Bayu terkejut ia termangu sesat, mobil di depan terdorong maju hingga beberapa meter dan Bumper belakang mengalami kerusakan begitu pula bumper depan mobilnya. Ia segera keluar dan menghampiri pemilik mobil itu.
"Maaf, Pak. Mari kita lihat apa yang rusak dari mobil Bapak, mohon maaf saya tadi buru-buru," ucap Bayu
Bayu bernegosiasi sebentar dengan pemilik mobil itu lalu ia kembali melajukan mobilnya dengan sangat kencang, hingga hanya beberapa menit saja sampai di rumahnya.
Bayu berjalan menuju kamarnya yang terlihat kosong dan hanya ada secarik kertas yang berada dia atas bantal lalu ia membaca serta meremasnya dengan sangat kuat. Dia tidak menyangka wanita yang begitu ia cintai meninggalkannya lagi. Setelah, menorehkan lukisan indah di hatinya, yang mungkin tidak akan pernah luntur sampai kapan pun.
Pria itu luruh dan terduduk serta memukulkan tangannya ke lantai berulang kali. Jelita yang dari tadi berdiri hanya bisa terpaku melihat kepanikan dan kegusaran kakaknya, langsung menangkap tangan sang kakak serta memeluknya.
"Apa yang terjadi, Mas? Siapa Naila bagimu hingga kau seperti ini?" tanya Jelita
Bayu tidak menjawab, ia menghempaskan tubuh adiknya dan berjalan keluar serta pergi dengan membawa mobil, melaju dengan sangat kencang.
Jelita yang berlari menyusul, hanya bisa terdiam melihat mobil sang kakak menghilang dari pandangan matanya
----------------
Sementara itu, Naila menatap kosong keluar Jendela. Ia sadar apa yang di lakukannya saat ini pasti akan membuat suaminya marah dan kecewa tetapi ini untuk kebaikan pria itu.
"Nona apa Anda baik-baik saja?" tanya Pak Nurhan.
"Iya, Pak, saya baik-baik saja, berapa lama perjalanannya untuk sampai di sana?" tanya Naila.
"Sekitar lima atau enam jam, Nona, jika Anda capek tidur saja nanti kalau sudah sampai, saya akan bangunkan," ucap Pak Nurhan
"Iya, Pak, Terimakasih," ucap Naila
Naila hanya bisa menghembuskan napas dan memejamkan matanya, terasa berat dan lelah, dihujam cobaan berturut-turut.
Saat ini Naila pergi ke vila peninggalan orang tuanya, salah satu aset yang bisa disembunyikan dan diselamatkan dari incaran orang tersebut, sungguh ia tidak mengerti mengapa orang itu masih mengejarnya, padahal dia sudah merampas semua miliknya. Tak lama kemudian, ia pun tertidur.
"Nak, kita sudah sampai." Suara pak Nurhan membangunkan Naila.
Wanita itu membuka matanya. "Sudah sampai ya, Pak?" tanya Naila sambil melihat keluar jendela.
"Iya, Nak," jawab pak Nurhan.
Naila pun turun dari mobil dan meraih koper yang telah di keluarkan dari bagasi oleh pak Nurhan.
"Bapak, gak mampir dulu?" tanya Naila.
"Gak usah, Nak, saya langsung balik saja. Kamu hati-hati di sini, ya," ucap pak Nurhan
"Iya, Pak, trimakasih," ucap Naila sambil menatap kepergian mobil itu lalu dia berbalik arah dan melangkah ke vila peninggalan orang tuanya.
Seorang wanita paruh baya yang tinggal di dekat vila keluar dan menghampirinya dan menyapanya ramah.
"Anda, Nona Naila, 'kan?" tanyanya dengan tidak berkedip.
Naila menoleh ke arahnya dan berusaha mengingat sesuatu tentang perempuan di hadapannya itu.
"Bik, Darmi, 'kan?" tanya Naila
"Iya, Non. Maaf Bibi tidak datang pada waktu pemakaman orang tua Nona sebab beliau berdua berpesan apa pun yang terjadi, saya tidak boleh ke sana dan menunggu Anda datang kemari," tutur bik Darmi pada majikan mudanya itu.
Naila menghambur ke pelukan wanita itu. "Iya, aku tahu, Bik," jawabnya sambil tergugu.
"Ayo, Non, kita masuk! Sudah saya siapkan kamar Nona," ajak bik Darmi.
"Bik tolong rahasiakan kedatangan saya ke sini, jika ditanya orang-orang sekitar, bilang saja keponakan bibi yang datang dan di tugaskan merawat vila ini. Mulai sekarang bibi harus memanggilku Amanda, anggap Naila tidak pernah datang ke sini." pinta gadis itu dengan tegas.
"Baik, Nona. Eeh, Amanda," sebut perempuan paruh baya itu dengan mata berkaca-kaca. Dia paham betul apa yang terjadi pada majikan cantiknya ini. Seorang yang mempunyai pengaruh besar menginginkan nona mudanya menjadi istri ke empatnya, membuat ini semua terjadi.
