KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 38. **"Kamu mau apa?" tanya Ratna saat Hadi sudah mengunci pintu kamar. Tidak ada kasur di rumah kontrakan mereka. Ratna hanya menggelar kasur lipat yang beralaskan ambal biasa untuk dia dan dua anaknya tidur. "Sayang, kamu tidur di lantai?" tanya Hadi pasalnya dia memang tidak pernah masuk ke kamar Ratna karena Hadi hanya datang beberapa kali untuk bersilaturahmi. "Kami pakai kasur lipat. Kenapa kamu bilang gak pake kasur," kata Ratna cemberut. "Rat, maafkan aku. Aku udah banyak sekali nyakitin kamu. Kamu pasti marah dan benci sama aku. Kesalahanku Pasti sangat besar kepadamu." Hadi membelai rambut istrinya untuk memberikan dia kasih sayang. "Lupakanlah. Aku perlahan mencoba untuk memaafkanmu," kata Ratna. "Kenapa uang yang aku beri nggak kamu belikan kasur. Uang itu bebas kamu gunakan untuk keperluan keluarga kita. Aku berjanji akan berubah mulai dari sekarang." "Apakah ini jujur atau hanya obral cinta?" tanya Ratna. "Ini jujur, Sayang. Apalagi yang
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 39. **"Apa yang terjadi, Bang?" tanya Ratna ke suaminya sebab wajahnya sudah terlihat pias ketika menerima telepon dari Jelita. "Maaf, Sayang. Sepertinya kita tidak jadi pergi liburan. Kejadian sudah terjadi diluar keinginanku." Hadi terguncang mendengar kabar dari orang tuanya itu. "Kejadian apa? Mengapa kamu seperti sedih gini, Bang?!" Ratna menjadi panik melihat ekspresi wajah Hadi. "Ya, kita harus kembali lagi ke kampung karena Ada berita tidak mengenakkan. Ibu dan Bapak kecelakaan, sekarang di rawat di rumah sakit," kata Hadi dengan bibir yang bergetar. "Iya kah, Bang. Kalau begitu kita harus segera datang untuk melihatnya. Semoga saja kondisinya tidak apa-apa," ucap Ratna meredam rasa takut di pikiran sang suami. "Maaf, Sayang. Aku benar-benar minta maaf," kata Hadi lagi karena sudah menggagalkan hari liburan mereka sekeluarga. "Kenapa kamu minta maaf ini bukan kesalahan kamu, Bang." Ratna memeluk sang suami agar dia tidak merasa bersalah lagi.M
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 40.**PoV Ratna"Bagaimana kondisi Ibu saya, Dok?" tanya suamiku ke Dokter yang memeriksa Ibu mertua. Dokter itu menepuk bahu Bang Hadi seakan memberikan dia kesabaran. Jelita seketika histeris. Aku dan dia berpelukan untuk saling menguatkan. "Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semampunya tetapi tetap Allah yang punya kuasa." Dokter itu menghela napas serta turut berduka cita atas musibah yang kami hadapi. Bang Hadi menangis karena kehilangan kedua orang tuanya secara berturut-turut. Kami merasa tidak menyangka atas takdir yang telah terjadi dengan Ibu. Setelah kepergian Bapak, Ibu juga menyusul Bapak. Aku teringat ketika terakhir kali Ibu berkata agar aku memaafkannya. Sebenarnya aku juga memiliki kesalahan kepadanya. Karena mungkin sebagai menantu yang tidak sesuai harapannya. Aku sudah memaafkan Ibu jika dia memintanya. Padahal tanpa meminta nya pun aku sudah memaafkanmu. Aku selalu ikhlas dengan apa yang terjadi di hidupku. Tetapi lewat lantunan doa sem
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU**"Ratna. Buatkan aku kopi?" "Maaf, Bang. Gulanya habis." Aku berkata dengan wajah menyesal. "Habis. Gimana sih kamu! Ini baru pertengahan bulan udah habis aja. Ratna, kenapa aku kasih kamu uang banyak sama sedikit itu sama saja!" Aku hanya diam mendengar dia mengomel sepertinya akan panjang. "Kamu lihat Mbak Dita, dia pintar ngurus keuangan apalagi suami. Body nya bagus. Lihat diri kamu, Ratna. Apa aja yang kamu kerjakan gak ada bagusnya. Rumah kotor, badan kamu bau asap terus. Kalau lama-lama begini aku bisa kawin lagi!" Dia masih terus mengomel dan aku mendiamkan. "Kamu dengar aku gak sih, Ratna!" "Apa boleh aku bicara, Bang?" "Udah. Bicaralah kamu!" "Harusnya Abang sadar. Uang yang Abang kasih cuma sejuta sebulan. Semua harus aku tutupi mulai dari listrik, makan, gas, air, jajan anak. Itu gak cukup, Bang!" "Kamu nya aja yang boros." Bang Hadi gak terima. "Boros dari mana, Bang. Aku harus menanggung semuanya di rumah ini. Harusnya Abang bersyuk
