Setelah selesai syuting di Bandung dan pulang ke Jakarta. Pihak manajemen Ariel memberikan waktu dua hari untuk istirahat. Syuting akan di lanjutkan besoknya lagi dengan keadaan latar di Jakarta sebagai kota metropolitan.
Lumayan, untuk sementara waktu Aisyah dapat beristirahat sejenak di apartemennya. Memanjakan dirinya dengan melakukan hobinya yang lain yaitu memasak. Ia sangat suka memasak untuk dirinya sendiri. Memasak masakan kampung yang sangat di rindukannya.
Sekarang ibunya di kampung sudah memiliki toko kelontong sendiri. Semua itu berkat Aisyah. Ia membantu ibunya dengan memberikan modal usaha. Meskipun begitu, ibunya Aisyah masih tetap jualan gado-gado. Hanya saja ia membuka warung kecil di rumahnya. Warung gado-gado buka di saat hari Minggu saja. Sedangkan hari Senin sampai Sabtu hanya menunggui toko kelontong miliknya.
Aisyah sebenarnya keberatan, jika ibunya jualan gado-gado di hari minggu. Harusnya, hari minggu untuk istirahat saja. Na
"Mak ... maksudnya?" tanya Aisyah bingung."Kau tidak suka aku datang kemari?" tanya Ariel lagi."Tentu saja aku senang Bos datang kemari," jawab Aisyah bingung."Lalu ... kenapa kau menyuruhku pergi dengan Marini?" tanya Ariel."Marini pacarnya Bos, jadi wajar kan kalau kalian pergi bersama," kata Aisyah.Ariel meraih tangan Aisyah. Ia kembali menatap tajam gadis cantik di depannya. Aisyah menunduk. Ia tidak berani membalas tatapan Ariel. Tangannya tiba-tiba dingin. Ia berusaha menggerakkan tangannya agar bisa lepas dari genggaman tangan Ariel. Namun, Ariel tidak ingin melepaskannya."Bos, jangan begini. Nanti kalau ada yang lihat bisa salah paham," tutur Aisyah."Jawab, menurutmu aku tampan tidak?" tanya Ariel."Tentu saja tampan, terbukti Bos jadi artis terkenal. Banyak wanita yang menyukai, Bos," jawab Aisyah polos."Sekarang aku tanya lagi. Aku dengan Kak Gilangmu itu tampan mana?"tanya Ariel lagi."Sam
Semalam Ariel pulang dalam keadaan mabuk. Padahal siang ini ia harus segera ke lokasi syuting untuk pemotretan. Biasanya Ariel selalu menjemput Aisyah di apartemennya. Tapi kali ini sudah terlewat jamnya, Ariel belum juga muncul. Karena gelisah akhirnya Aisyah menelepon Ariel.Tak ada jawaban. Aisyah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke apartemen Ariel. Ia takut jika pria itu ketiduran.Untung saja kebetulan ada taksi yang lewat sehingga Aisyah bisa langsung naik taksi itu. Sesekali ia menelepon kembali Ariel, tapi tetap saja tidak ada yang mengangkat teleponnya.Lima belas menit, Aisyah sampai di depan apartemen Ariel. Sebenarnya ia sungkan jika di suruh datang ke apartemen bosnya itu. Takut ada kejadian yang tidak ingin di lihatnya, mengingat Ariel suka membawa wanita.Jari lentik Aisyah mengetuk pintu apartemen Ariel. Tak ada jawaban atau tanda-tanda langkah kaki yang mendekat untuk mencoba membukakan pintu.&
Marini sudah menunggu di lokasi pemotretan. Melihat Ariel datang bersama Aisyah, ada semacam perasaan tidak senang menjalar di hatinya. Dulu ia tidak peduli jika Ariel bersama artis mana pun. Karena menurut Marini pada akhirnya Ariel akan kembali padanya.Namun melihat kedekatan Ariel dan Aisyah, ada perasaan berbeda yang berkecamuk dihatinya. Ada semacam ganjalan hati yang mengatakan seolah Ariel tidak akan pernah bosan dengan Aisyah. Selama mengenal Ariel, ia selalu tahu siapa saja wanita yang pernah dekat dengan Ariel. Rata-rata dari kalangan dunia hiburan.Kali ini kedekatannya dengan Aisyah justru membuatnya cemas. Ia tidak bisa menjauhkan Ariel dengan Aisyah. Apalagi mereka terlibat hubungan pekerjaan."Sayang, aku sudah menunggu cukup lama di sini. Tadi aku mampir dari salon," kata Marini dengan suaranya yang agak manja.Aisyah membiarkan Marini bergelayut manja di lengan Ariel. Sementara Ariel merasa risih karena menurutnya sikap Marin
Ariel menarik tangan Aisyah agar berdiri di dekatnya. "Jam kerja kau malah enak-enakan di sini bersama pria asing. Apa ini sebenarnya kelakuanmu! Suka menggoda pria lain di jam kerja. Kemarin Wildan, sekarang pria ini!" tunjuk Ariel. Hati Aisyah sangat perih mendengar tuduhan dari Ariel. Ia tidak menyangka bos yang selama ini di kenalnya tega menuduhnya sebagai wanita penggoda. Melihat bulir air mata menetes di pipi Aisyah, Ariel menjadi sadar jika telah melakukan kesalahan. Ia marah karena terbakar api cemburu. Aisyah buru-buru berlari masuk ke dalam tanpa menghiraukan kedua lelaki itu. "Tunggu Aisyah!" teriak Gilang. Pria itu langsung menatap tajam ke arah Ariel. "Ku pikir kau seorang artis terkenal. Yang selalu di kagumi orang. Tapi, kali ini aku melihat dengan mata kepala sendiri kau merendahkan seorang wanita baik-baik," tandas Gilang. "Tahu apa kau tentang aku! Kau hanya pengganggu hubungan kami!" tunjuk Ariel. Gilang malahan tersenyum mendengar ucapan Ariel yang terakhir.
