Suara dentingan dua senjata terdengar begitu memekakkan telinga lalu di ikuti dengan suara hantaman tubuh di tanah yang begitu keras terdengar. Tubuh itu merupakan seorang pemuda yang cukup tampan dan saat ini terlihat memiliki wajah yang begitu muram. Ya, dia adalah Ja Bu yang terpental akibat menghadang serangan dari gadis bercadar hitam bernama Hua. Dia tidak menyangka bahwa kekuatannya berada di di jarak yang begitu jauh sehingga membuatnya tidak berdaya.'Sial! Ternyata apa yang dikatakan oleh saudara Tian benar! Dia sangat kuat dan sebelumnya aku merasakan sedikit sengatan listrik yang menandakan bahwa dia merupakan seorang shandian!' Batin Ja Bu dengan ekspresi wajah jeleknya."Hmm.. Hanya Ranah Raja Tahap Akhir biasa, kau terlalu berani, bocah Klan Ja! Baiklah.. Aku akan membunuhmu terlebih dahulu sebelum menghancurkan pemuda bertopeng separuh wajah itu!" Ujar gadis bercadar hitam yang tidak senang karena karena serangannya diblokir tiba-tiba oleh Ja Bu. Aura membunuhnya yang c
Trankkk! Trankkk!Booommm... Booommm...Pertarungan intens antara Tian Lin dan gadis bercadar hitam bernama Hua terus berlanjut hingga beberapa puluh menit lamanya. Keduanya terlihat begitu menakutkan di mana semua orang yang saat ini sedang menonton pertandingan mereka lewat layar virtual yang ada di tengah-tengah alun-alun Kota Malong.Para utusan dari beberapa sekte bahkan sampai membuka mulut mereka lebar-lebar karena tidak percaya dengan kekuatan pemuda dan pemudi misterius yang mengikuti acara turnamen generasi muda di kota terpencil dan antah-berantah ini. Terlebih, salah satu diantara mereka adalah seorang kultivator shandian yang melegenda.Namun mereka juga sedikit mengerutkan untuk meningkatkan melihat warna putih berwarna biru milik gadis bercadar hitam bernama Hua, karena memang setahu mereka tidak ada warna tersebut di jajaran keempat klan shandian yang ada di Dunia Lotus Putih."Petir berwarna biru? Apakah saudara mengetahui berasal sari klan mana wanita bercadar hitam b
Tian Lin menangis tersedu-sedu sembari terus memeluk Lin Hua yang terkejut. Dia tidak tahu mengapa pemuda bertopeng separuh wajah bermarkatian ini tiba-tiba memeluknya setelah melihat dengan jelas bagaimana bentuk wajahnya. Dia yang tertegun akhirnya sadar dan segera mendorong tubuh pemuda itu hingga melepaskan pelukannya."Hua'er.. Mengapa kau melepaskan pelukanku? Apa kau tidak merindukanku? Aku Ling Tian, kekasihmu!" Kata Tian Lin dengan jujur dan mengungkapkan identitas aslinya. Niat membunuhnya yang begitu kejam juga telah menghilang sepenuhnya saat dirinya menyadari bahwa gadis bercadar hitam nya merupakan sosok yang sangat ia kenali."Ling Tian? Maaf, tapi Aku tidak pernah mengenalmu dan tidak pernah memiliki seorang kekasih sepertimu!" Ujar Lin Hua dengan tanpa ragu. Dia juga bergerak mundur satu langkah agar pemuda bertopeng separuh wajah yang aneh itu tidak lagi mendekatinya."Apaa! Hua'er.."Tolong jangan panggil aku dengan sebutan itu, sebab aku tidak mengenalimu!" Ujar Li
"Tentu saja! Ini buktinya!" Jawab Lin Hua dengan cepat sembari memperlihatkan lencana emas milik anggota inti Klan Lin."Hmm.. Lalu siapa pak tua Lin Kai bagimu?" Tanya Tian Lin untuk kedua kalinya namun saat ini ekspresi wajah Lin Hua tampak berubah."Kau.. Darimana kau mengenali nama ayahku? Dan lagi.. Beraninya kau memanggilnya dengan sebutan pak tua!" Lin Hua justru balik bertanya kepada Tian Lin karena kata ayahnya Tidak semua orang mengetahui nama asli ayahnya kecuali hanya mereka saja yang memiliki hubungan dekat. Nadanya terdengar meninggi karena baru pertama kalinya ada seseorang terlebih merupakan anak muda yang berani menyebut ayahnya dengan sebutan seperti itu."Hehehe.. Untuk sekarang, kamu tidak perlu tahu mengenai alasan diriku mengenali ayahmu. Tapi mungkin jika kau mau ikut denganku untuk memasuki Sekte Pedang Malam, kau akan mendapatkan jawabannya!" Jawab Tian Lin sembari sedikit tertawa karena telah memikirkan mengenai beberapa trik kecil.Lin Hua cemberut saat mende
