Di bawah bukit batu, terbentuk ruangan yang cukup luas dengan seluruh sisinya diselimuti oleh energi pelindung. Belasan senjata melayang di sekitar tungku penempa yang sudah padam, termasuk sepasang cakar berwarna hitam. Bilahnya berkilau perak terlihat sangat tajam, dengan di bagian warna hitam ada ukiran berwarna emas yang elegan. Ada juga yang mirip cakar, seperti corong corong yang runcing. Energi yang menyelimuti senjata dominan berwarna putih dan sebagian lainnya berwarna merah, tingkat Suci dan Kaisar. Sedangkan sang penempa telah terkapar, terlentang di depan tungku. Ia telah bertelanjang dada, memperlihatkan otot dada dan perutnya yang mengkilap diselimuti keringat.
Ia terengah engah sambil mengusap keringat di jidatnya hingga membuat rambutnya tersingkap ke belakang. Hembusan napas panjang dari mulut ia lakukan sebelum berdiri dan mengibaskan tangannya, seluruh senjata menghilang, masuk ke dalam penyimpanan dimensi."Regera, sepertinya kamu harus memiliPemuda berjubah hitam kembali ke gua buatan di bawah gunung batu, bersama gadis cantik yang tubuhnya diselimuti energi hitam ketat, dengan tanduk seperti hiasan rambut di samping kepalanya. Mata indahnya langsung menyapu sekitar, melihat tumpukan batu berbagai jenis dan ukuran. "Tuan muda, bebatuan ini yang dibawa oleh Gobar?" "Ya, kalau kau ingin menaikkan kekuatan, berlatihlah di sini. Ada pelindung ruang yang mengurung energi dari bebatuan dan menghalau fluktuasi energi." Akara lalu menjuluran tangannya dan muncul kotak dari kayu yang cukup besar. "Ambillah, ada beberapa pil Astral Jiwa yang dapat mempercepat penyerapan energi. Jika ada pil yang cocok untuk pelatihanmu, carilah resep dan bahannya ke sini, aku akan memurnikannya untukmu," lanjutnya.Obelia yang meraih kotak pil jadi menatapnya dan dengan ragu bertanya. "Memurnikannya?" "Ya, berlatihlah, aku masih harus menempa semua ini." Akara membuka jubahnya sambil berjalan ke ar
Altar yang ada di atas sungai telah dipenuhi oleh ribuan orang dari berbagai klan, termasuk Akara, anak dari Gobar dan kedua anak Arrak. Pemuda klan Sheva berpundak besar langsung mengepal erat saat melihat keberadaanya. Ia lalu menoleh ke arah bawahannya dan berkata."Dia adalah murid dari orang yang membuat ayah tertangkap!" Seorang klan Giluca terbang di udara, membuat perhatian semua orang tertuju padanya. "Portal perburuan akan segera kami buka, kalian akan otomatis kembali satu minggu lagi. Maksimal ranah jiwa tingkat puncak yang bisa mengikutinya. Kalian bebas melakukan apapun, usahakan jangan menyerang satu sama lain, apapun yang terjadi bukan tanggung jawab kami." Ia mengeluarkan sebuah artefak dan menekan sebuah tombol. Ukiran pola pada altar seketika menyala, menteleportasikan ribuan peserta ke dunia yang berbeda. …Akara berteleport di sebuah hutan yang cukup lebat. Serin langsung dengan tegas berkata."Regera, tutup pr
Di sebuah ruangan tempat pria tinggi kurus dari klan Vasto sebelumnya. Seseorang dari klan Giluca bertamu, pria dengan tubuh birunya yang kekar dan wajah penuh wibawa. Saat duduk, ia melihat pemuda bertubuh tinggi dan langsung berkata. "Tuan muda Admon kenapa tidak mengikuti perburuan?" "Atas perintah ayah," jawabnya dengan tenang membuat pria itu menoleh ke arah lain. Pria tinggi kurus langsung berkata. "Untuk menghindari kejadian seperti sebelumnya, terpaksa aku harus menahan anakku!" "Seharusnya tuan Adlar tidak perlu khawatir, kami telah bersiap siaga. Jika ada seperempat peserta yang gugur, portal akan otomatis terbuka kembali," jelas klan Giluca, saat itulah malah ia terbelalak dan berkata. "Portal kembali terbuka!" Jwesh!... Mereka langsung menghilang pergi. …Beberapa waktu sebelumnya di dimensi perburuan, tepatnya di istana yang dikuasai geng Ketu Merah.Rex yang melihat kematian adiknya di tangannya s