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 2. **PoV RatnaBang Hadi mendelik saat aku memberikan amplop berisi uang satu juta yang masih utuh itu ke tangannya. "Ambil, Bang. Kamu selalu berkata boros padaku. Sekarang kamu atur kebutuhan rumah tangga." Aku mengambil juga tulisan dari saku ku. Kuberikan padanya. "Ini yang perlu di belanjakan bulan ini. Sangat kebetulan sekali. Listrik habis, gas habis, beras habis dan semua habis jadi tolong kamu belikan semua kebutuhan rumah tangga yang aku tulis itu!" Aku berwajah masam menanggapinya. "Jadi karena ini kamu belum masak?" "Ya. Aku gak suka kamu ngatai kau boros sama g**a! Kamu coba sendiri saja dulu belanja. Aku mau lihat kamu dalam mengatur uang!" "Ayah, Lily mau jajan. Kak Lala juga, Yah." Kedua anakku mendatangi Ayah mereka. Bang Hadi menghela napas. Dia menatap gusar anak itu. "Kamu bawa mereka ke kedai depan, Bang! Uang udah gak ada sama aku. Mereka merengek seharian!" "Ya sudah. Kamu emang gak becus banget. Kamu bersihkan rumah dan masak
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 3. **POV RATNA. Aku sangat menikmati pemandangan wajah suamiku yang pias melihat brosur buat masuk TK. Aku merasa bahagia sekali. Biasanya dia akan dengan wajah garang berkata aku boros dan gak bisa mengatur uang. "Sebaiknya Lala gak usah masuk TK saja tahun ini, Rat." Bang Hadi berkata dengan suara lemah. "Kenapa? Dia selalu tanya kapan masuk TK. Aku kasihan sama dia." "Kamu lihat biaya nya mahal banget gitu. Kamu aja yang ngajari dia di rumah. Lagian biayanya bisa beli motor second tahu! Kerjaan kamu juga cuma tidur dan ongkang-ongkang kaki aja di rumah. Kamu lebih suka main HP. Gak pagi, siang, sore dan malam. Kerjaan kamu cuma maen HP!" Bang Hadi mendelik menatapku. Aku mendengkus kesal kalau gak karena HP ku maka dia dan anak-anak gak bisa makan. Bang Hadi itu baru dua tahun ini diangkat menjadi PNS. Dahulu dia adalah pegawai honorer. Selama enam tahun lebih aku mengarungi rumah tangga dengannya penuh suka duka. Sebelum menjadi PNS. Kami tinggal
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU4. PoV Ratna. Wajah suamiku mengeras aku mengatakan itu padanya. Biar saja dia tahu rasa. Diajak kerja sama saja gak mau. Padahal niat aku baik, aku mau punya usaha entah itu membuka warung kecil-kecilan atau berjualan makanan di rumah. Semua itu butuh modal. Jika saja uang belanja yang di berikan nya cukup maka uang hasil menulis dan jual pulsaku bisa ku simpan untuk menambah modal usaha. Namun, mau bagaimana lagi, uang itu terpaksa ku gunakan untuk membantu biaya makan kami dan membeli beberapa lembar pakaian anakku juga pakaian ku. Maksudku uang Bang Hadi sejuta lima ratus itu. Aku simpan lima ratus setiap bulan. Jika rutin menyimpan maka akan bertambah jumlahnya. Sementara uang menulis biarlah menjadi tambahan makan kami sehari-hari juga uang sejuta yang dia berikan. "Ini tinggal lima ratus lima puluh ribu lagi, Rat. Tolong kamu gunakan untuk biaya kedatangan Ibu." Bang Hadi menyerahkan lagi uang itu padaku. "Sudah berapa kali aku bilang gak mau, Ban
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 5. **PoV Ratna**Aku selesai membacakan buku cerita untuk anakku. Mereka sudah tertidur. Ku selimuti kedua anakku. Mereka tidur di dua tempat tidur terpisah. Lala di atas dan Lily di bawah. Setelah mereka tertidur. Aku menyelesaikan tulisanku. Butuh beberapa waktu untuk menyelesaikan tulisan ku. Aku membuat cerita tentang suami yang menjatah-i istrinya belanja. Sangat mirip dengan kisah yang aku tulis. Walaupun belum banyak pembaca tetapi aku bersyukur selalu sama Allah karena dengan menulis aku mendapatkan pemasukan yang cukup untuk membantu ekonomi keluargaku. Entah, kedepannya akan seperti apa. Aku berharap akan baik kehidupanku dan anak-anak. Allah memberikan rezeki yang baik setiap harinya. Setelah selesai menulis. Aku iseng membaca postingan teman grup kepenulisan. Aku juga bergabung di beberapa grup menulis untuk mendapat informasi tentang kepenulisan dan berbagai informasi lainnya. Yang mereka bahas biasanya seputar kepenulisan dan informasi la