Naila masuk kedalam kamarnya yang terlihat bersih dan terawat, dia merebahkan tubuhnya di ranjang sambil menatap kosong. 'Maaf, Mas Bayu. Ini harus kulakukan,' batinnya
----------------
Di tempat lain, Bayu masih mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tidak tahu harus mencari kemana istrinya itu, ia sudah mencoba untuk menelpon nomer Nailatetapi tidak aktif.Ia berjalan tanpa arah, dengan pikiran yang sangat kalut. Hingga ia terkejut saat melihat di depannya ada mobil box yang membawa muatan berjalan ke arahnya, dengan cepat ia membanting setir ke kiri dan menabrak pembatas jalan lalu terbalik, darah keluar dari kepala, tangan dan kakinya.
Matanya terasa berkunang-kunang. "Naila!" panggilnya lirih setelah itu, ia tidak ingat apa-apa lagi.
Naila terkejut saat tiba-tiba saja gelas air minum yang di pegangnya meluncur jatuh dan pecah berserakan di lantai dan saat ia memunguti pecahan kacanya ia tertusuk dan berdarah."Auw," teriaknya saat jemarinya terluka.Bik Darmi tergopoh-gopoh menghampiri majikannya itu. "Ada apa Nona?"Ia melebarkan matanya saat melihat tangan sang majikan berdarah dan pecahan kaca berserakan tidak jauh dari kaki majikannya."Nona, kemari lewat sini biar saya obati dan setelah itu saya bersihkan lantainya," kata bik Darmi."Maaf entah kenapa tangan saya itu licin dan hati saya juga merasa tidak enak, sebenarnya saya sudah menikah, Bik, tetapi karena saya takut suami saya terkena imbas dari masalah saya jadi saya pergi dari rumah meninggalkan suami saya, sebab lelaki itu selalu menteror saya setiap hari," jelas Naila."Ya, Allah, Nona. Maaf bukannya saya kurang ajar, tetapi sebaiknya ini dibicarakan dulu sama suami Nona, tetapi kalau itu keputusan Nona, saya dan suami saya akan berusaha menjaga Nona,
Lelaki yang berumur 55 tahun itu menatap nyalang kepada anak buahnya ia begitu kecewa karena mereka tidak mendapatkan Naila, padahal sudah hampir seminggu mereka semua mengintai rumah itu tetapi tidak membuahkan hasil."Apa sebenarnya kerja kalian! Cari sampai dapat, bagaimana pun caranya gadis itu harus kalian dapatkan!" teriaknya."Maaf, Tuan. Kami akan segera mencarinya," jawab salah satu dari anak buahnya itu."Pergi, Kalian!" hardiknya pada anak buahnya.Mereka pun dengan cepat keluar dari ruangan tuannya itu sebelum . Pria itu mengepalkan tangannya sangat kuat, ia begitu terobsesi gadis cantik nan cerdas itu. Pria itu tertarik pada Naila pada saat ia menghadiri pertemuan dengan kliennya di Jerman, Gadis itulah yang menjadi penggagas proyek Megah Bintang bersama dengan kliennya itu. Naila mewakili atasannya untuk mempresentasikan dengan sangat piawai dan lugas, membuat hati lelaki itu berdetak sangat cepat padahal dia sudah memiliki tiga orang istri yang sangat cantik -cantik.Po
Dengan tubuh gemetar dan tergopoh-gopoh, ia keluar dari mobil dan menghampiri orang yang ditabraknya. "Apa anda tidak apa-apa?" tanyanya."Ti--tidak, Nona. Saya tidak apa-apa saya yang salah," jawab pria itu."Ayo ikut saya ke dokter! Takutnya Anda terluka parah," jawab Jelita.Lelaki itu mendongak menatap gadis itu dan Jelita pun terkejut."Kau Dron, 'kan?" tanya Jelita."Kamu, Jelita?" tanya lelaki itu padanyaJelita pun menarik lengan pria itu. "Ayo ke rumah sakit jangan membantah lagi!" ajaknya pada gadis itu.Pria itu tidak dapat membantah, ia pun mengikuti gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah gadis itu. Jelita pun memutar arah mobilnya kembali kearah rumah sakit."Jelita, sudah tidak perlu ke rumah sakit, aku benar-benar tidak apa-apa," bantahannya."Bagaimana tidak apa-apa? Mobilku menyenggol tubuhmu, Kau sungguh memprihatinkan. Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" tanya Jelita beruntun."Mana yang harus kujawab? Terlalu banyak pertanyaanmu, Jelita," jawabnya
