Di rumah sakit nampak Dewi tengah terbaring lemah dengan selang infus di tangannya. Wajah pucat menjadi make up sehari-hatinya saat ini.
"Ayo Bun, makan dulu. Nanti lemes terus ini. "
"Mana bisa makan, aku merindukan cucuku disana. Aku mau ke Amerika saja ya? "
"Nanti kita kesana, tapi Bunda harus sembuh dulu. "
Dewi masih enggan menatap makanan di tangan suaminya, ia hanya ingin bertemu cucunya saja saat ini.
"Sebaiknya anda makan nyonya, " seru Beno yang masuk kedalam kamar dengan bingkisan buahnya.
Wirma terkejut dengan kedatangan Beno, ia segera meletakkan makanan yang sedang di bawanya lalu menyambut tamu nya.
"Masuklah Nak, dari mana kamu? "
"Dari apartemen tuan, saya sengaja mau kesini. "
Wirma menautkan alisnya, tak biasanya Beno seperti ini.
Mark berhasil membuat istrinya terlelap, ia sangat panik kala melihat Sarah kembali histeris seperti dua tahun lalu. Istri yang selalu bersamanya ternyata masih menyimpan lukanya, luka yang hadir kala mereka kehilangan buah hatinya."Gimana Sarah? ""Ibu, " Mark memeluk Rosalia dengan begitu erat, ia hanya ingin dipeluk untuk menenangkan diri."Semua akan baik-baik saja, Sarah anak yang kuat. Dia pasti bisa sama seperti dua tahun lalu. ""Aku takut Bu, aku takut dia kembali seperti Sarah yang dulu. Terlalu terluka hingga melupakan dirinya. ""Ada kamu, ada kita yang akan selalu bersama dengannya. "Rosalia terus memberikan semangat pada putra nya, ia tak ingin Mark juga tumbang karena fikiran nya."Gimana baby Axel? ""Dia sudah tidur kok, nggak usah cemas. "Mereka berdua menata
Mata Ardan menatap lurus di depannya, ia melihat sosok yang selama ini di rindukan nya. "Tian? " Lecy terkejut mendengar kakaknya menyebut nama Tian, ia sudah begitu panik hingga ikut mengedarkan pandangannya. "Tian? Mana ada Tian kak, kakak halu ih. " serunya dengan helaan nafas nya. "Nggak, tadi kakak benar-benar lihat istri kakak berdiri di depan lift itu. Percaya sama kakak, " kekehnya. "Yaudah nanti kita bahas lagi, oke. Sekarang temenin aku makan, udah laper banget ini. " Keduanya kembali melangkah kan kakinya, namun Ardan ternyata masih penasaran dengan apa yang di lihatnya. Ia sangat yakin jika ia benar-benar melihat istrinya. Namun juga ada ragu di antaranya saat ini, entah harus meyakini penglihatannya atau percaya dengan hatinya. "Sayang, kapan kamu kembal
Beno bergegas membawa nona nya pergi setelah menerima pesan dari Lecy, ia khawatir jika nantinya sepasang suami istri itu akan bertemu lagi."Sebaiknya kita cepat meninggalkan tempat ini nona, saya khawatir mereka sudah tiba."Tak menyahutinya, Tian hanya mempercepat langkahnya. Ia juga masih belum siap jika harus berhadapan dengan laki-laki yang sangat di rindukannya.Beruntung Beno membawa mobil itu lebih cepat ketika mobil Ardan memasuki halaman rumah sakit."Sepertinya aku melihat mobil om Beno?""Iya kah kak? Mana?""Sudah pergi," senyumnya sembari mengacak rambut adiknya.Sembari bersenandung Lecy berjalan mengikuti langkah kakaknya, ia tak sadar jika ada yang aneh dengan Ardan saat ini.Dewi nampak muram ketika Ardan memasuki ruangannya, ibu dua anak itu bahkan memberikan tatapan kesal pada putra sulungnya.