"Boleh, aku masuk?" tanyanya. Aisyah masih saja berdiri termangu di hadapan Ariel. Tak percaya pria tampan itu kembali mendatanginya. Ia tidak seperti wanita kebanyakan pada umumnya yang menyambut Ariel dengan senyum lebar di teruskan dengan tangan yang bergelayut manja. Ariel tidak mendapati itu pada Aisyah, yang ia temui malahan kebingungan yang ada pada wajah gadis cantik itu. "Kau tidak menyuruhku masuk?" tanya Ariel. Aisyah membuka pintu lebar-lebar agar Ariel dapat masuk tanpa dirinya memberi jalan. Mata Ariel memindai ke dalam, biasanya kemarin ia datang apartemen masih berantakan. Sekarang tampaknya sangat rapi. Gadis itu masih berdiri di belakang Ariel karena ia tahu tanpa di persilahkan sekalipun pria itu akan duduk di sofa tamu dengan sendirinya. "Aku ingin minum," kata Ariel. Aisyah masih diam tak bergeming. "Kau dengar tidak?" Ariel mendongak melihat ke arah Aisyah yang masih diam. Ia baru sadar jika Aisyah tengah marah padanya. "Aku tidak jadi minum, sekarang dud
Tidak seperti biasanya Aisyah menekan-nekan wajah Ariel dengan kasar saat meratakan foundation ke permukaan wajah Ariel. Di lihat dari tingkahnya agaknya ia masih marah dengan Ariel. Keinginannya untuk mundur di abaikan. Sementara dari jauh Marini terus saja mengawasinya."Kalau kerja yang bener. Memangnya kau kira wajahku terbuat dari apa? Kau pukuli pakai spon sedari tadi," ucap Ariel.Mendengar teguran dari Ariel, ia pun bertindak lebih pelan meratakan foundationnya. Namun bibirnya masih manyun. Aisyah seperti tidak ikhlas melakukan pekerjaannya."Kau harus profesional, Aisyah. Jangan bawa kemarahan dalam pekerjaanmu," sindir Ariel."Ya, bos," sahut Aisyah lemah. Akhirnya setelah beberapa menit ia dapat menyelesaikan pekerjaannya. Ariel terlihat lebih tampan seperti biasanya."Kamu tunggu aku di sini sebentar," kata Ariel. Ia pun ke lokasi pemotretan.Aisyah menatap kosong ke arah ariel yang sedang melakukan pemotretan dengan artis
"Ibu!" seru Aisyah.Wanita paruh baya yang tengah menyapu halaman menoleh ke arah asal suara. Ia tak percaya dengan apa yang di lihatnya."Aisyah!" Ia langsung menjatuhkan sapunya dan memeluk putri tercintanya.Aisyah melepaskan ramgkulan ibunya dan mencium punggung tangan Marni. "Bagaimana kabarmu, Nduk?""Baik, Bu. Seperti yang ibu lihat, Aisyah sehat-sehat saja.""Ayo masuk dulu, kamu pasti sangat lelah dari Jakarta," ucap Marni."Ini toko kelontong ibu?" tunjuk Aisyah. Sebuah toko kelontong bangunan permanen yang terletak di depan rumah menyita perhatiannya."Iya, Nduk. Lumayan, kangen ibu sama kamu jadi teralihkan karena ada toko itu," tutur Bu Marni.Sesampainya di dalam rumah, Aisyah melihat ke sekeliling. Tidak ada yang berubah sama sekali. Mulai dari perabotan dan penataan ruangannya."Kamu mau mandi dulu, atau langsung makan?" tanya Bu Marni."Mandi dulu, Bu. Nggak tahan badan udah keringetan dari
Aisyah tidak tahu jika Ariel mengejarnya ke kampung karena pria itu tidak bisa sehari pun berjauhan dengannya. Dalam pandangannya Ariel adalah artis play boy, jadi Aisyah tidak pernah memasukkan dalam hati rayuan Ariel."Kapan pulang ke Jakarta?" tanya Ariel."Yah, baru sampai kok di suruh pulang," jawab Aisyah cemberut."Bukan begitu, kamu tidak bisa tinggal lama-lama di sini. Aku banyak kerjaan," kata Ariel pelan agar tidak terdengar Bu Marni yang tengah sibuk di toko depan rumahnya."Iih, aku pingin lama di sini. Bos cari penggantiku saja. Marini kayaknya lebih cocok menggantikan pekerjaanku. Jadi ... kalian bisa tambah lengket kemana-mana bareng terus," goda Aisyah."Marini tidak bisa aku kerjain. Kalau kamu kan_,""Aku kenapa? Nah, benar kan dugaanku, bos itu sukanya menyiksaku. Sepertinya ada kebahagiaan tersendiri kalau berhasil membuatku menangis," sahut Aisyah."Bukaaan, aku tuh tidak bisa jauh sehari pun darimu,"