Aurum mendarat tepat di puncak Pegunungan Jade. Tujuan mereka kali ini mengumpulkan ketiga orang elemen petir.“Rosaline apa kau ingat waktu itu kita ketemu kakek itu di mana?" Pangeran Yuasa memindai reruntuhan yang ada di sekitarnya, dia tidak ingat di mana terakhir kali mereka bertemu naga petir.“Sepertinya di sekitar sini,” jawab Rosaline mengingat-ingat kembali sambil berjalan perlahan.Pangeran Yuasa melihat ke arah Rosaline yang masih mencari-cari keberadaan kakek yang kemarin mereka temui. Terlintas pikirannya untuk sedikit menjahili gadis berambut merah ini.“Rosaline, coba lihat ke sana!” seru Pangeran Yuasa yang sedikit menekuk lututnya hingga sejajar dengan wajah Rosaline.“Di mana?” tanya Rosaline saat menoleh hingga tanpa sengaja bibirnya menempel di pipi Pangeran Yuasa, “Maaf!” seru Rosaline mundur beberapa langkah dan meminta maaf berkali-kali sementara Pangeran Yuasa justru tersenyum jahil.“Tidak apa-apa, itu kan tidak sengaja,” balas Pangeran Yuasa yang me
Suasana mulai sepi saat para naga kembali ke tempat mereka masing-masing. Menyisakan tiga orang yang sama sekali tidak berubah menjadi naga seperti yang lainnya. “Kakek, apakah mereka teman-teman Kakek?” Pangeran Yuasa menyapa keduanya dengan baik dan mempersilakan mereka duduk bersama di ruang tamu bangunan utama yang ada.“Kami bertiga memiliki elemen petir, seperti yang kau lihat, Yang Mulia, kami bukanlah naga,” jawab pria tua yang mengaku sebagai Kakek naga petir.“Apa yang terjadi?” Pangeran Yuasa penasaran dengan ketiganya yang masih hidup sekian ratus tahun dari tragedi tersebut.“Naga anak pembawa petaka sangat kuat. Dia membunuh nagaku saat itu. Rasanya aku ingin membalasnya, tetapi semua itu akan menjadi sia-sia. Nagaku melindungiku dengan mengorbankan jiwanya. Meskipun jiwanya masih tetap ada bersamaku tetapi dia sudah tidak lagi memiliki raga. Saat itu aku salah satu dari ketujuh orang yang membuat formasi naga petir. Teman-temanku jauh lebih kuat dariku, dengan pe
Tiga hari berselang, hanya ada dua pemuda saja yang mampu menetaskan naga. Keduanya berjanji membantu peperangan melawan Raja Kegelapan. Pintu gerbang dimensi ke dunia bawah terbuka lebar, pasukan yang sudah dikumpulkan para jenderal masuk dan membentuk formasi. Pangeran Yuasa langsung masuk bersama dengan Aurum. “Mereka mayat hidup!” seru Rosaline melihat pasukan musuh yang tidak seperti makhluk hidup biasa. Makhluk yang masih bisa berdiri dan bertarung meskipun tangan dan kaki atau kepalanya tidak berada di tempat yang seharusnya.“Sepertinya makhluk terkutuk itu membangkitkan mereka, kita cari kakek petir dan juga Jenderal Archilles.” Aurum kembali terbang mengudara sambil menghindari anak panah yang mengarah padanya. “Di sebelah sana!” Pangeran Yuasa masih mengingat dengan jelas makhluk yang pernah menjeratnya, Raja Kegelapan. Makhluk itu sedang menyerang dua anak kembar yang kini kelelahan dan tidak berdaya.“Yui! Yuan!” teriak Pangeran Yuasa melemparkan serangan pada m
Mereka mengira Raja Kegelapan akan menyerang formasi ketujuh orang elemen petir. Siapa sangka serangannya justru mengarah ke si kembar. Yui yang berada di depan Yuan tidak siap dengan serangan itu.“Yui!” teriak Pangeran Yuasa bersamaan dengan Raja Yuichi. Pedang Raja Kegelapan menemukan sasaran empuk. Tubuh Rafael menjadi tameng untuk melindungi Yui.“Paman!” teriak Yui saat cairan kental berwarna merah segar mulai mengalir deras dari luka yang ditimbulkan. “Kau juga!” teriak Rafael yang tetap menahan pedang Raja Kegelapan di tubuhnya dan mengayunkan pedang besarnya. Sayangnya luka Raja Kegelapan pulih dengan cepat karena darah Pangeran Yuasa di tubuhnya meregenerasi sel dengan sangat cepat, tidak seperti luka Rafael yang terus mengeluarkan darah.“Paman!” Pangeran Yuasa mendekati Rafael yang sudah jatuh ke tanah, di sampingnya Yui menangis sejadi-jadinya. “Bertahanlah!” Pangeran Yuasa menggunakan kemampuan penyembuhnya untuk membantu menutup luka. Darah yang keluar terlalu
