Happy weekend ya mohon maaf hari ini saya upload satu dulu ya karena ada keperluan mohon di maklum terima kasih
Sebuah terminal kini terlihat ramai, oleh hilir mudik manusia dan kendaraan yang berlalu lalang ke sana kemari pada pagi ini. Terminal tersebut adalah terminal besar terakhir di Bandung Selatan, sebelum nantinya para kendaraan tersebut akan melaju ke kampung-kampung yang berada pegunungan yang sulit di akses, bahkan ada yang sampai hingga ke pantai yang berada ujung selatan pulau Jawa. Mobil-mobil berjenis mini bus berjejer. Dengan banyaknya tumpukan barang-barang yang menumpuk di atasnya, memang wajar bagi para penduduk yang tinggal kampung-kampung kecil pada masa itu untuk menyetok segala kebutuhanya dengan jumlah banyak. Mengingat, akses mereka dalam mendapatkan barang-barang tersebut sangatlah susah untuk dijangkau. Sehingga mereka rela pergi ke kota terdekat dan membeli kebutuhan untuk mereka jual kembali atau disimpan selama berminggu-minggu di dalam rumahnya. Bahkan, barang-barang berat seperti lemari, kasur, bahkan kendaraan bermotor pun tak luput dari pandangan. Semuanya d
BRAAK “GOB*OG SI IBU, MERE SOLUSI JIGAH KITU!!! (NGASIH SOLUSI SEPERTI ITU!!!)” Asep tiba-tiba marah, ketika Ibu Onah memberitahukan tentang pemujaan batu nangtung yang berada di Gunung Sepuh. Asep tahu, meskipun dirinya berjalan di jalan yang salah, namun tidak pernah dia pikirkan untuk memakai cara yang seperti itu. Gelas kopi juga makanan yang ada di dekatnya berhamburan kemana-mana, tepat ketika tangannya yang kurus itu menggebrak tempat duduknya dengan sekuat tenaga di depan warung nasi tersebut. Namun, Stttttt Tiba-tiba Ibu Onah mengangkat salah satu jari tangannya dan menyuruh Asep untuk diam sambil melihat ke sekeliling agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka berdua. Ibu Onah masih terlihat sabar ketika Asep tiba-tiba marah dan menggebrak tempat duduk yang diduduki oleh mereka berdua pada saat itu. “Hey Asep! ” Kata Bu Onah yang kini berkata dengan nada tegas. “Aku tahu kamu yang pegang terminal ini, sehingga kamu bisa menggebrak tempat duduk yang berada di depa
“Terkadang, banyak ujian yang mencoba mengganggu pikiranmu agar pandanganmu beralih dari tujuan utamamu di tempat itu. ” “Dan itu adalah hal yang paling dibenci oleh makhluk yang akan kamu temui saat ini, apabila hatimu goyah dan tidak menyelesaikan ritual yang akan kamu jalani.” Itu adalah kata-kata dari Ibu Onah kepada Asep, sesaat sebelum dia naik mobil mini bus ke arah Gunung Sepuh pada saat itu. Dan sekarang, ketika matahari masih mencoba menahan sinarnya yang semakin lama semakin redup di tengah-tengah kebun teh yang luas itu. Dia sudah merasakan hal tersebut. Jujur, hatinya sedikit berdetak dengan kencang. Karena dia yakin, ada sesosok nenek-nenek yang sedang berdiri sambil membawa kayu bakar di jalanan yang dia lewati ini. Dan ketika dia mendengarnya berbicara, nenek tersebut menghilang tanpa jejak. Asep hanya menggelengkan kepala, dia hanya ingat petuah-petuah dari Bu Onah dan catatan kecil yang berisi info dan tata cara yang harus dia lakukan di dalam gunung sekarang. “M
Tempat ritual yang berada di dalam Gunung Sepuh itu bermacam-macam. Ada yang berbentuk gua, pohon besar, aliran sungai, kolam kecil. Juga batu besar seperti ada yang ada di depan Asep sekarang. Semua tempat tersebut mempunyai penunggu yang berbeda. Juga dengan tujuan yang berbeda pula. Gunung Sepuh sudah mempunyai suatu sistem yang membuat para manusia bisa datang ke tempat tersebut tanpa harus susah payah membelah hutan dan mencari tempat-tempat tersebut di dalam kegelapan. Apabila kita tahu caranya, akan ada sesosok makhluk yang dengan sendirinya membukakan jalan kepada tempat-tempat ritual tersebut agar para manusia tidak tersesat di dalamnya. Hanya dengan imbalan satu atau dua batang rokok yang diberikan kepada makhluk tersebut. Dia dengan sukarela akan membukakan jalannya bagi kita semua agar bisa melanjutkan perjalanan ke tempat ritual, dimana tempat tersebut adalah menjadi awal mula perjanjian dengan para makhluk Gunung Sepuh tercipta. Waktu semakin larut, Asep tertunduk di
