Share

39 | Let's Falling In Love

Kyrena akhirnya berhasil mendapat bross dengan ukiran Edelwiss itu dari Alice. Awalnya Alice tidak mengerti mengapa Kyrena meminta Bross itu seletah menolak membantu, namun Kyrena berkata kalau dia berubah pikiran. Hari ini adalah terakhir kalinya Kyrena bertemu dengan Aron, entah kapan dia bisa bertemu dengan pangeran itu lagi. 

Bisa saja di masa depan Aron sudah memiliki pasangan, tapi setidaknya pria itu akan mengingat dirinya saat melihat bross itu. Sejatinya Edelwiss memiliki arti kesetiaan. Kyrena tidak akan memberikannya sebagai hadiah ulang tahun, dia akan memberikannya sebagai hadiah perpisahan. Dengan perasaan ragu-ragu dia mengetuk pintu ruangan Aron dan membukanya. 

Aron yang semula sibuk dengan pikirannya kemudian merapikan posisi duduknya, "Apa aku mengganggu?" tanya Kyrena dari balik pintu. Aron mendekat dan membiarkan Kyrena masuk, "Untuk apa bertanya hal seperti itu? Bahkan jika aku sibuk, kau tidak akan menggangguku, lagipula hari ini terakhir kalinya aku bisa melihat mu." 

Ada perasaan sedikit bersalah di hati Kyrena mendengarkan perkataan Aron, bagaimanapun mereka adalah sisi terang dan gelap. Tidak bijak arasanya bila Kyrena mencampurkan hubungan asmara dengan politik, mereka sama-sama masa depan dari kedua negara ini. Kyrena bukannya pesimis--mungkin saja mereka memang bisa bersatu tapi presentasenya sangat kecil. Ini waktu yang tidak tepat baginya untuk memikirkan hal-hal diluar keadaan rumit yang terjadi di Drystan. 

Kyrena hanya duduk di sofa, sementara Aron enggan lebih dulu membuka suara karena bantuannya ditolak. Meskipun Kyrena adalah bagian dari rencanannya, tapi tetap saja dia mencintainya dan punya rasa khawatir itu. "Kalau memang kamu sibuk, sebaiknya aku pergi saja," tutur Kyrena, hendak meninggalkan ruangan Aron. 

"Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?" tanya Aron dengan serius. 

"Ada,"

Kyrena mendekat ke arah Aron dari tempatnya semula, kali ini dia menatap dalam manik mata Aron dengan penuh perasaan, berharap Aron dapat merasakan getaran itu. "Ini terakhir kalinya kita bisa bertemu. Sejujurnya aku begitu bersyukur karena perasaanku terbalaskan, tapi kita berdua tidak bisa melupakan kenyataan kalau kita tidak mungkin bisa bersatu. Aron terdiam beberapa saat. 

Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan untuk membalas perkataan Kyrena. "Tapi aku tidak akan menyesal di kemudian hari, setidaknya kamu pernah menjadi kisah indah di dalam hidupku, karena itu aku ingin memberikanmu ini." Kyrena meletakkan bross itu dia atas meja. 

Semula Aron merasa senang karena Kyrena masih memikirkannya, tapi nafasnya segera tecekat saat melihat ukiran bunga Edelwiss di situ. Bunga yang dulunya sangat disukai ibunya. Emosi Aron rasanya ingin meledak saat itu juga namun dia mencoba untuk menahannya agar tidak membuat rasa kecurigaan pada Kyrena. "Semula aku tidak terlalu menyukai bunga ini karena bentuknya tidak seindah bunga bunga yang lain. Tapi setelah tahu maknanya aku jadi suka padanya."

"Kenapa harus edelwiss?" tanya Aron mencoba meredam amarah. 

"Sebenarnya tidak harus Edelwiss. Apapun itu, jika sesuatu bisa selalu membuatmu mengingat tentang kenangan kita, aku pasti akan memberikannya." Aron terhenyak beberapa saat.

"Perbedaan usia kita juga cukup jauh. kamu sudah seharusnya memiliki gadis yang di idamkan atau setidaknya tunangan untuk kelak menghabiskan waktu bersamamu sepanjang masa dan menjadi ratu dari negeri cantik ini. Aku cukup sadar diri, karena gadis itu bukan aku." Aron tidak suka dengan perkataan Kyrena. Kenapa putri itu begitu yakin kalau dia tidak pantas. 

Kalau Aron berhasil menjalankan misinya tanpa bocor setitikpun, mereka bisa bersama. Bukan hanya memiliki kerajaan, tapi jika mereka berdua bersama, mereka bahkan mampu membuat kekaisaran. "Kenapa kamu sangat tidak percaya? Aku yakin kita bisa bersama."

"Tidak mungkin. Kalaupun bisa, pasti akan sangat banyak penduduk yang menentang bersatunya dua kerajaan yang selama ini memiliki status musuh." 

"Tapi kita bisa Kyrena!" Aron berdiri dari duduknya dan memegang pundak gadis itu. Dari matanya terpancar perasaan yang sedih bercampur dengan amarah. Aron juga selalu menyayangkan keadaan mereka berdua, Andai saja Kyrena tidak terlahir sebagai putri kerajaan Drystan. Pasti hidup mereka berdua lebih baik, Aron tidak akan masalah kalau Kyrena bahkan terlahir dari keluarga biasa. 

"Aku yakin kita bisa, kenapa kamu langsung menyerah disaat kita belum memulai?" 

"Alvah mungkin bisa menerimanya, tapi Drystan tidak akan bisa." Kyrena mengatakannya dengan pasrah, sungguh pelik hidup yang dia jalani. 

"Karena itu izinkan aku mengantarkanmu, setidaknya jika memang tidak mungkin untuk kita bersama, biarkan sekali saja aku ada di ingatanmu sebagai pelindungmu." Rasanya Kyrena ingin menangis. 

Sejak dulu gurunya selalu mengajarkan kalau dia harus melakukan segala sesuatunya sendiri, tidak peduli meskipun dia seorang putri. Dia harus bisa melindungi dirinya sendiri, karena masa depannya sudah tercatat dengan jelas adalah untuk melindungi negara. Orang-orang tidak akan sudi memberikan bahu pada Kyrena untuk bersandar dikala dia kelelahan, tapi Aron mau menjadi sosok itu.

Padahal Kyrena tidak meminta, dan dia tidak ingin Aron melakukannya. Kyrena memeluk Aron dengan melingkarkan kedua tanganya pada leher pria itu. Dia tidak menangis, Kyrena hanya selalu merasa terharu dengan perkataan yang di lontarkan Aron padanya. 

"Terima kasih karena telah memberikan rasa cinta yang banyak untukku." ucapan itu membuat hati Aorn sedikit menghangat dan membalas pelukan Kyrena dengan erat. Dari jauh, Asteria hanya bisa tersenyum masam saat melihat hubungan keduanya sudah lebih jauh dari yang dia duga. 

"Sepertinya aku harus menyerah."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status