Di jalan menuju ruang pelatihan ada dua orang penjaga dengan tubuh besar, menutupi jalan masuk dengan tombak menyilang. Mereka hanya akan membukakan jalan untuk orang yang membawa papan kunci, tanpa itu tidak akan ada yang bisa memasuki jalan itu kecuali harus mengalahkan penjaga itu. Pandya menebak jika penjaga disana memiliki kekuatan yang benar-benar sudah terlatih.Setelah Pandya memperlihatkan papan miliknya dan kedua penjaga itu memberi jalan, mereka di sambut oleh penjaga lain yang mengantarkan mereka menuju ruangan milik Pandya. Disepanjang perjalanan melewati sebuah lorong dengan cahaya remang-remang, Pandya dapat menangkap banyak sekali pintu yang berjajar. Walaupun dikatakan ruang latihan, tapi keadaan disana sangat suram dan mencekam tanpa terdengar suara sedikitpun.TEEEEP!TEEEEP!TEEEEP!Mereka berdua hanya bisa mendengar langkah kaki mereka yang menggema di dalam ruangan penuh bebatuan itu. Tidak membutuhkan banyak waktu hingga mereka berhenti pada sebuah pintu batu be
SHUUUU!Pandya menarik kembali seluruh tenaga dalam miliknya, dan menghentikan meditasi yang dia lakukan sejak tadi. Dia menatap kearah Dipta yang terlihat sedang berlatih dengan semangat, tanpa sadar seutas senyum terpampang di wajahnya yang kini semakin terlihat tegas akibat jaringan otot-otot diwajahnya yang terbentuk. Namun dalam sekejap senyuman itu langsung berubah menjadi seringaian.PAAAATS!SWIIING!BUUUUUUUK!Dengan kecepatan tubuhnya, Pandya mendekat Dipta dan menyerangnya secara tiba-tiba. Namun, Dipta berhasil menangkis serangan pertama Pandya walaupun awalnya cukup terkejut. Setelah hilang rasa terkejutnya, dia mulai memberikan serangan balik kepada sang pangeran.ZHIIING!PLAAAK!BUAAAK!BHUUUUM!Pandya sangat menikmati pertarungan itu, karena dia merasakan peningkatan kekuatan Dipta yang membuatnya cukup bangga. Walaupun itu pertama kalinya mereka dapat melakukan pertarungan, karena sebelumnya mereka hanya bisa mempelajari semua jurus bela diri dengan sembunyi-sembunyi
Semua tampak tercekat dengan ucapan Pandya, sambil menatap teman di sebelahnya untuk saling bertanya melalui tatapan. Walaupun, ada beberapa murid yang sudah terlihat mantap dengan pilihannya sejak awal.Dari cukup banyak murid yang bersimpuh dihadapannya, Pandya tampak sudah tertarik pada beberapa murid sejak awal. Terutama pada salah satu murid yang terlihat berperawakan berbeda dari yang lain. Dengan tubuh kecil dan berkulit putih, namun Pandya bisa merasakan tenaga yang dimilikinya cukup besar."Terserah kalian ingin melakukannya atau tidak, aku tidak akan memaksa kalian!" ucap Pandya santai namun penuh dengan penekanan.Tidak ada jawaban dari para murid di hadapannya, hingga salah satu murid yang sejak tadi mencuri perhatiannya mengangkat tangan dan menginterupsi. Dari wajahnya Pandya bisa melihat keraguan, namun murid itu berusaha terlihat percaya diri."Maaf Pangeran, Perkenalkan saya Atreya Abinawa dari Padepokan Abinawa sekaligus calon pemimpin Ajaran Angin. Sebelumnya saya i
"A–apa maksud Pangeran?" tanya Atreya terbata.Pandya semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan, saat melihat reaksinya yang tampak tersudut. Sebenarnya tidak akan ada perbedaan jika memang apa yang dipikirkan olehnya memang benar kenyataan. Namun, dia hanya ingin memastikan hal itu, sehingga nanti tidak akan menjadi masalah dikemudian hari.Pandya mendekatkan diri ke arah Atreya, yang membuat pengikutnya itu mundur beberapa langkah kecil kebelakang mengindarinya. Keringanan dingin sudah mulai mengalir di pelipisnya, dengan wajah bingung dan pucat.Pandya berbisik tepat di telinganya, "Kau sebenarnya perempuan bukan?"Bisikan itu berhasil membuat kedua bola mata Atreya membulat, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Terlihat jelas di wajahnya jika apa yang dibisikkan oleh Pandya tadi tidaklah salah. Ditambah dengan tidak adanya sangkalan darinya, semakin membuat Pandya yakin dengan ucapannya tadi.'Lihatlah! Dia sudah sangat pucat seperti itu, tapi masih kau tekan. Apa kau ben
