Yuasa membuka pintu saat Rainsword mengetuk pintu kamarnya. Dia mempersilakan pangeran berambut perak itu masuk.
“Maaf, aku mengganggumu lagi,” ucap Rainsword yang masuk dan duduk di kursi yang ada di dalam.
Kamar asrama memiliki empat buah ruangan di masing-masing kamarnya. Ruang tidur, kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Mereka bisa menerima tamu dan diperbolehkan selama tamu tersebut mendapatkan izin memasuki asrama.
“Tak masalah.” Yuasa menutup kembali pintu kamarnya lalu pergi ke dapur mengambil minum untuk Rainsword.
“Teh ini sepertinya baik untuk kesehatan, aku mulai merasakan perubahan pada tubuhku,” puji Rainsword.
“Ya, ini memang bagus, tapi jika bukan kau dan Rec
Pagi ini sangat cerah, Rainsword terbangun dan dia melihat Yuasa sudah tidak ada di tempatnya.“Tumben dia bangun pagi,” gumam Rainsword yang mencari Yuasa dan tidak menemukannya.Rainsword mendengar suara air di kamar mandi serta pintunya tertutup. Sepertinya pemilik kamar sedang membersihkan dirinya. Dia melihat ke ruang tamu, sudah tersedia teh panas di teko dan beberapa camilan.“Siapa yang menyiapkan semua ini?” gumam Rainsword.“Kau mau mandi di sini atau kembali ke kamarmu?” tanya Yuasa yang baru selesai mandi.“Yuasa, keringkan rambutmu dengan benar,” gerutu Rainsword yang melihat rambut panjang Yuasa bahkan masih meneteskan air.
“Bagaimana kalau mengubah penampilan dulu, lihat disana ada tempat pangkas rambut,” usul Recca dan Yuasa setuju, setidaknya tak apa memiliki rambut pendek sehari untuk mengelabuhi musuh.Mereka masuk ke dalam tempat pangkas rambut, lalu mengubah penampilan mereka. Rainsword dan Recca hanya merapikan rambut mereka saja karena memang sudah pendek, sementara Yuasa dia dipotong pendek seperti Rainsword.“Kukira tidak akan lagi terlihat cantik, pendek juga masih manis,” bisik Recca yang sambil berdecak melihat temannya yang satu ini.“Dia cantik sejak lahir, bayangkan saja jika dia perempuan mungkin sudah banyak yang mengantri ingin meminangnya,” imbuh Rainsword.“Kalian bertiga sungguh rupawan,” ucap pemilik tempat pangka
“Dia terkena racun, ini racun yang langka.” Tabib mengatakan diagnosanya. Racun yang kini bersarang di tubuh Yuasa adalah racun dari duri mawar pegunungan Jade. Sangat jarang ada yang menggunakan racun ini, dan racun ini tidak memiliki penawar. Mereka menyebutnya racun cinta, hanya menyerang orang-orang yang jatuh cinta dan belum terbalas. Racun ini akan hilang jika dia mendapatkan cinta sejati.Seorang pengawal melapor, “Tuan Muda Recca, racunnya terdapat di semua makanan di meja Anda.”Recca dan Rainsword saling pandang, mereka sudah memakan makanan itu tapi baik-baik saja.“Kau sudah makan ‘kan Recca?” Rainsword tiba-tiba berkeringat dingin.“Bukan hanya sudah tapi sudah banyak yang masuk ke dalam perut,” jawab Rec
Hari Sabtu, Rosaline bergegas ke asrama pangeran menjalankan rutinitas biasanya menyeduh teh ginseng sisik naga dan beberapa camilan yang sudah disiapkan."Ini hari Sabtu, mungkin bisa melihat pangeran seharian," batin Rosaline.Dia diperbolehkan menyiapkan sarapan setiap pagi karena Pangeran Yuasa terlalu pilih-pilih makanan. Rosaline pergi sebelum Pangeran Yuasa bangun. Gadis itu menunggu di depan gerbang asrama pangeran, lebih tepatnya di atas gerbang. Dia bersembunyi dari semua orang."Dia keluar asrama tidak ya," batin Rosaline yang masih menunggu di atas gerbang. Dari atas sini dia bisa melihat kamar Pangeran Yuasa sehingga dia bisa tahu jika pemuda itu keluar."Ah, itu dia," gumam Rosaline melihat Pangeran Yuasa berjalan keluar gerbang bersama kedua temannya.
