasa sembari menunggu kabar