Share

Babak Final 3

Ledakan energi yang cukup kuat terjadi saat serangan tapak raksasa berwarna emas milik salah satu dari ketiga penyerang menghantam tempat Ja Bu berada. Karena ledakan itu pula, debu debu berhamburan ke mana-mana sehingga membuat pandangan ketiga orang penyerang menjadi sangat terbatas. Akan tetapi senyuman lebar terpancar dari sudut bibir mereka bertiga karena salah satu dari mereka dapat melancarkan serangan yang menurut mereka sangatlah kuat.

"Saudara Gong! Apakah Ja Bu sudah tewas?" tanya salah satu di antara ketiga pemuda.

"Aku rasa demikian, saudara Qen. Tidak mungkin bagi seorang kultivator Ranah Raja Tahap Akhir dapat menahan seranganku secara mentah!" Jawab pemuda yang dipanggil Gong oleh pemuda sebelumnya yang bermarga Qen.

"Hmm.. Tapi kurasa ini terlalu cepat, bukan? Kita semua telah mengetahui bagaimana reputasi serta kekuatan dari Ja Bu. Kurasa dia masih hidup!" Pemuda ketiga justru memiliki pemikiran yang lain.

"Huh! Apa kau mulai meragukan tapak raksasa emas milikku, saudara Fui?" Pemuda bermarga Gong langsung tersinggung akan ucapan saudara ketiganya yang berasal dari Klan Fui. Niat membunuhnya juga sedikit merembes dari dalam tubuhnya.

"Tidak! Aku sama sekali tidak meragukan teknik tapak raksasa emasmu itu. Namun aku hanya berpikir bahwa ternyata selama ini reputasi Ja Bu hanyalah omong kosong belaka!" Dengan cepat pemuda yang memiliki marga Fui langsung mengelak akan ucapan sebelumnya untuk mengamankan posisinya agar tidak dibunuh oleh pemuda bermarga Gong itu. Namun tidak lama setelah dia baru saja selesai melontarkan omong kosongnya, sebuah suara gelak tawa terdengar dari balik debu yang berterbangan.

"HAHAHA.."

Ya, suara tawa yang terbahak-bahak itu tentu saja adalah suara Ja Bu. Setelah beberapa saat kemudian, debu-debu yang beterbangan karena efek ledakan energi dari serangan tapak raksasa emas milik pemuda bermarga Gong menghilang karena tertiup angin dan dapat dilihat sosok Pemuda yang sedikit tampan sedang berdiri di sana dengan ekspresi wajah biasa saja namun senyuman di mulutnya memperlihatkan sebuah ejekan.

"Ternyata ada yang sedikit pintar diantara kalian bertiga! Kau pemuda bermarga Fui, aku memang tidak mudah dikalahkan oleh semut-semut seperti kalian!" Kata Ja Bu sembari menunjuk wajah pemuda bermarga Fui.

Setelah itu, aura bertarung yang sangat kuat yang disertai dengan Niat Pedang yang belum sempurna meledak dari tubuh Ja Bu sehingga membuat ketiga pemuda itu merasa tertekan.

"Sudah waktunya bagi kalian untuk.." Ja Bu menghentikan ucapannya namun tubuhnya tiba-tiba menghilang dari tempatnya berada lalu muncul kembali tepat di hadapan ketiga pemuda yang memang saat ini mereka sedang berdiri tidak jauh-jauhan.

"MATI!" lanjut Ja Bu sembari menegaskan pedangnya secara horizontal.

Swoosshhh...

Energi pedang berbentuk bulan sabit raksasa yang dibaluti dengan elemen milik Ja Bu muncul dari ujung pedangnya dan melesat dengan sangat cepat mendahului kecepatan pemiliknya. Ketiga pemuda itu tentu saja sangat terkejut karena dengan jarak sedekat Itu, mustahil bagi mereka untuk melakukan gerakan menghindar. Lalu untuk menahan serangan, mereka sudah terlambat untuk melakukannya.

Ya, mau tidak mau mereka hanya bisa dengan pasrah menerima serangan tersebut dan sangat menyesali keputusan yang mereka buat karena berani mengusik sosok yang sudah diakui kehebatannya.

Sraaakkk!

Booommm...

Tubuh ketiga pemuda itu terpotong dengan rapi menjadi dua bagian sementara energi pedang Ja Bu masih terus meluncur ke belakang mereka hingga pada akhirnya menabrak sebuah bukit kecil dan menghancurkannya sampai luluh lantak.

"Hmm.. Jurus terkuatku ternyata hanya segini saja? Sial! Ini masih kalah jauh dari milik Tian Lin sialan itu!" Ucap Ja Bu lirih dan mengeluh akan jurus pedangnya padahal dia sudah berusaha sebisa mungkin untuk memaksimalkan pemahaman Niat Pedangnya.

***

Di tempat khusus yang disediakan pihak Kota Malong untuk tamu VIP, para beberapa sekte khususnya putusan yang berasal dari Sekte Pedang Malam merasa terkagum-kagum dengan teknik berpedang Ja Bu yang sangat kuat.

Utusan Sekte Pedang Malam dapat menilai bahwa sebentar lagi pemuda yang selama ini dia kenal sangat akrab dengan pemuda bertopeng separuh wajah akan sepenuhnya memenuhi persyaratan untuk mencapai pemahaman Niat Pedang.

"Dia memang sangat luar biasa! Bakatnya cukuplah tinggi khususnya dalam hal berpedang!" Ucap utusan itu sembari mengangguk-anggukkan kepalanya tanda dirinya begitu puas akan penampilan Ja Bu.

"Kau benar sekali, senior! Aiih.. Sayang sekali Sekte Gagal Biru kami tidak dapat merekrutnya karena aku sangat yakin bahwa pemuda itu akan lebih tertarik masuk ke sekte milik senior!" Ujar utusan dari sekte lain.

"Hahaha.. Sekte Pedang Malam sepertinya memang sedang mendapatkan keberkahan luar biasa! Dengan bakat pemuda bertopeng bermarga Tian, lalu pemuda Ja Bu dan yang terakhir adalah gadis misterius bercadar hitam bernama Hua, aku yakin sekteku tidak lama lagi akan dipromosikan menjadi Sekte Besar! Aku salam pribadi akan berterima kasih kepada kalian khususnya untuk saudaraku dari Sekte Gagak Biru!" Utusan dari Sekte Pedang Malam berbicara panjang lebar dengan sangat antusias sembari tertawa terbahak-bahak tanpa melihat ekspresi masam dari utusan sekte lain.

"Ya.. Aku harap sekte kita akan saling berhubungan baik satu sama lain!" Ujar utusan dari Sekte Gagak Biru memaksakan mulutnya untuk tersenyum.

"Hahaha.. Itu sudah pasti!" Angguk utusan dari Sekte Pedang Malam dengan cepat meskipun dalam hatinya merasa begitu jijik dengan omong kosong utusan dari Sekte Gagak Biru itu.

'Cih! Lihat saja nanti! Jika aku di promosikan menjadi Tetua karena telah membawa bibit unggulan, aku akan mengintruksikan orang-orang tua itu agar mengakuisisi Sekte Gagak Biru menjadi budak Sekte Pedang Malam!' Batin utusan dari Sekte Pedang Malam sembari tersenyum licik.

________________________

~Maaf karena sedikit, tapi bab ini author gratiskan~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status