Tian Lin Tentu saja tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana ekspresi wajah ketakutan dari para mayat penduduk Desa Mahoni. Hutang pembantaian yang dilakukan oleh para murid Sekte Pedang Malam harus dia lunaskan lengkap dengan bunganya.Mengingat kembali akan Desa Mahoni dan para penduduknya yang begitu ramah serta selalu tersenyum kepadanya membuat hati Tian Lin menjadi semakin dipenuhi amarah. Terlebih ketika mengingat kakek Jan dan nenek Yui yang telah merawatnya dengan sepenuh hati hingga dia selamat dari kematian setelah mengalami kecelakaan di dalam lorong dimensi. Dia ingin sekali cepat-cepat menuju ke sekte biadab itu dan menghancurkannya hingga tak tersisa guna melampiaskan segala kemarahan yang ada dalam hatinya.'Kalian para kultivator yang harusnya menjadi pelindung untuk manusia biasa yang lemah malah justru menjadikan mereka layaknya semut. Baiklah jika itu yang kalian yakini. Aku juga tidak akan menyembunyikan kekuatanku Dan akan menganggap kalian semua sebagai semut y
Perjalanan menuju Sekte Pedang Malam menggunakan pedang terbang milik Guru Za Ma berjalan dengan lancar. Saat ini rombongan mereka sedang berhenti untuk beristirahat di sebuah kota yang jaraknya tinggal dua hari perjalanan untuk sampai di tempat tujuan. Kota ini bernama Kota Chenshi dan merupakan kota cukup besar dengan penghuni lebih dari 10 juta penduduk.Guru Za Ma menyarankan untuk beristirahat sejenak karena dirinya memiliki sedikit urusan yang harus diselesaikan. Para generasi muda Kota Malong termasuk Tian Lin dipersilahkan untuk berjalan-jalan guna mengisi kekosongan mereka. Namun mereka juga diperingatkan untuk tidak membuat masalah karena penguasa kota ini kultivasinya berada di ranah yang hampir sama dengan Patriark Sekte Pedang Malam atau lebih tepatnya berada di Ranah Dewa Bumi Tahap Menengah.Tian Lin dan kesembilan generasi muda langsung mengangguk karena memang mereka tidak ingin membuat masalah apapun yang ujung-ujungnya hanya akan merepotkan mereka saja. Tian Lin dan
Semua orang langsung membubarkan diri dari lantai 3 Restoran Pasti Puas setelah mendengarkan seruan dari salah satu pengawal dari sosok pemuda yang di panggil Dou Lan. Mereka semua tentu tidak ingin menyinggung sosok tersebut karena dia merupakan putra kedua dari Patriark Sekte Pedang Malam yang terkenal sangat arogan.Pemuda ini merupakan sampah masyarakat yang seharusnya sudah sejak lama di buang. Dia tidak berbakat dalam hal kultivasi serta pemahaman berpedang, tidak seperti kakaknya yang merupakan salah satu diantara jenius yang begitu hebat. Kultivasi Dou Lan saat ini barulah di ranah Pendekar Berlian Awal dan pemahaman pedangnya bahkan jauh lebih buruk dari sekedar Niat Pedang atau bisa dikatakan sebagai seorang pemuda yang sangat amatir dalam hal menggunakan senjata.Dou Lan juga terkenal suka bersikap sesuka hati dan mudah emosi. Apapun yang diinginkan harus di tepati serta tidak menerima penolakan atau dia akan menggunakan nama keluarga serta Sekte Pedang Malam untuk menganca
"Potong lidahmu sendiri lalu pergi dari hadapanku!" Ucap Lin Hua dengan dingin. Aura bangsawannya yang merupakan Nona Muda Klan Lin segera terlihat dari Lin Hua saat ini.Dou Lan serta ketiga kamu udah bawahannya kini membeku karena merasakan tekanan mental dari aura milik gadis cantik layaknya Dewi itu. Mereka merasa seolah ingin bertekuk lutut dan menyembahnya sebagai seorang tuan. Namun karena ego yang begitu tinggi serta kebiasaannya yang menonjolkan nama kebesaran Sekte Pedang Malam, Dou Lan segera menghilangkan perasaan tersebut dan menatap tajam ke arah gadis cantik itu."Kau, jalang sialan! Beraninya semut sepertimu berlaga sombong di hadapan Tuan Muda ini?" Teriak Dou Lan yang emosinya sudah tidak bisa ia bendung lagi."Cepat tangkap lacur itu!" Lanjutnya menyuruh ketiga pengawalnya yang tersisa untuk menahan Lin Hua."Baik, Tuan Muda!" Patuh mereka lalu bergegas menyerang Lin Hua dengan sabetan pedang.Lin Hua yang mendapatkan serangan dari tiga arah berbeda masih tampak ten