Naila keluar dari kamarnya ia mencari bik Darmi. Namun tidak menemukannya.Dia memandang handponenya yang berdering dari tadi dan tidak berhenti. 'Siapa dia? Aku hanya punya nomer pak Nurhan,' pikirnya mulai gelisah.Dalam keadaan seperti ini dia sebenernya membutuhkan Bayu untuk bisa memeluknya erat, dan membawanya ke dalam dada dekapan pria itu.Dengan tangan gemetar, ia menerima panggilan nomer tersebut tanpa bersuara ia menerimanya."Hello, sayang. Berapa kali pun kamu mengganti nomormu, aku akan bisa menemukanmu," terdengar suara seseorang dari seberang membuatnya terkejut dan terpaku. Tangannya begitu lemas hingga tak sanggup memegang handphone dan akhirnya jatuh di lantai.Suara jatuhan yang keras membuat bik Dar yang baru saja masuk terkejut dan segera menghampiri majikannya."Ada apa, Nona?" teriaknya.Bik Dar melihat sang nona terduduk dengan lemas di lantai lalu ia menghampirinya."Apa Nona baik-baik
Dengan hati berdebar, dan penuh rasa ketakutan ia mengambil handphone tersebut mulai menerima panggilan tersebut yang ternyata panggilan video."Hello Nona, ini bibi dan memakai nomernya Bang Sofyan," sahutnya saat Video call telah tersambung sambil tertawa saat melihat wajah pucat pasih majikannya."Ya, Allah Bibi, kamu mengagetkan saja, jantung saya rasanya mau lepas karena ketakutan," jawabnya kemudian."Maaf, Nona. Saya belum menyimpan nomer suami di handphone saya soalnya saya jarang nelpon dia dan dia memang gak pernah ke mana-mana selain merawat taman di vila dan kebun tuan, Nona," jawabnya terkekeh."Iya, saya mengerti, saya simpankan ya Bi, kasih nama siapa nih? Sayangku, suamiku atau siapa?" tanya Naila menggoda."Nama biasa saja Non, Bang Sofyan," jawabnya tertawa.Iya, Baik nanti aku simpankan, lalu kenapa bibi kok telpon saya apa uangnya kurang," tanyanya pada Bik Darmi.Ini Nona saya bingung mau pilihkan ba
Waktu merambat sering dengan kegelisahan dua insan yang saling berjauhan, dinginnya malam semakin membawa nelangsa. Kilas-kilasan peristiwa tak pernah berhenti berputar dalam benaknya terkadang sengaja memutar ingatan untuk melepaskan rasa rindu semakin membara.Bayu di ranjang rumah sakit yang meratapi kisahnya dan Naila yang meringkuk di ranjang di vila desa terpencil itu memeluk tubuhnya sendiri. Merangkai potongan-potongan Romansyah indahnya dengan suaminya Bayu, kadang tersenyum dan kadang menangis.Malam semakin larut Naila menarik selimutnya merapatkannya pada tubuhnya mencoba memejamkan matanya tetapi tidak kunjung bisa terpejam.Begitu juga Bayu, badannya terasa sakit semua bahkan untuk makan pun rasanya enggan jika saja Frans atau jelita yang membujuknya makan ia tidak akan makan.Ia pejamkan matanya, malam ini dia sendirian di kamar VIP itu sebab dia menyuruh Frans untuk pulang ia tak tegah melihat pria itu kelelahan mengurus dia dan pe
Herlan beranjak dari duduknya menyusul sang istri yang sudah keluar duluan dan Jelita pun juga menyusul. Bayu hanya menghela nafas."Frans antar mereka ke rumah biar beristirahat dulu, jangan biarkan mereka pulang!" perintah Bayu."Mana bisa, saya itu siapa? Kalau, tuan yang melarang mungkin bisa," jawab Frans sambil berjalan keluar kamar.Bayu hanya terdiam, dia menatap sendu pintu dan ruang kosong. Jelita berlari menyusul sang Mama."Mama jangan gitu, dong, baru sampai loh, papa juga capek loh, Ma! Nyuruh kita nikah ya gak langsung bisa dong, Ma!" gerutu Jelita."Mama gak peduli, kalian semua gak sayang sama Mama," jawab Melati pada anaknya."Ma, tunggu! Kalau Mama gak mau pulang ke rumah kita hotel saja, besok baru pulang, sekalian kita bikin anak lagi, ya. Sebab anak-anak kita tidak bisa menuruti kemauan kita, jadi bikin lagi saja," rayu Herlan.Melati menghentikan langkahnya dan menatap suaminya dengan tajam lalu me
Di apartemen mewah Jelita, Dron melakukan panggilan terhadap Tuannya."Bagaimana? Apakah kau berhasil menyusup?" tanya seseorang dari saluran telpon genggamnya."Sudah Tuan, saya berusaha meminta pada Jelita untuk bisa masuk ke divisi IT tetapi belum ada jawaban dari dia," jawab Dron."Kamu harus bisa memasuki hatinya juga Dron, buat dia tergantung padamu dan menyerahkan tubuhnya padamu dan setelah tinggalkan dia. Ingat kau sudah kubeli, seluruh hidupmu adalah milikku, mengerti!" jelas seseorang dari sambungan telpon setelah itu terputus sepihak."Ahh ...! Sampai kapan aku menuruti Anda, Tuan?" teriak Dron lirih.Bagaimana bisa ia merusak Jelita, kalau dia sendiri sangat mencintai gadis itu selama ini Dron menghilang karena ia telah memutuskan untuk melupakan gadis itu sebab dia memutuskan untuk tidak menikah karena dia sudah tidak memiliki dirinya sendiri bahkan dunianya sudah milik tuannya itu.Saat dia termenung sayup-sayup te