Share

Kebenaran yang menyakitkan

Aku tersentak kaget mendengar putriku mengatakan hal yang tidak sopan di telingaku. Wajahku mengeras dan segera mendekatinya, aku menyentak lengannya untuk memintanya berdiri dengan paksa. Aroma alkohol dari badannya menyeruak hingga menusuk perutku.

“Apa kamu bilang? Apa yang kamu barusan bilang hah?!” desisku tertahan, jemariku gemetar memegangi lengannya. Dari sudut sana Budi tengah bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi.

“Mom gak dengar San bilang apa tadi? San bilang perbuatan Mom yang memfitnah Ben itu sangat menjijikan!”

Plaaak ….!

Tanpa sadar kuayunkan telapak tanganku dengan keras lalu melepas lengan Sandrina hingga terhempas di sofa. Anak itu sama sekali tidak tampak terkejut, atau kesakitan, dia mungkin sudah tahu dan bersiap dengan konsekuensi kata-katanya.

“Ikut aku pulang sekarang!” tekanku pada Sandrina yang terlihat mengusap pipinya serta merapikan rambutnya, matanya memerah dengan sorot amarah bercampur kecewa.

“Tidak, Sandrina tidak mau pulang! San tidak perc
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status