Semua makhluk yang melakukan ritual dengan para manusia, biasanya sering meminta sesuatu agar apa yang makhluk itu inginkan, kemudian hal itu akan ditukar dengan apa yang manusia itu harapkan dari perjanjian itu. Permintaan tersebut tidaklah mudah, karena para makhluk biasanya ingin sesuatu yang sangat sulit dikabulkan oleh manusia tersebut ketika perjanjian itu berlangsung. Banyak sekali permintaan dari mereka yang membuat manusia hidup dalam lingkaran kehidupan yang sangat gelap. Uang, kekayaan, jabatan ataupun keilmuan pemberian dari para makhluk itu tidak serta merta membuat para manusia tenang seumur hidupnya. Hidupnya akan lebih tersiksa, di mana ketika ada salah satu syarat yang harus dipenuhi semakin lama semakin tidak masuk akal dan sulit, bersamaan dengan keinginannya yang terkabul secara instan. Dan hal itu pasti menguras emosi dan perasaan para manusia itu, untuk bisa memilih apakah dia tetap berpegang teguh dengan perjanjian yang berlangsung, atau malah hatinya akan dil
Apakah suatu perjanjian yang melibatkan makhluk Gunung Sepuh bisa saja gagal, ketika permintaan makhluk tersebut tidak terpenuhi oleh manusia yang akan melakukan perjanjian dengannya. Jawabanya adalah bisa. Namun, para makhluk itu tidak akan melepaskan manusia tersebut dengan mudahnya. Dia akan terus-menerus di terror hingga akhirnya dia mau tidak mau menyanggupi permintaan dari makhluk itu hingga perjanjiannya tercipta. Makhluk yang tinggal di dalam Gunung Sepuh penuh akan tipu daya, dia akan terus berusaha agar sesuatu yang bisa menghasut para manusia tersebut akan berjalan dengan sempurna. Dan itu yang kini dilakukan oleh makhluk yang diam di batu nangtung. Sebuah batu yang sangat diagungkan dan dikeramatkan pada masa itu untuk seseorang yang ingin sekali mempunyai kekayaan dengan sangat instan. Tanpa ada gangguan dariku pun, Asep sebenarnya ingin membatalkan ritual yang sudah dia jalani. Karena dalam dirinya, dia tidak tega melihat anak bungsunya yang akan menjadi lauk pauk unt
Aku mendadak terdiam, tepat beberapa langkah dari Asep pada malam itu. Sebuah aura yang mencekam terasa olehku, bukan hanya hawa dingin pegunungan yang menusuk kulit. Tapi juga, ada hawa lain yang membuat kulitku seperti tertusuk jarum kecil ketika aku melihat sesuatu di depanku. Makhluk itu tiba-tiba menampakan dirinya, tepat ketika Asep mendekati jiwa anaknya yang muncul di jalanan setapak itu. Mungkin tubuh anaknya kini terbujur kaku di sana, karena jiwanya sudah ada di dalam genggaman makhluk tersebut. Sesosok makhluk yang sering kali menyebut dirinya Dewi Neng Tiyas. Makhluk yang menjadi penghuni dari batu nangtung, dengan memunculkan jiwa anaknya. Dia berhasil memancing Asep dan memegang tangannya dengan sangat erat. Sehingga Asep terjebak dan tidak bisa melepaskan diri dari genggamanya. Wuss, wuss, “LEPASKEUN AING (AKU) GOB*OG !!! ” Asep yang marah hanya bisa melayangkan tinjunya ke arah makhluk tersebut, namun tangannya ternyata menembus tubuh dari makhluk itu. Dan dia tid
Aku sungguh kaget, secara tidak sengaja aku bisa memukul makhluk itu dengan kedua tanganku. Padahal, aku lihat sendiri. Asep, orang yang ada di depanku ini tidak bisa memukulnya dengan kedua tangannya. “Apakah ini adalah hasil dari apa yang Bapak lakukan selama ini kepadaku?” Kataku sambil melihat kedua tanganku pada malam itu. Makhluk itu terpental, menembus beberapa pohon hutan yang besar dan tinggi di ujung sana, lalu menghilang dalam kegelapan malam Gunung Sepuh pada malam itu. Pada saat yang sama, aku melihat Asep tiba-tiba terjatuh, bersamaan dengan kesadarannya yang kembali pulih pada saat itu juga. Hah hah hah Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, dia terduduk sambil memegang dadanya dengan salah satu tangannya. Asep seakan tidak percaya atas apa yang menimpanya, karena dia merasakan sendiri ketika jiwanya akan terlepas dari dalam tubuhnya dan hal itu membuat tubuhnya hampir kehilangan kesadaran. Asep yang tiba-tiba terduduk melihat anaknya yang masih menangis dengan t