Teriakan kesakitan terhenti saat suara tulang hancur terdengar begitu renyah. Sontak membuat mereka semua terbelalak ketakutan. Mereka sangat beranj memperlihatkan seorang Zur?! Lalu bagaimana dengan kita?!
"Tidak perlu khawatir, kalian akan segera menyusulnya dan menjadi sumber energiku!" ucap Akara, disusul terhentinya aliran energi pada bintang neutron di tangannya."Hampir saja ketinggalan." Akara menjulurkan tangan lainnya, seluruh cincin, senjata dan benda berharga lainnya meluncur ke arahnya. Mereka yang berusaha menahannya malah berujung terluka."Kebetulan aku sudah lama tidak mengasah teknik ini, kalian seharusnya bangga menjadi kelinci percobaanku! Ah, mungkin tikus lebih cocok daripada kelinci." Ia meraih bintang neutron di tangannya, lalu meluncurkannya dengan jentikan jari, membuatnya berputar begitu cepat. Energi menyiprat seperti air pada bola basah yang diputar.Kepanikan seketika terjadi, mereka kabur kalang kabut, tapi tidakDi gua buatan di bawah gunung batu, cahaya ungu telah menerangi seluruh sisi. Seorang pemuda berjubah hitam melayang di udara dalam posisi duduk bersila, aura Alkemis tingkat 8 di bawahnya berputar sangat cepat, dengan kilatan listrik ungu bagaikan petir yang menyambar ke segala arah. Ada robekan kehampaan di tiga sisi, mengalirkan energi hitam sangat deras ke dalam tubuhnya. Ia terlihat meringis kesakitan, dengan tak jarang ada jiwa yang meronta keluar dari tubuhnya. "Regera, saat ini hanya bisa kamu sendiri, kamu harus benar-benar memurnikan mereka. Jika dibiarkan, mereka bisa merusak jiwa dan akal sehatmu!" Serin mengawasi dari dalam dimensi, ia lalu melihat gua yang sepenuhnya telah kosong. "Gadis itu benar-benar memanfaatkannya dengan baik." Ia malah tersenyum, tapi senyumannya membuat orang yang melihatnya bergidik ngeri. …Di dunia perburuan sebelumnya, seseorang muncul di langit. Seorang pria berjubah putih yang menenteng sebuah golok besar,
Kota Ngarai hitamBagian bawah ngarai yang selalu ramai tiba-tiba mereka terdiam, menoleh ke arah yang sama dan menyingkir, memberikan jalan kepada dua pria yang lewat. Pria berpundak besar dengan dengan pria kekar berjubah putih berpola emas. Bukankah itu tuan Gobar? Bukannya dia ditangkap oleh pasukan kerucut?! Lihatlah pria disampingnya! Jubahnya seperti yang dipakai pasukan kerucut! Keduanya tidak menanggapi celotehan para warga dan tetap berjalan dengan santai, hingga akhirnya Gobar melotot saat melihat penjaga di depan pintu masuk geng Ketu Merah. Penjaga yang melihat keberadaanya langsung terbelalak dan membungkuk. Namun, Gobar langsung melesat dan meraih lehernya, pria penjaga dibenturkan di dinding ngarai dengan tubuh terangkat. "Kalian berhianat?!" "Bukan tuan!" jawab sang penjaga dengan wajah memerah. "Omong kosong! Kau menjaga tempat Ketu Merah mau alasan apa lagi?!" "Bukan tuan Arrak yang merekrut kami!"
Obelia terbentur ke dinding dengan tangan Baram yang mencekiknya. "Mau pergi ke mana gadis manis?!" "Pergilah!" Obelia berteriak tertahan sambil melotot tajam ke arah gadis lain. Mereka cukup ragu dan saling menoleh, tapi Obelia kembali berteriak. "Cepat!"Mereka serentak melesat dengan cepat, bukan kabur, tapi menghantam pria kekar. "Bodoh!" Jleng!... Mereka langsung tersungkur di lantai, membuat lantai hancur dan tubuh mereka terbenam. Walaupun berusaha bangkit sekuat tenaga, tapi tekanan intimidasinya jauh lebih kuat. Pria berjaket hitam dengan tudung kepala menutupi wajahnya muncul di belakang pria kekar dan menepuk pundaknya. Plak!... "Bisakah lebih lembut pada para wanita cantik?""Tuan?" Obelia langsung terlepas, terbelalak dan mendongakkan kepalanya dengan posisi jongkok. Sedangkan Baram terkekeh dengan senyuman lebar di bibirnya. "Akhirnya kau muncul juga empu!" Tangan Empu di pundak Baram terangkat dan men
"Sialan! Kau yang memulai semua masalah ini!" teriak Baram yang kini tubuhnya sudah tenggelam dalam pekatnya energi gelap, bahkan jiwa-jiwa ganas sudah mulai keluar dari tubuhnya. Akara masih berdiri tenang, bahkan jiwa-jiwa yang ingin masuk tubuhnya tidak berdampak apa-apa. "Itu karena anakmu yang tidak tau diri, sudah aku selamatkan malah ingin membunuhku dan mengincar Lina!" ucap Akara dengan geram, lalu kembali berkata dengan tenang tapi serius. "Sayangnya kau sudah memperluas masalah, hanya kematian yang menunggumu!" Api hitam berkobar menyelimuti tubuhnya, tapi tiba-tiba padam, disusul Baram yang tubuhnya diselimuti luapan energi hitam melesat di depannya. Crak!... Golok menebas tubuh Akara, pemuda itu sempat melompat ke belakang hingga hanya ujung golok yang mengenainya. Namun, malah membuat jaketnya terpotong dan terlihat luka dari depan pundak, dada dan perut atasnya. Pemuda itu langsung menelan dua butir pil dan mengalirkan
