Halo teman-teman. Kisah Emily dewasa sudah launching, ya. Judulnya Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan. Klik saja profilku, lalu scroll ke bawah untuk nyari bukunya, terima kasih. sayang kalian
“Ini Bu Amanda, dan ini Bu Ive.” Teman Ive memperkenalkan dirinya dengan Amanda karena diundang datang ke sana. “Senang bertemu dengan Anda,” ucap Amanda sambil menjabat tangan Ive. Ive menganggukkan kepala, lantas mereka duduk bersama. “Aku di sini untuk mempertemukan kalian atas permintaan Bu Amanda, jadi jika ada yang ingin kalian bahas, silakan. Aku akan pergi ke meja lain,” ucap teman Ive lantas pergi begitu saja. Ive sendiri awalnya bingung kenapa dirinya diundang datang ke sana, tapi mencoba berpikir positif saat bertemu Amanda yang memiliki aura positif. “Jadi, pertemuan ini sebenarnya karena aku ingin membahas soal putrimu. Putrimu bernama Jean, kan?” Amanda mulai membahas apa yang ingin disampaikan. Ive mengerutkan alis mendengar ucapan Amanda, hingga kemudian menganggukkan kepala. “Ada apa dengan putriku?” tanya Ive agak cemas. Amanda menatap Ive yang gelisah, lantas tersenyum agar lawan bicaranya itu tak panik. “Begini, beberapa hari yang lalu, Jean memb
Raja masih menunggu sang mama di mobil, dia pun melihat Jean keluar bersama seorang wanita paruh baya lantas masuk mobil hingga pergi meninggalkan halaman parkir restoran. Pemuda itu sangat penasaran, kenapa Jean seperti memiliki dua sisi yang sangat sulit ditebak. Raja terus melamun sampai tak menyadari jika sang mama sudah masuk mobil. “Kenapa kamu melamun? Sudah datang juga ga kasih kabar,” protes Amanda. Raja terkejut mendengar protes sang mama, lantas memandang ke wanita itu. “Mama juga sudah tahu aku datang, jadi tidak perlu aku kasih tahu lagi,” balas Raja lantas melajukan mobil meninggalkan restoran. Amanda terlihat senang setelah kesepakatannya dengan Ive tercapai. Dia memang sangat ingin Jean menjadi menantunya daripada Stella yang dianggapnya sombong. “Apa benar Mama mau menjodohkan Arthur?” tanya Raja tiba-tiba kepo dengan masalah sang kakak. Amanda menoleh Raja, lantas mengangguk sambil menjawab, “Iya, mama sudah punya kandidatnya. Yang jelas dia lebih bai
Jean keluar pergi jalan-jalan karena sedih dengan sikap sang mama, tapi meski begitu dia juga tahu kalau sudah bersikap berlebihan. Jean hanya takut saja, apalagi dia pun pernah patah hati karena mantannya selingkuh yang membuatnya minta putus. Jean duduk di taman sendirian. Dia beberapa kali menghapus air mata, meski sudah berusaha untuk tak menangis. “Kenapa mereka tak paham?” Jean menghapus air mata lagi, lantas mendongak agar semakin tak menangis. Saat sedang merenung sendiri, tiba-tiba ada yang menyodorkan tisu ke arahnya. “Siapa yang tidak paham?” Jean menoleh hingga terkejut melihat Raja di sana. Dia pun memalingkan wajah agar pemuda itu tak melihatnya menangis. Dia berusaha terlihat kuat saat ada di hadapan orang lain. “Tidak ada,” balas Jean masih tak mau menatap Raja. “Pakailah ini,” ucap Raja karena Jean menggunakan jari untuk menghapus air mata. Jean dengan terpaksa mengambil tisu dari Raja, lantas menggunakannya untuk menghapus air matanya. “Mau minum?” Raja jug
“Dia menggemaskan sekali.”Jean menemui Aruna dan Ansel di rumah. Dia sekarang sedang menatap bayi Aruna yang ada di baby box.“Aku senang kamu mau main ke sini,” ucap Aruna sambil menyuguhkan minuman di meja.Jean menoleh Aruna sambil memulas senyum ke istri sepupunya itu.“Kebetulan saja lewat, jadi sekalian mampir mau lihat bayi kalian,” jawab Jean lantas menatap Evano lagi.Aruna dan Ansel saling tatap, mereka tahu jika Jean tak pernah mampir ke rumah, tapi hari ini memang sangat berbeda.“Bagaimana pekerjaanmu? Sudah ada kemajuan?” tanya Ansel lantas menyeruput kopi buatan Aruna.“Baik,” jawab Jean lantas duduk di samping Aruna.Jean menatap Aruna dan Ansel bergantian, lantas menghela napas kasar hingga membuat Aruna dan Ansel menatap ke arahnya.“Apa ada masalah?” tanya Ansel saat melihat sepupunya itu seperti memiliki beban berat.“Bukan masalah besar, tapi aku butuh teman bicara,” jawab Jean.Aruna dan Ansel saling tatap sejenak, keduanya lantas menatap ke Jean.“Ya, bicara sa