Teriakan kesakitan terhenti saat suara tulang hancur terdengar begitu renyah. Sontak membuat mereka semua terbelalak ketakutan. Mereka sangat beranj memperlihatkan seorang Zur?! Lalu bagaimana dengan kita?! "Tidak perlu khawatir, kalian akan segera menyusulnya dan menjadi sumber energiku!" ucap Akara, disusul terhentinya aliran energi pada bintang neutron di tangannya. "Hampir saja ketinggalan." Akara menjulurkan tangan lainnya, seluruh cincin, senjata dan benda berharga lainnya meluncur ke arahnya. Mereka yang berusaha menahannya malah berujung terluka."Kebetulan aku sudah lama tidak mengasah teknik ini, kalian seharusnya bangga menjadi kelinci percobaanku! Ah, mungkin tikus lebih cocok daripada kelinci." Ia meraih bintang neutron di tangannya, lalu meluncurkannya dengan jentikan jari, membuatnya berputar begitu cepat. Energi menyiprat seperti air pada bola basah yang diputar. Kepanikan seketika terjadi, mereka kabur kalang kabut, tapi tidak
Di gua buatan di bawah gunung batu, cahaya ungu telah menerangi seluruh sisi. Seorang pemuda berjubah hitam melayang di udara dalam posisi duduk bersila, aura Alkemis tingkat 8 di bawahnya berputar sangat cepat, dengan kilatan listrik ungu bagaikan petir yang menyambar ke segala arah. Ada robekan kehampaan di tiga sisi, mengalirkan energi hitam sangat deras ke dalam tubuhnya. Ia terlihat meringis kesakitan, dengan tak jarang ada jiwa yang meronta keluar dari tubuhnya. "Regera, saat ini hanya bisa kamu sendiri, kamu harus benar-benar memurnikan mereka. Jika dibiarkan, mereka bisa merusak jiwa dan akal sehatmu!" Serin mengawasi dari dalam dimensi, ia lalu melihat gua yang sepenuhnya telah kosong. "Gadis itu benar-benar memanfaatkannya dengan baik." Ia malah tersenyum, tapi senyumannya membuat orang yang melihatnya bergidik ngeri. …Di dunia perburuan sebelumnya, seseorang muncul di langit. Seorang pria berjubah putih yang menenteng sebuah golok besar,
Kota Ngarai hitamBagian bawah ngarai yang selalu ramai tiba-tiba mereka terdiam, menoleh ke arah yang sama dan menyingkir, memberikan jalan kepada dua pria yang lewat. Pria berpundak besar dengan dengan pria kekar berjubah putih berpola emas. Bukankah itu tuan Gobar? Bukannya dia ditangkap oleh pasukan kerucut?! Lihatlah pria disampingnya! Jubahnya seperti yang dipakai pasukan kerucut! Keduanya tidak menanggapi celotehan para warga dan tetap berjalan dengan santai, hingga akhirnya Gobar melotot saat melihat penjaga di depan pintu masuk geng Ketu Merah. Penjaga yang melihat keberadaanya langsung terbelalak dan membungkuk. Namun, Gobar langsung melesat dan meraih lehernya, pria penjaga dibenturkan di dinding ngarai dengan tubuh terangkat. "Kalian berhianat?!" "Bukan tuan!" jawab sang penjaga dengan wajah memerah. "Omong kosong! Kau menjaga tempat Ketu Merah mau alasan apa lagi?!" "Bukan tuan Arrak yang merekrut kami!"
Obelia terbentur ke dinding dengan tangan Baram yang mencekiknya. "Mau pergi ke mana gadis manis?!" "Pergilah!" Obelia berteriak tertahan sambil melotot tajam ke arah gadis lain. Mereka cukup ragu dan saling menoleh, tapi Obelia kembali berteriak. "Cepat!"Mereka serentak melesat dengan cepat, bukan kabur, tapi menghantam pria kekar. "Bodoh!" Jleng!... Mereka langsung tersungkur di lantai, membuat lantai hancur dan tubuh mereka terbenam. Walaupun berusaha bangkit sekuat tenaga, tapi tekanan intimidasinya jauh lebih kuat. Pria berjaket hitam dengan tudung kepala menutupi wajahnya muncul di belakang pria kekar dan menepuk pundaknya. Plak!... "Bisakah lebih lembut pada para wanita cantik?""Tuan?" Obelia langsung terlepas, terbelalak dan mendongakkan kepalanya dengan posisi jongkok. Sedangkan Baram terkekeh dengan senyuman lebar di bibirnya. "Akhirnya kau muncul juga empu!" Tangan Empu di pundak Baram terangkat dan men
"Sialan! Kau yang memulai semua masalah ini!" teriak Baram yang kini tubuhnya sudah tenggelam dalam pekatnya energi gelap, bahkan jiwa-jiwa ganas sudah mulai keluar dari tubuhnya. Akara masih berdiri tenang, bahkan jiwa-jiwa yang ingin masuk tubuhnya tidak berdampak apa-apa. "Itu karena anakmu yang tidak tau diri, sudah aku selamatkan malah ingin membunuhku dan mengincar Lina!" ucap Akara dengan geram, lalu kembali berkata dengan tenang tapi serius. "Sayangnya kau sudah memperluas masalah, hanya kematian yang menunggumu!" Api hitam berkobar menyelimuti tubuhnya, tapi tiba-tiba padam, disusul Baram yang tubuhnya diselimuti luapan energi hitam melesat di depannya. Crak!... Golok menebas tubuh Akara, pemuda itu sempat melompat ke belakang hingga hanya ujung golok yang mengenainya. Namun, malah membuat jaketnya terpotong dan terlihat luka dari depan pundak, dada dan perut atasnya. Pemuda itu langsung menelan dua butir pil dan mengalirkan