“Emang kemampuan Kasih nggak perlu diragukan lagi.” Kata Senja sambil bertepuk tangan untuk Kasih. Sedangkan Kasih yang menerima apresiasi berlebihan dari Senja hanya bisa tersenyum pasrah.
Kasih saat ini sedang meminum jus strawberry favoritnya untuk menghilangkan dahaga. Sedia yang sudah memastikan bahwa Kasih sudah rileks, segera memutuskan untuk bertanya pada Kasih. “Kas, hubungan lu sama Abadi gimana?” tanya Senja.Kasih yang ditanya justru terdiam. Kasih masih mengingat kejadian siang tadi ketika ia bertengkar hebat dengan Abadi. Bahkan ia masih tidak percaya niat awal Abadi mendekatinya adalah untuk memanfaatkannya. “Kacau.” Jawab Kasih singkat. “Maksud lu gimana? Kasih lu kalau jawab yang benar dong. Jelasin kek, jangan bikin gue makin kepo.” Kata Sedia.Senja yang awalnya hanya berfokus pada layar ponselnya mendadak tertarik dengan percakapan teman-temannya. Ia pun memutuskan untuk meletakkan ponselnya dan fokus dengan cerita hubungJangan lupa vote dan comment ya😊💕 Terima kasih 🙏
Tiga minggu sebelumnya ketika Dave berhasil menguasai tubuh Abadi selama masa ujian, Dave dikejutkan fakta bahwa mamanya masih mengharapkan kehadiran Abadi. Dave tahu bahwa keberadaannya di dunia ini tidak diakui semua orang selalin Rena, mamanya. Namun hari ini Dave mendapati Rena yang sedang tidur dengan mengigau menyebut nama Abadi dan meminta maaf karena membiarkan Dave menguasai kesadaran Abadi. Hal itu pula yang kini menyebabkan perubahan sikap Dave pada Rena. Dave memutuskan tidak mempercayai orang lain di dunia ini termasuk Rena. Niat awal Dave ingin bertemu Rena sebenarnya ia mulai merasa kasihan pada Abadi, namun niat itu langsung hilang ketika ia mengetahui fakta mengejutkan dari Rena. Fakta yang tidak sengaja ia dengar kali ini sukses membuatnya semakin menginginkan kehidupan Abadi seutuhnya.Saat ini Kasih, Sedia dan Senja sedang nongkrong di café favorit mereka. Mereka memang sedang duduk bersebelahan namun entah kenapa setiap orang fokus pada keresahnnya masi
Entah sudah berapa jam air mata Kasih yang awalnya mengalir deras kini mulai mengering. Perlahan mata Kasih semakin berat dan sedikit perih. Kasih yang sudah kelelahan menangis dan menahan kantuknya akhirnya tertidur juga. Ia tidur dengan posisi membenamkan wajahnya di atas lengannya yang disangga kedua kakinya. Pagi harinya Kasih terbangun dengan posisi tertidur di lantai. Ia mulai merasakan tubuhnya yang kesakitan. Kasih yang sudah lelah berada di kamar memutuskan untuk segera berangkat sekolah. Saat sampai di koridor sekolah Kasih menjadi pusat perhatian karena penampilannya yang tidak seperti biasanya. Ia mungkin menggunakan seragam yang biasa ia pakai namun matanya terlihat memerah dan sembab. Bahkan Kasih tidak sadar bahwa kaos kaki yang ia pakai tidak sepasang dan berbeda warna. Dari kejauhan Abadi yang merasakan kehadiran Kasih segera menghampiri Kasih dan memastikan kondisinya sudah lebih bak dari kemarin. Namun harapan Abadi hilang ketika ia menyapa Kasih dan diabaikan. Bu
Setelah dua jam Kasih berada di rumah ayahnya ia memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang ia juga memperingatkan ayahnya agar tidak minum minuman beralkohol lagi. Mungkin perubahan penampilan ayahnya sekarang selain karena masalah yang ia hadapai bisa saja alcohol juga menjadi penyababnya. Kasih yang malas untuk pulang ke rumah justru mengajak Abadi duduk di bangku taman dekat rumahnya. Abadi hanya terdiam dan mengikuti setiap gerak-gerik Kasih.“Iya, yang tadi itu ayah gue. Kalau lu tanya kenapa gue dan mama bisa hidup terpisah sama ayah gue juga nggak tahu alasannya. Dari kecil gue selalu tanya ke mama tentang keberadaan ayah dan mama cuma jawab nanti ada waktunya buat gue tahu. Dan tiba-tiba aja seminggu yang lalu gue lihat mama ngobrol sama ayah di depan rumah gue. Jujur gue marah sama mama. Masalah sebesar ini dia sembunyin dari gue. Gue bukan anak kecil lagi Bad.” Kata Kasih sambil menatap kosong ke depan.“Menurut gue lu nggak boleh menyalahkan Tante Maya den