“Kamu bilang apa?” tanya Jean menyelidik.Raja malah tersenyum, lantas menggelengkan kepala.“Tidak ada, hanya bilang umur kita tidak terpaut jauh, jadi kita bisa jadi teman,” jawab Raja sambil menggoyangkan pulpen yang ada di jari.Jean menatap curiga ke Raja, tapi memilih mengabaikannya. Dia pun mulai menjelaskan rincian tugas untuk pemuda itu. Jean mengajari dengan sangat detail dan sabar.“Sudah paham?” tanya Jean.“Sudah, sangat jelas,” jawab Raja lantas mengambil alih buku dari Jean.“Aku kerjakan dulu,” ucap pemuda itu lantas fokus mencatat.Jean memilih menikmati kopi pesanannya. Dia memperhatikan Raja yang sedang menulis dengan serius.“Ini hari Sabtu, memangnya kamu kuliah?” tanya Jean.Raja berhenti mencatat. Dia diam sejenak lantas menoleh Jean yang duduk di kursi sampingnya.“Tidak kuliah, hanya kebetulan saja tadi ada perlu di kampus,” jawab Raja sambil tersenyum lantas kembali mencatat.Jean hanya mengangguk-angguk. Dia melirik minuman yang dibeli Raja, benar-benar masi
“Ingat Jean, jangan langsung menolaknya. Usahakan berkomunikasi dulu, mungkin mengobrol dulu dengannya agar memahami satu sama lain,” ucap sang mama menasihati saat melihat Jean sudah bersiap pergi kencan buta.Jean hanya tersenyum menanggapi ucapan sang mama, meski kencan buta kali ini sudah bisa dipastikan akan gagal, tapi Jean tetap berpura jika akan berusaha.“Iya, aku akan mengingat ucapan Mama,” balas Jean.Ive menatap Jean yang terlihat cantik hari itu. Dia mengusap lembut pipi putrinya itu penuh kasih sayang.“Mama bukan ingin memaksa, hanya saja mama tidak bisa melihatmu berubah. Mama suka Jean yang dulu, yang ceria, dan selalu rendah hati,” ucap Ive yang tak pernah bisa menerima perubahan Jean dari remaja ke dewasa.Jean hanya menganggukkan kepala, lantas pamit pergi.Jean pergi ke kafe tempat kencan butanya akan dilaksanakan. Dia sesekali mengecek ponsel, bahkan terlihat berbalas pesan dengan se
Raja menoleh ke Arthur, sama halnya dengan sang kaka, Raja pun terkejut karena teman kencang Jean adalah Arthur.“Dia teman kencanmu?” tanya Raja ke Jean.Jean mengangguk-angguk menjawab pertanyaan Raja.“Kamu mengenalnya?” tanya Arthur sambil menunjuk ke Jean.“Kenapa kamu peduli?” Stella tidak terima Arthur malah lebih peduli ke Jean.Arthur menoleh ke Stella tapi kemudian memandang ke Raja.Raja melepas pelukannya dari Jean, lantas menautkan jemari mereka.“Tentu aku mengenalnya. Dia kekasihku, saat dia bilang mau dijodohkan dengan seorang pria, aku pikir siapa. Jika kamu yang dijodohkan dengannya, lebih baik lupakan. Aku tidak akan melepasnya.”Setelah mengatakan itu, Raja menarik Jean pergi dari tempat itu.Arthur sangat terkejut mendengar ucapan Raja, belum lagi sang adik langsung menarik Jean pergi.“Arthur!” Stella emosi karena Arthur malah menata
“Apa maksudmu mengatakan itu?” tanya Jean tak paham dengan larangan pemuda itu.Raja terlihat memalingkan muka sesaat sambil menghela napas kasar, lantas kembali menatap Jean.“Karena aku tidak suka kamu dekat dengan pria lain,” jawab Raja.Jean ingin tertawa mendengar ucapan pemuda yang masih dianggapnya bocah itu.“Jangan mengada-ada. Meski kita bisa dekat, bukan berarti kamu bisa melarangku dekat dengan siapa, apalagi jika itu perintah orang tuaku,” ujar Jean tak peka dengan maksud ucapan Raja.“Kamu tidak bisa dekat dengan pria lain, kan? Bahkan kamu meminta tolong untuk menggagalkan kencan dengan pria lain. Bukankah itu cukup membuktikan, kamu tidak nyaman berada dekat pria lain,” ujar Raja lagi.Jean benar-benar bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya. Dia memberikan helm yang tadi dipakai ke Raja, lantas menatap pemuda itu.“Memang, tapi bukan berarti aku menutup kemu