Yuasa terdiam. Perang telah usai saat Raja Kegelapan masuk ke gerbang Abyss. Dia merasa semua berjalan sangat cepat. “Paman?” Pria bermata hitam memandang Pangeran Yuasa dan tersenyum.“Terima kasih, setidaknya lukaku sembuh,” ucap pria itu menepuk bahu Pangeran Yuasa. “Sepertinya aku tidak akan kembali ke dunia atas, Yuan memerlukan bantuanku di sini.”Pandangan Pangeran Yuasa kini beralih ke Pangeran Yuan yang masih berdiri mematung dengan wujud barunya. Wujud yang mirip dengan Natch yang merupakan Raja Kegelapan. Di depan adiknya saat ini berdiri pria yang mirip dengan adiknya, Raja Yuichi. Pria itu mendekati anak laki-laki kembarnya yang terlihat kaku dan takut lalu memeluknya.“Lihat tidak apa-apa, ayah tidak apa-apa, Yuan,” ucap Raja Yuichi dengan lirih. Pangeran Yuasa yang cukup dekat dengan keduanya masih bisa mendengar ucapan itu samar-samar.“Mengharukan sekali,” ucap Rosaline di sebelah Pangeran Yuasa yang terlihat baru saja mengusap air mata yang tidak sengaja menetes k
Rosaline tersenyum, dia berjalan mendekati Pangeran Yuasa. Debaran hati sang pangeran semakin menjadi saat gadis itu menggenggam tangannya.“Pangeran, saya ….”Pangeran Yuasa menunggu lanjutan kalimat Rosaline yang tak kunjung terdengar. Dia justru mendengar dengkuran keras hingga semua itu menghilang.“Aurum! Kau mengganggu mimpiku!” oceh Pangeran Yuasa sembari mendengus kesal.“Kau yang mengganggu tidurku!” balas Aurum melirik ke arah Pangeran Yuasa yang terlihat kesal. “Ini masih malam, kau mau tidur lagi di sini atau pindah ke kamarmu yang hangat.” Aurum memindahkan sayapnya yang menjadi selimut bagi Pangeran Yuasa. Makhluk kecil di hadapannya terlihat begitu rapuh jika tidak dilindungi, Aurum begitu menyayanginya dan tidak ingin pangeran ini sakit atau terluka.“Kenapa aku di sini?” Pangeran Yuasa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengingat kembali kenapa dia bisa berada di tempat para naga beristirahat. Ruangan ini mirip seperti goa besar dan para naga tidur di
Kota Red Ruby terlihat sama meskipun Rosaline sudah lebih dari tiga tahun meninggalkan kota ini. Jalanan dan bangunan yang ada di kota itu tidak terlihat berbeda sedikitpun. Perbedaan yang mendasar hanya perasaan yang telah hilang dari hati gadis ini.Sudah tiga hari Rosaline menangis di kamarnya, hari ini dia mencoba berjalan-jalan di kota kelahirannya.“Taman ini, dulu aku disini bersama dengan Adrian. Ah, sedang apa Adrian sekarang apa dia sudah menjadi jenderal.” Rosaline berbicara sendiri sambil menatap taman bermain, masih terdapat anak-anak yang bermain di sana dengan riang. Tidak banyak ada anak-anak di Red Ruby, alasannya sudah pasti karena kehidupan Red Ruby yang sulit. Wanita Red Ruby hampir semuanya memiliki suami dari kota ini juga, sangat sedikit yang berpasangan dengan klan lain. Sementara pria Red Ruby menyukai wanita dari klan lain karena bagi mereka wanita Red Ruby terlalu tangguh dan tidak terlihat manis.Pria yang ingin meminang wanita Red Ruby har
“Lihatlah Thunderstorm, aku sudah berusaha menghilangkan ingatannya tapi gadis itu merebutnya kembali. Kupikir dengan hilangnya ingatannya gadis itu akan berpikir dua kali untuk kembali jatuh cinta pada orang yang sama. Ternyata aku salah, cinta tidak bisa diprediksi. Bagaimana dia nanti menghadapi tradisi Red Ruby? Pangeran tidak akan mau melakukan kecurangan.” Lenora melihat ingatan Rosaline mengalir kembali. Meskipun dia bisa kembali menutupnya, tetapi sang Ratu Awan memilih membiarkan dan melihat takdir yang akan bermain dalam percintaan dua insan yang berbeda status itu.“Bukankah akan sangat sulit bagi Pangeran Yuasa untuk mendapatkan gadis itu, dia seorang Red Ruby,” balas Thunderstorm mengibaskan ekornya.“Benar, awalnya aku tidak ingin terjadi tragedi, karena itulah kuminta ingatan itu. Namun, aku salah, cinta berkata lain dan keduanya memilih jalan yang sulit.” Lenora menghela napas panjang. Meskipun dia bisa melihat masa depan, tetapi semua masa depan selalu memiliki caba