Tia tersenyum, "kenapa? Apa ibu tidak mengenaliku? menantu yang ibu sia-siakan dulu sekarang jauh berbeda?""Apa aku gak salah dengar? Iya, benar dia, Tia! Kok bisa dia berubah jadi cantik dan berkelas begini," batin bu sutri."Ehh, Tia! Kamu apa kabar Nak? Kamu kemana saja Irvan mencarimu kemana-mana? Maaf ibu pangling kamu tambah cantik sekarang!" Bu Sutri memeluk tubuh Tia."Sepertinya Tia sekarang sudah menjadi orang kaya. Terlihat dari penampilannya sudah seperti wanita karier. Wajahnya juga terlihat lebih bersih pasti dia menggunakan perawatan kecantikan. Aku harus bisa membujuknya untuk kembali bersama Irvan. Supaya aku tidak kelelahan lagi merawat irvan dan juga aku tidak perlu bergantung sama Selly." Bu Sutri bicara dalam hati.Melihat perubahan sifat bu Sutri, membuat Tia bingung. "Tumben ibu menjadi baik seperti ini, tidak seperti biasanya?" batinnya.Pak Rasyid yang berada disebelah Tia juga bingung tapi ia hanya melihat terlebih dulu sampai kapan mantan besannya itu akan
POV Tia"Tidak bisa pokoknya Tia harus kembali ke rumah ini titik." Ibu meninggikan suaranya. Seperti biasa dia akan selalu memaksakan kehendaknya."Kenapa sekarang ibu memaksaku untuk kembali ke rumah ini, bukankah dulu Ibu selalu mengusirku?" Heran saja rasanya kenapa dia berubah secepat ini? Apa karena penampilanku? Ia pikir aku sudah kaya dan ia ingin menguasai uangku sama seperti dulu saat ia menguasai rejekiku dan Raffa lewat Mas Irvan."Suka-suka aku lah! Pokoknya kamu harus kembali ke rumah ini." ucapnya yang terkesan egois. Sebenarnya Ibu ini mengerti ajaran agama tidak, sih? emosi lama- lama ngomong sama dia."Sampai kapan pun Bapak tidak mengijinkan kamu untuk kembali ke rumah ini, tia!" Bapak menatap ku tidak memperdulikan ucapan Ibunya Mas Irvan."Iya, pak! Lagi pula aku pun tidak mau masuk rumah ini lagi. Bagiku Ini bukan rumah tapi neraka." Mana mungkin aku akan kembali ke rumah yang tidak bisa menjamin keselamatan Raffa. Bagiku Raffa adalah nafasku dia segalanya dala
Aku terbangun saat mendengar keributan yang ada diluar kamarku. Bukankah di rumah ini yang bisa bicara selain aku hanya ibu. Itu rame-rame ibu ngomong sama siapa?Aku berjalan keluar kamar dengan mengendap-endap. Berdiri di balik tembok pembatas ruang tamu dan ruang tengah. Rasa penasaran ini sangat besar aku ingin tahu ibu bicara dengan siapa dari nada bicaranya ia sedang emosi."Loh, bukannya itu Mbak Tia? Mau apa dia kemari? Terus siapa laki-laki yang datang bersamanya itu? Ucapku dalam hati. Aku mengintip di celah-celah tirai penghubung ruang tamu dan ruang tengah."Pokoknya Tia harus kembali ke rumah ini titik!" Aku mendengar ibu membentak laki-laki tua itu."A-APA? IBU ingin Mbak Tia kembali ke rumah ini. Lah, aku mau dikemanakan? Dasar nenek lampir! Sepertinya ibu ingin main-main dengan ku. Baiklah mari kita mulai siapa yang akan menang. Segera aku kembali kekamar mencari buku nikahnya Mas Irvan dan Tia dan juga akte kelahiran Raffa. Aku heran, buat apa mbak Tia meminta akte
POV Ibu Sutri"Lepaskan!!" Dengan sekuat tenaga aku menepis tangan Selly dan akhirnya pegangannya pun terlepas. "Loh ... loh! Kenapa tubuhku menjadi oleng."Bugghh! Pantatku mendarat dengan sempurna ke lantai."Aaww! Aduhh!" Aku mengerang kesakitan dan mengelus-elus pantatku. Aku tidak menyangka Selly akan melepaskan pegangannya begitu saja hingga tubuhku hilang keseimbangan.Hahaha! Kulihat Selly menertawakan diriku yang masih terduduk di lantai. Dasar menantu tak punya sopan santun orang tua lagi kesakitan bukannya ditolong malah diketawain."Uukk ... uukk ... uukk! Irvan menghampiriku. Ia meraih tanganku dan berusaha membantuku berdiri. Sedangkan dirinya saja tidak bisa berdiri. Irvan memang anak yang baik, hanya saja kesalahannya kenapa menikahi Selly, wanita berhati iblis. Sungguh aku menyesal merestui Irvan menikah dengannya.Segera aku berdiri walapun rasanya pinggang ku pegel sekali. Sepertinya aku harus pergi ke tukang urut nanti. "Kamu sengaja ya mau bikin ibu celaka." Aku
