“Apa?”Bintang sangat terkejut mendengar cerita sang adik. Tiba-tiba saja adik dan iparnya datang, lantas membahas soal anak Hanzel yang tentunya membuat Bintang sangat syok.Aruna dan Ansel hanya diam karena mereka sudah tahu tapi memilih berpura-pura tidak tahu.“Aku juga sangat terkejut sepertimu saat pertama kali mengetahuinya,” ucap Cheryl saat melihat keterkejutan kakak iparnya itu.Bintang benar-benar tak menyangka jika Hanzel akan sampai punya anak di luar nikah.“Lalu, kalian menyalahkan atau memarahinya?” tanya Langit sambil menatap Orion dan Cheryl bergantian.“Kalau marah itu sudah pasti,” jawab Cheryl.“Tapi kami juga tidak egois. Bagaimanapun Hanz juga harusnya bertanggung jawab karena dia menyukai wanita itu juga,” timpal Orion.Langit mengangguk-angguk mendengar jawaban sang adik.“Lalu, apa kalian sudah tahu wanita itu dari keluarga mana?” tanya Bintang penasaran.“Sudah,” jawab Orion.“Wanita itu masih keluarga dari menantumu,” timpal Cheryl.Bintang dan Langit langs
[Jill.][Kamu marah kepadaku?]Hanzel menatap pesan yang dikirimkan ke Jill. Dia mengirim pesan itu sejak sore, tapi Jill tidak membacanya sama sekali.Hanzel ingin berterima kasih karena Jill memberinya kesempatan melihat fakta akan Milea. Dia bersyukur karena dipertemukan dengan wanita sebaik Jill. Namun, Hanzel juga merasa bersalah karena dirinya ingin kembali ke Milea tapi menyakiti Jill.Hanzel menghela napas kasar, tapi dirinya tak bisa memaksa Jill untuk tak membenci karena sikapnya yang labil.Saat Hanzel masih menatap pesan yang dikirimkan ke Jill. Dia melihat Kainan bergerak, membuat Hanzel berdiri untuk mengecek karena Milea tidur.“Mana yang sakit?” tanya Hanzel saat melihat Kainan meringis menahan sakit.“Kakinya sakit, punggungnya sakit,” jawab Kainan tampaknya tak sadar kalau yang bertanya Hanzel.“Miring pelan-pelan, biar aku bantu pijat,” ucap Hanzel dengan lembut.Kainan mencoba memiringkan tubuhnya meski agak kesusahan, apalagi dia hanya bisa miring ke kanan karena
Hanzel pergi mencari sarapan untuk Milea sekalian membeli kopi agar dirinya bisa terus terjaga membantu Milea mengurus Kainan. Saat dia kembali ke ruangan Kainan, Hanzel mendengar percakapan di dalam ruangan itu.Hanzel pun diam mendengarkan, hingga setelah hening tanpa suara, Hanzel memberanikan diri masuk ruangan itu.“Hanz.” Milea sangat terkejut mendengar Hanzel masuk kamar.Milea berharap Hanzel tak datang sebelum kedua orang tuanya pergi, tapi siapa sangka pria itu malah datang lebih dulu.Mark dan Cantika menatap ke Hanzel yang baru saja datang. Mereka tentunya terkejut ada seorang pria masuk ke ruangan itu, apalagi Hanzel tak seperti sedang bertamu di sana.“Siapa kamu?” tanya Mark dengan suara tegas.Milea menggelengkan kepala sambil menatap Hanzel, memberi isyarat agar pria itu tak mengaku.Hanzel melihat Milea menggelengkan kepala, tapi sesuai dengan janjinya sebagai pria yang ingin bertanggung jawab terhadap Milea dan Kainan, Hanzel pun mencoba mengaku.“Perkenalkan, saya
“Oma, kenapa paman itu bilang kalau Kai anaknya?” tanya Kainan setelah Mark menyeret Hanzel keluar. Cantika bingung menjawab pertanyaan Kainan, belum lagi terdengar suara ribut dari luar. “Kai tidak usah mendengarkan ucapannya. Paman itu hanya bercanda dan tidak serius mengatakan itu,” ucap Cantika mencoba mengalihkan perhatian Kainan. Baru juga Cantika berhenti bicara, terdengar suara bertengkar di luar hingga membuat Cantika memejamkan mata sejenak. “Apa pun yang Kai dengar dari luar, jangan dianggap. Itu urusan orang dewasa, jadi Kai tidak usah mendengarnya,” ucap Cantika karena takut Kainan memasukkan dalam pikiran setiap ucapan yang didengar. Kainan hanya mengangguk-angguk mendengar ucapan Cantika meski mendengar keributan di luar. “Kai mau nonton kartun? Biar oma nyalakan televisinya,” ucap Cantika lantas menyalakan televisi dengan volume lumayan keras agar Kainan tak lagi mendengar pertengkaran di luar kamar. Ranjang bagian kepala agar dinaikkan agar Kainan bisa menonton