Setiap murid memperlihatkan kemampuan dan keunggulan yang mereka miliki, sebagai tolak ukur posisi mana dalam kelompok yang bisa diisi. Pandya mengamati dengan seksama sambil menyusun strategi untuk 3 kelompok yang akan dibuatnya. Dia hanya berharap jika nantinya mereka tidak akan melawan kelompoknya sendiri, sehingga mereka dapat tetap melanjutkan ke tahap selanjutnya bersama."Aku akan mengingat nama kalian perlahan, dan sebagai informasi aku akan cepat mengingat nama murid yang memiliki kemampuan yang menonjol. Jadi, kalian harus bisa mengembangkan kemampuan agar aku bisa segera mengingat nama kalian! Dan untuk saat ini aku sudah menyusun kelompok dengan nomor urut kalian!" Pandya memperlihatkan secarik kertas di tangannya."Seperti kalian lihat, aku membagi kalian secara rata dengan melihat kemampuan yang kalian miliki. Namun, untuk strategi yang akan kalian gunakan itu tergantung pemimpin kelompok masing-masing," jelas Pandya sambil mengarahkan pandangan kepada Dipta dan Atreya.P
Semua menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Pandya. Walaupun, ada beberapa murid yang mengangguk dengan ragu, namun tidak merubah pemikirannya dan tetap setuju dengan semua rencana yang sudah diatur. Bahkan, beberapa murid sudah tampak antusias karena dapat mempelajari ilmu dari ajaran lain dengan cuma-cuma.Kesempatan yang mereka dapat kali ini tidak mungkin bisa terulang, dan mereka semua cukup puas walau dengan resiko yang cukup sulit. Tapi itu semua sepadan dengan berbagai ilmu yang dapat mereka pelajari setelah ini. Dan itu semua berkat kepemimpinan Pandya yang cukup terbuka namun tetap dengan batasan."Kalian bisa memilih kitab yang ingin kalian pelajari terlebih dahulu! Namun, jika kalian ragu maka kalian bisa menanyakannya kepada Pangeran Pandya. Beliau akan memberikan saran yang tepat sesuai kemampuan yang kalian miliki!" jelas Dipta sambil menatap ke arah Pandya."Benarkah Pangeran akan memberi saran untuk kami?!" tanya seorang murid berkulit cukup gelap dibandingk
ZHIIING!Suara tenaga dalam yang mulai dikeluarkan oleh Pandya menggema di dalam ruang latihan itu. Aliran Energi kembali mengelilingi seluruh tubuhnya, namun warna yang dikeluarkan cukup berbeda karena tercampur dengan tenaga dalam milik Sakra. Masih dengan mata terpejam, Pandya mencoba mengontrol percampuran tenaga dalam dan aliran energi itu agar tetap mengalir menjadi satu kesatuan.Jumlah tenaga dalam yang sangat besar membuat Pandya cukup bersusah payah untuk menahannya. Keringat dingin mulai mengalir, menandakan seberapa besar kekuatan yang kini mulai menyatu. Untunglah Sakra membantu Pandya untuk membatasi tenaga dalam miliknya secara bertahap, untuk mengetahui batasan yang dapat dilakukan oleh Pandya."Apa ini sudah batasmu?" Sakra tampak khawatir dengan wajah Pandya yang mulai memucat."Sepertinya ini memang sudah batasanku untuk saat ini!" jawab Pandya sedikit tercekat.Sakra langsung menghentikan penggabungan tenaga dalam itu, dan menyimpan kembali tenaga dalam miliknya."
Cukup lama hingga Pandya bisa paham dengan maksud Sakra, yang membuat seutas senyum mengembang diwajahnya. Hampir saja dia melupakan niatan awalnya setelah mengetahui batasan kekuatan yang dia dapat. Padahal, sejak awal dia sudah penasaran dengan peningkatan kekuatan setelah dirinya kini memiliki tenaga dalam milik Sakra.Kemampuan yang sudah sering digunakannya dengan bantuan Sakra, sudah pasti bisa dia gunakan sendiri setelah tenaga dalam miliknya bergabung dengan milik Sakra. Seperti ucapan Sakra sebelumnya, kini Pandya tidak perlu lagi berada di bawah bayang-bayangnya. Dan itu membuatnya bersemangat, namun dia sendiri hampir lupa dengan hal itu."Bagaimana caraku agar bisa menggunakannya? Sepertinya sulit jika tidak mempraktekkannya secara langsung." Pandya berpikir dengan keras sambil kembali duduk bersila."Apa fokus utamamu? Penyembuhan atau Menyalin?" tanya Sakra tegas.Pandya menatap ke arah Sakra. "Kenapa aku harus memilih diantara keduanya?" tanya Pandya bingung."Ckk...," S