Sebuah titik cahaya muncul, menyerap pekatnya energi kutukan yang memenuhi formasi. Udara menjadi bersih dan terang, hingga nampaklah pemuda bertudung kepala yang telah terbaring di tanah, lalu pria kekar berselimut energi hitam di ujung formasi. Jleng!... Ledakan yang sangat hebat terjadi, seketika menghancurkan formasi dan seluruh pilarnya. Terus meluas menggerus tanah, bahkan retakan kehampaan yang sudah pulih seketika hancur kembali. Cahaya sangat terang memenuhi seluruh tempat, bahkan menyilaukan seluruh orang. Jleng!... Gelombang energi menghancurkan seluruh tebing di liar kubah pelindung. Puing-puingnya yang langsung tersapu ke langit membuat semua orang terbelalak. Apa-apaan itu?! Apa semengerikan ini pertarungan ranah Jiwa Suci?!Jgleng!... Suara dentuman sangat keras baru terdengar, kecepatan suara lebih lambat dibandingkan gelombang energi yang dihasilkannya. Sangat memekikkan telinga, hingga membuat mereka berlutut dan menutup telin
Alam bawah, di atas pohon Dewi Pengobatan. Gadis cantik berambut emas sedang memeriksa tanaman hebal yang ada di taman. Setiap langkahnya membuat pakaiannya yang lebih cocok disebut lingerie merumbai, memperlihatkan lekukan tubuh indahnya yang juga ikut berayun. Muncullah seorang gadis cantik berambut bob dan berpakaian maid yang langsung mendekatinya. "Nona Viona!" ucapnya lirih, tapi penuh ketegangan di wajahnya. Saat Viona menoleh, gadis maid segera mendekat dan berbisik kepadanya. "Komo menghilang, sudah kami telusuri di berbagai tempat tetap tidak menemukan keberadaannya."Matanya yang jernih dan begitu teduh jadi melebar, tapi tetap berusaha tenang dan berkata. "Tetap lakukan pencarian dan jangan sampai Lisa mengetahuinya!" "Baik nona!" Gadis itu langsung menunduk sebelum menghilang, meninggalkan hembusan angin yang menerpa tumbuhan di sekitarnya. Bukan angin kencang, tapi membuat tubuh Viona terhuyung. Untungnya muncul tanaman rambat yan
Pemuda bertanduk, Obelia, Arrak dan beberapa wanita malam pergi ke kota lain. Saat baru sampai dan kilauan energi belum sepenuhnya sirna dari altar teleportasi, mata mereka langsung melebar dan tanpa sadar memasang wajah kagum. Kota yang padat, dengan di kedua sisi di kejauhan ada deretan pilar putih raksasa yang melengkung. Bukan sembarang pilar, namun tulang rusuk dari makhluk raksasa. Tidak tau makhluk apa itu sebenarnya, tidak terlihat ujung tengkoraknya, bahkan tulang punggungnya berada di atas awan."Woah, tulang apa itu?" Pemuda itu tidak bisa menutupi kekagumannya. "Kota Leluhur Naga. Pengaruh Fraksi Cahaya Ilahi tidak mungkin ada di sini karena tempat ini adalah kota yang dihuni oleh para Draking," jelas Obelia. "Draking?" tanya Komo sambil menyapu pandangan ke sekelilingnya. "Seperti tuan muda Regera, evolusi dari para binatang sihir. Sebaiknya kita cari tempat terlebih dahulu," jelas Obelia dan mereka mulai turun dari altar teleportasi, tapi segera dicegat oleh seorang p
Arc Dewa PenempaTrailer secara garis besar dan terpotong-potong, alur cerita nanti tidak musti sama persis dengan ini. Hanya sebagai kerangka dan pedoman arah cerita mau ke mana.Aura ranah jiwanya telah hancur, hanya menyisakan aura naganya. Adlar menaruh penuh curiga kepada Akara, berusaha mengorek informasi dan memanfaatkannya. Di wilayah klan Vasto, Akara menghajar seorang pemuda klan Vasto yang ternyata kekasih dari seorang Zur Adlea (Keturunan ranah Dewa). Membuat Akara mendapatkan banyak masalah karena kelakuan gadis itu. Terlihat juga seorang Zurrark (Anak ranah Dewa) dari klan Sheva yang mendeteksi tubuh anaknya, seorang Zur yang Akara bunuh dalam perburuan sebelumnya. Saudari Adlea yang seperti kembarannya bernama Adlia, memiliki perasaan yang berbeda kepada Akara, ia terus mendekati Akara dengan rasa suka. Masalah merembet hingga nenek kedua gadis muncul, bersama beberapa Zurrark dari klan Vasto. Terjadilah pertandingan menempa melawan para Zur. Akara tidak bisa mengguna