Milea langsung menangis sambil menunduk mendengar ucapan sang ayah. Hanzel langsung menatap Milea saat mendengar ucapan Mark. Memang dia bersalah karena dulu sama sekali tidak peka dengan perasaan wanita itu, dia masih labil dan hanya memikirkan dirinya sendiri. “Aku mengakui semua kesalahanku. Dulu aku memang labil dan tak memikirkan perasaan siapa pun. Namun, itu dulu, apa sekarang aku tidak berhak mendapat kesempatan kedua untuk menebus kesalahanku?” Hanzel mencoba bertanggung jawab sepenuhnya dengan mengakui kesalahan. “Kesempatan kedua kamu bilang? Apa sekarang itu perlu? Dulu kamu tak bisa memahami perasaannya, apa kamu pikir sekarang juga bisa memahaminya? Kamu mau menebus kesalahan, kenapa tidak mati saja? Andai aku menemukanmu lebih awal, aku tidak peduli kamu siapa, akan kubuat mulutmu diam!” hardik Mark tak mau mendengar apa pun yang dikatakan Hanzel. Hanzel dan Sashi sangat terkejut mendengar ucapan Mark, Milea sampai menatap tak percaya ke ayahnya itu. “Pa.” Milea men
“Hanz, apa yang terjadi dengan wajahmu? Siapa yang menghajarmu?” Cheryl sangat syok melihat putra kesayangannya babak belur seperti itu. Hanzel sangat terkejut melihat kedatangan sang mami, kenapa Cheryl ada di sana sedangkan dia tak memberitahu kalau dirinya baru saja dipukuli. Aruna berada di belakang Cheryl, ternyata Sashi menghubunginya untuk memberitahukan kondisi Hanzel, siapa sangka Aruna malah memberitahu Cheryl. “Siapa yang melakukan ini? Kamu pamit buat jagain anakmu, kenapa kamu babak belur? Apa ayah wanita itu yang melakukannya? Katakan!” Cheryl tidak terima putranya diperlakukan seperti ini. Hanzel menghela napas kasar, untung saja sang mami datang setelah dirinya diobati sehingga wajahnya tak terlihat terlalu buruk. “Mi, duduk dulu. Tenang, aku baik-baik saja,” ucap Hanzel mencoba menenangkan. “Apanya baik-baik saja? Kondisimu begini, bagaimana bisa bilang baik-baik saja? Mami tidak terima, siapa yang memukulmu? Ayahnya atau ibunya, biar mami yang hadapi!” geram C
“Mama, apa Opa jahat ke Mama lagi? Atau paman itu jahat ke Mama?” tanya Kainan karena melihat wajah Milea yang sembab. Milea tersenyum menanggapi pertanyaan Kainan. Dia pun menggeleng pelan untuk menyanggah dugaan putranya itu. “Tidak, tidak ada yang jahat sama mama,” jawab Milea karena tak ingin mendoktrin pikiran Kainan tentang hal buruk. “Tapi mata Mama merah,” ucap Kainan terus memperhatikan wajah Milea. Milea tetap berusaha tersenyum meski putranya terus curiga. “Iya merah karena tadi mata mama kena debu. Kai tidak perlu cemas, mama akan selalu baik-baik saja selama Kai bahagia,” ujar Milea lantas mencium punggung tangan Kainan. Saat Kainan dan Milea masih bicara, terdengar suara pintu kamar terbuka, membuat Milea langsung menoleh. Milea melihat Cheryl masuk ruangan itu, tapi belum mengetahui kalau wanita itu ibu Hanzel sebelum kemudian dia melihat Hanzel berjalan di belakang wanita itu. “Hai,” sapa Cheryl bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa. Milea langsung salah t
“Ayah kandung Kai muncul, lalu Mark menghajarnya karena tak terima dengan perbuatan pria itu. Apa yang harus kulakukan, Ana? Sekarang hubungan kami dengan Milea semakin buruk. Bahkan Milea melarang kami menjenguk Kai.” Cantika menemui Rihana—saudara juga mertua Sashi untuk mendiskusikan masalah Milea. Rihana hanya mengembuskan napas kasar mendengar cerita wanita yang berumur lebih muda darinya itu. Dia lantas melirik sang suami karena ternyata mereka sudah mengetahui soal siapa ayah Kainan dari besan mereka. “Kamu sudah tahu Mark itu keras kepala, tapi kamu tahu juga jika hatinya tak sekejam itu. Di balik kerasnya segala sifat dan keputusannya, aku yakin dia memiliki keputusan yang baik,” ujar Rihana mengingatkan. “Aku tahu, tapi Milea sudah salah paham dengan maksud ayahnya. Aku benar-benar frustasi, apalagi Kai mengira kami menindas ibunya, sehingga Kai pun tak mau dekat dengan kami,” balas Cantika dengan ekspresi wajah sedih. “Jangan salahkan Kai atau Milea atas sikap mereka.