Klik ... klikk! Pesan masuk dari handphone Tia. Saat ini Mereka masih diperjalanan pulang. Mereka menaiki taksi online, pak Rasyid duduk disebelah Tia di kursi penumpang. "Siapa?" Pak Rasyid bertanya saat melihat Tia membuka handphonenya."Mas Danu, Pak!" jawab Tia seraya membalas pesan dari Danu."Ada apa?""Katanya Dia sudah nemu rumah yang mau dijual. Menurutnya cocok untuk usaha Tia,""Oh, ya? Bagus tuh, kapan kita bisa melihatnya?" tanya pak Rasyid bersemangat."Katanya terserah kita saja kapan mau melihatnya?""Gimana kalau sekarang saja?" "Besok saja pak! Saat ini Tia ingin segera pulang ketemu Raffa. Tia sangat merindukannya. Raffa tidak pernah berpisah jauh dari Tia, pak!""Yah sudah, sekarang kita pulang saja. Terus kapan kamu mau mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan?""Besok sekalian berkas-berkasnya Tia serahkan sama pak David , katanya mau ke rumah.""David? Siapa itu David?" Kening pak Rasyid berkerut."Pak David itu sepupunya Mas Danu, Pak! Dia itu seorang pengaca
"Kamu!!" Mata Tia melotot melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini.Ia sangat terkejut sampai tidak bisa berucap apa-apa."Hai, Mba!" Selly melambaikan tangannya dan tersenyum."Ngapain kamu disini?" Tia berdiri menatap koper yang berada di samping tempat duduk Selly."Tenang mbak, santai saja sini duduk dulu. Mari kita bicara baik-baik." Selly tersenyum, ia duduk dengan menyilang kaki. Tia berjalan mendekati Selly lalu duduk tepat di hadapanya. "Katakan ada perlu apa kamu kesini?" Tia tidak ingin berbelit-belit perempuan yang ada dihadapannya saat ini bukanlah orang yang harus ia hormati."Enak ya, mba Tia keluar dari gubuk masuk kedalam istana." Selly berdiri dan melihat-lihat seisi rumah. Ia sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan Tia."Kalau kamu tidak punya kepentingan sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang juga. Aku tidak punya waktu untuk main-main denganmu." Tia beranjak dari duduknya dan melangkah ke depan pintu mempersilahkan Selly keluar."Aku mau tinggal disini,"
"kalau Mas mau, aku bisa loh lebih dri Mbak Tia!"Deggg! Danu terkejut. Kalimat itu hampir sama dengan kalimat yang pernah ia dengar dulu. Kalimat yang sangat ingin ia lupakan tapi tidak bisa. Bayangan penghianatan orang yang ia sayang berkelebatan di ingatannya."Bik!!" Danu berteriak memanggil bik Ina."I-iya, Den!" Bik Ina berlari menghampiri Danu."Bawa Wanita ini keluar, Dan jangan pernah biarkan dia masuk ke rumah ini lagi." Selly benar-benar telah membuka luka lama di hati Danu"Maaf, saya permisi dulu!" Ia berlalu meninggalkan ruang tamu. Dadanya tiba-tiba saja terasa sesak. Rasa sakit kehilangan sosok pelindung dan pemimpin kembali menyayat hati. Bugghh bugghh bughh! Danu menumpahkan kekesalannya pada samsak tinju berulang-ulang kali. Rasa sakit di hatinya mengalahkan rasa sakit di buku tangannya. Hingga tubuhnya merasa kelelahan, ia pun luluh bersimpuh di lantai.Merasa ada yang menyentuh pundaknya refleks ia menoleh kebelakang. "Mas, kenapa?" Danu hanya terdiam menatapnya w
Selly keluar dari rumah itu dengan perasaan marah. Ia berjalan sambil menghentakkan kakinya."Kenapa sih, dia menolakku? Padahal aku lebih cantik dan lebih kaya dari Mbak tia. Apa kurangnya aku, coba?" Selly berbicara dalam hati.Penolakan yang diberikan Danu membuat Selly merasa tertantang untuk menaklukkannya. "Aku harus bisa membuatnya bertekuk lutut di hadapanku." Batin Selly.David terdiam menatap kepergian Selly. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Putrinya meluk erat kakinya. Kedua tangan David menutupi telinga sang anak. Ia tidak ingin putri kesayangannya melihat dan mendengar pertengkaran orang dewasa.Sedangkan Tia masih terpaku menatap punggung Danu. "Kenapa dia yang marah? Harusnya 'kan aku yang marah karena yang hancur rumah tanggaku." Tia berucap dalam hati ia bingung dengan sikap Danu."Ayo, silahkan duduk jangan berdiri saja!" Pak Rasyid mencairkan suasana.David menganggukkan kepalanya seraya menuntun anaknya duduk."Saya permisi, sebentar!" Tia be