Keesokan harinya Kasih tampak sibuk memasak opor ayam untuk ayahnya. Sudah lama sekali ia ingin merasakan momen seperti ini. Kasih membagi tugas dengan mamanya. Kasih yang memasak dan mamanya yang menyiapkan meja makan. Kasih berharap ayahnya suka dengan acara penyambutannya kali ini. Tanpa terasa sudah 2 jam Kasih dan Maya sibuk di dapur. Setelah selesai dengan urusan dapur, mereka kembali ke kamar masing-masing dan bersiap-siap untuk menyambut Raman.Saat ini Kasih dan Maya sedang menunggu kedatangan Raman di ruang tamu. Kasih yang merasa sangat gugup menggenggam tangan mamanya. Maya mengelus pelan tangan Kasih yang berada dalam genggamannya untuk menenangkan Kasih. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan ketukan pintu, Maya bergegas membuka pintu. Betapa terkejutnya Maya melihat Raman dengan seragam lengkapnya ketika menjadi pilot. Ia terlihat sangat berbeda dengan Raman yang Maya temui beberapa hari yang lalu. Kasih yang senang dengan keberadaan ayahnya tanpa canggung segera
Setelah sebulan penuh Kasih dibantu dengan teman-temannya serta Maya dan Raman yang sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk resepsi pernikahan. hari yanag ditunggu-tunggu pun tiba. Di sebuah taman dengan dekorasi sederhana namun terbilang mewah Maya dan Raman duduk berdampingan. Semua pasang mata tertuju pada mereka. Kasih sedang sibuk mencari keberadaan Abadi dan mamanya. Kasih memang diberi izin mama dan ayahnya untuk mengundang teman-temannya. Kasih memutuskan untuk mengundang Senja, Kala, Sedia, Magenta dan Abadi. Kasih juga mengundang mamanya Abadi. Ia ingin memperkenalkan orang tuanya kepada mamanya Abadi. Saat ini acara akan segera dimulai. Semua tamu undangan juga sudah berkumpul. Namun Abadi masih belum datang juga. Kasih yang khawatir mencoba untuk menelepon bahkan membombardirnya dengan chat namun tetap tidak direspon Abadi. Karena waktu yang tidak bisa dihentikan dan tidak mungkin juga acara diundur hanya karena ketidakhadiran Abadi. Acara pun dimulai dengan MC yang m
Tiga hari setelah resepsi pernikahan Kasih tidak pernah bertemu Abadi. Padahal ia sudah mencari Abadi di seluruh sekolah bahkan di kelas Abadi, namun hasilnya masih nihil. Tiba-tiba saja Senja yang tadinya pamit ke toilet, sekarang sedang menghampiri Kasih dengan terburu-buru. “Kasiih.” Teriak Senja dengan napas yang terengah-engah. “Ada apa sih? Heboh banget lu.” “Gue tadi lihat Abadi di parkiran motor.” Kasih yang mendengar perkataan Senja segera berlari menuju parkiran. Kasih tidak mau lagi melewatkan kesempatan kali ini. “Abadi mana ya.” Kata Kasih sambil menoleh kanan dan kiri mencari keberadaan Abadi.
Dinding itu mulai terbangun kembaliBukan karena perasaan namun keadaanKita yang mulai saling menerimaJustru dipisahkan oleh takdir TuhanApakah masing-masing dari kita bisa saling merelakan?Tentang takdir Tuhan di masa lalu yang tanpa sengaja mengikat kita dalam drama kepedihanKamu yang tanpa sengaja masuk ke hatiku dengan segala kekuranganmuDan aku yang dengan bodohnya menerima dua sisi berbeda dalam dirimuSemesta yang mempertemukan kita dan lagi-lagi mempermainkan kitaEntahlah kita tunggu saja kapan semesta kembali berpihakPuisi indah Kasih lagi-lagi berhasil mencuri perhatian pengunjung café semesta. Dan pengunjung setia sekaligus penggemar pertama Kasih sedang duduk dengan senyuman menawan milik Kala. Di depan Kala ada Sedia yang sedang duduk sambil melihat Kala dan Kasih dengan ekspresi datar.“Oh iya gelang lu udah ketemu?” tanya Sedia untuk mengalihkan perhatian Kala.
Sudah genap seminggu kepergian Raman, namun Kasih masih saja murung. Ia hanya makan sedikit, jarang keluar kamar, dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya ketika di sekolah. Bisa dibilang Kasih seperti mayat hidup. Ya mungkin untuk sebagian orang memang berlebihan. Namun ada pengecualian untuk Kasih. Bagaimana tidak setelah bertahun-tahun lamanya Kasih tidak bertemu ayahnya dan tiba-tiba saja ayahnya muncul di depan matanya. Namun baru sebentar Kasih menikmati waktu berharganya bersama sang ayah, Tuhan justru mengambil nyawa ayahnya. Sedangkan Abadi yang sudah tidak tahan dengan sikap Kasih yang selalu terlihat sedih. Bahkan hari ini pun Kasih tidak masuk sekolah. Abadi pun memutuskan untuk menemui Kasih sepulang sekolah. “Kasih ada nggak?” tanya Abadi pada Sedia di depan kelas Kasih. “Kasih nggak masuk Kak.” “Kenapa?” “Di surat sih izinnya sakit.” Sepulang sekolah Abadi langsung menuju rumah Kasih. sesampainya di depan rumah Kasih, Abadi