Yuasa merasa senang bertemu kembali dengan Rosaline setelah sekian lama tidak berjumpa. Gadis berambut merah itu meletakkan jubah hitamnya di sebelah jubah Yuasa yang tergantung manis di gantungan baju kamarnya.“Rosaline, kau masih saja memakai celana pendek,” ucap Yuasa yang memperhatikan baju Rosaline. Dia merasa pakaian Rosaline akan mengundang mata pria jelalatan. Tidak bisa dipungkiri gadis ini masuk kategori cantik di atas rata-rata untuk ukuran normal. Kulitnya putih dan postur tubuh yang proporsional. Dia masuk dalam daftar wanita idaman dari segi fisiknya.“Tapi Pangeran, pakaian seperti ini lebih mudah bergerak,” sanggah Rosaline. Sebagai seorang pengawal apalagi petarung mengenakan gaun sungguh merepotkan.“Itu terlalu terbuka,” lanjut Yuasa.
Yuasa bangun dengan kepala berdenyut, rasanya sakit jadi dia memutuskan untuk tetap berbaring hingga rasa sakit itu hilang.“Yuasa, kau itu aneh, kenapa tidak kau sembuhkan sendiri sakitmu," saran Aurum.“Benar juga,” balas Yuasa.Setelah rasa sakit itu hilang, Yuasa duduk dan melihat ke seluruh kamarnya.“Kenapa aku merasa ada yang kurang?” gumam Yuasa.Dia melihat ada sebuah kotak kecil di nakas dekat tempat tidurnya.“Apa ini?” Yuasa membuka kotak itu. Di dalam kotak terdapat sebuah liontin.“Kenapa ada di sini?”Pangeran Yuasa
Mereka berdua duduk di bawah pohon yang rindang. Tidak ada kata apapun yang terucap dari keduanya. Pangeran Yuasa merasa canggung dengan suasana di taman, apalagi melihat sekeliling mereka yang rata-rata sedang bermesraan atau bercanda dengan pasangannya. “Apa pangeran sedang mengajakku kencan,” batin Rosaline yang jantungnya berdegup sangat kencang sementara mulutnya tertutup rapat, bahkan matanya tak berani melihat ke arah pemuda berambut keemasan di sebelahnya. “Apa yang kupikirkan kemarin? Aku bahkan tidak ingat dan sekarang suasana jadi canggung,” pikir Pangeran Yuasa yang berusaha mencari cara supaya suasana tidak terus seperti saat ini. Setengah jam mereka diam tanpa kata hanya melihat taman bunga di depan mereka. “Rosaline,” panggil lirih Pangeran Yuasa. Dia masih bingung harus bicara apa. “Ya,” jawab cepat Rosaline menoleh ke arah Pangeran Yuasa. Sepasang mata biru yang indah, wajah yang rupawan dan rambut keemasan yang diikat rapi menampilkan kesan tampan dan elegan. Pa
Rainsword menghabiskan minumannya dengan sekali teguk.“Ayo kejar Yuasa, aku khawatir dia tersesat,” ajak Rainsword yang tahu kebiasaan buruk pangeran cantik bermata biru itu.“Tenang saja,” jawab Recca tak ingin terlalu cepat menghabiskan makanan yang merupakan buatan Rosaline.“Apanya yang tenang, dia pergi terburu-buru seperti itu, ayo Recca!”Rainsword menarik Recca, tetapi pemuda itu enggan beranjak dari tempatnya. Setelah selesai mengunyah dan menelan makanannya akhirnya pemuda berambut jingga itu beranjak dari tempat duduknya.Recca berjalan perlahan dia memberikan kode pada pengawal yang berdiri di depan asrama pangeran.“Kemana Pangeran Yuasa?” kode dari Recca dengan menggunakan jari tangannya.“Dia di taman,” jawab pengawal itu dengan kode pula.“Rain, jangan buru-buru, santai saja,” ucap Recca saat tahu Yuasa berada di akademi. Tidak ada hal yang perlu ditakutkan jika masih berada di dalam akademi, mereka yang berasal dari dunia bawah tidak akan bisa masuk.“Kau tahu dia di