Tian masih terus ngitari sekitar rumah, mencari celah dimana ia saat ini. Namun sampai lelah kakinya berjalan tak ada satupun hal yang di temuinya, kecuali banyak pohon yang menghiasi sekitar rumahnya."Ini sebenarnya dimana sih? Nyulik kok tempatnya bagus banget," keluhnya.Lama tak mendapat hasil hingga memaksa Tian lagi dan lagi harus kembali dalam kamarnya.Sudah menunjukkan pukul sembilan malam, perutnya sudah sangat lapar mengingat dia sama sekali tak menyentuh makanan.Beruntung menurut Tian sang penculik memperdulikannya, terbukti dengan ia menemukan banyak stok makanan juga camilan disana.Setelah hampir tiga puluh menit, Tian mengakhiri sesi makan malam nya. Berbekal segala camilan juga minuman, Tian kembali masuk ke dalam kamar nya."Kira-kira penculiknya juga nyiapin baju ganti nggak ya?"Dengan menebak-nebak Tian member
Hari ini Niken ditemani Larasati tengah mencoba gaun pengantin yang sudah di pesan nya. Wajah gembira tak bisa di sembunyikan Niken, ia terus menebar senyum manisnya pada setiap orang yang di jumpai nya."Oma, bagus nggak?" tanya Niken."Waww, sayang bagus banget gaunnya. Cocok di kamu ini.""Kira-kira Ardan suka nggak ya ini?""Pasti, pasti Ardan suka. Kamu terlihat sangat cantik dengan gaun ini, Oma yakin Ardan akan terpesona."Niken merasa terbang dengan semua pujian yang Larasati ucapkan, gadis itu benar-benar percaya jika Ardan akan menyukai tampilannya.Setelah selesai dengan gaunnya, kini keduanya bergegas menuju tempat catering. Hari ini mereka juga akan melakukan cek terakhir untuk semua jamuan makan acara.Di depannya kini sudah tersaji berbagai makanan ringan, mulai dari bentuk kue hingga gorengan. Lali kemudian b
Hatinya terasa begitu sakit, ia merasa di khianati suaminya sendiri. Hati yang selalu ia jaga kini rasa begitu percuma, orang yang di pertahankannya ternyata mendua.Dengan langkah lunglai Tian kembali ke dalam kamar, ia tahu jika tak ada jalan untuknya keluar selain dengan Ardan.Hanya menangis yang bisa Tian lakukan saat ini."Kenapa, kenapa rasanya begitu sakit? Sakit sekali rasanya," terus memukul dadanya.Tian menangis tersedu-sedu, hatinya terlalu sakit dengan apa yang sedang terjadi saat ini."Apa ini balasan karena keserakahan ku? Apa aku memang tidak boleh mempertahankan suamiku sendiri? Kenapa begini, kenapa ?"Tian terus meracu mengeluarkan semua isi fikiranya. Air mata itu terus membasahi wajahnya. Berlinang bagai tak berujung, basah hingga tak terasa."Kenapa Kak? Kenapa kamu menahanku ketika kamu menerima orang baru di hatim
Kini semua tahu kenyataan nya, tentang kehamilan Tian saat dipaksa pergi meninggalkan kota Jakarta."Kasian banget jadi Tian, dipaksa pergi saat sedang berbadan dua.""Gue juga sama kagetnya waktu itu, Ambar sama gue juga nggak bisa apa-apa waktu itu. Semua cuma buat Ardan," ucap Bayu.Wira menepuk bahu sahabatnya itu, ia merasa jika Bayu juga sudah berusaha menahan semua rahasia ini bahkan dari Ardan sendiri."Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?""Nic, bukannya loe punya kenalan dokter ya di rumah sakit tempat Niken?""Maksud loe dokter Mitha itu?"Iya, loe bisa kan cari info disana? Siapa tahu Niken memang merencanakan sesuatu.""Nolong sih nolong Bay, tapi nggak numbalin gue juga kali. Loe tahu sendiri gimana dokter Mitha sama gue," dengan raut wajah melasnya."Gue tahu Nic, tapi m
Nico mendatangi rumah sakit tempat Niken bekerja, tujuannya saat ini adalah menemui dokter Mitha kenalannya. Namun siapa sangka jika di tengah jalan ia harus berpapasan dengan Niken yang selalu di hindari nya. "Hay Nico, " sapa Niken yang mencoba sok akrab dengan sahabat calon suaminya. "Siapa loe, nggak kenal gue. Jangan sok akrab," ketusnya. Niken tak marah dengan perlakuan Nico barusan, justru ia tengah tersenyum dan terkesan meledek Nico. "Jangan begitu, sahabat suami gue kan juga sahabat gue." "Huek! Geli gue dengernya, minggir loe." "Galak banget sih, makanya masih jomblo." Niken benar-benar membuat Nico begitu kesal, ingin sekali Nico menghabisi wanita yang ada di hadapannya saat ini. "Gue lebih memilih jadi jomblo terhormat, dari pada harus punya pasangan tapi ngambil pun