“Apa? Aku?” Oliver menunjuk dirinya sendiri.“Ya, memangnya siapa lagi di sini kalau bukan kamu?” balas Lucas dengan kesal.“Tapi─”Oliver hendak mengajukan protesnya, tetapi Lucas kembali berkata, “Sebaiknya kamu jangan macam-macam dengannya.”“Ck, kamu pikir aku sebiadab itu sampai menyentuh wanita yang lagi mabuk?” gerutu Oliver yang merasa dicurigai seperti seorang penjahat kel*min.Lucas hanya menyeringai sinis, kemudian menarik Sienna agar bangkit dari tempat duduknya. “Ayo, Sienna. Kita pulang,” ujarnya.“Hum ….” Sienna melenguh pelan.Perlahan gadis itu membuka matanya. Samar-samar ia melihat bayangan wajah Lucas di hadapannya. Sudut bibirnya melengkung tipis, lalu ia bergumam, “Zom … bi … Ku … tub?”Lucas merasa kesal. Gerakan tangannya yang sedang menopang Sienna hampir terlepas, menyebabkan tubu
“Aduh yang lagi kasmaran. Dunia pun terlupakan. Apalagi teman.”Sindiran cukup pedas meluncur dari bibir Oliver saat menyaksikan bagaimana Lucas menatap Sienna dengan lembut.Lucas menoleh ke arah Oliver, yang masih tersenyum jahil.“Diamlah, Oliver,” balas Lucas dengan nada setengah kesal, tetapi tidak bisa menyembunyikan senyum tipis yang muncul di sudut bibirnya. “Kamu selalu punya waktu untuk mengganggu, ya?”Oliver terkekeh dan mengangkat bahu. “Tentu saja, itulah gunanya teman, bukan? Lagipula, siapa yang bisa melewatkan pemandangan langka seperti ini?”Lucas hanya menggelengkan kepala, sementara Oliver terus tertawa kecil. Meskipun tersindir, tetapi Lucas memutuskan untuk mengabaikannya. Ia kembali menatap Sienna, yang masih setengah sadar. Lucas pun menyadari bahwa ia telah menemukan sesuatu yang lebih berarti daripada pekerjaannya."Si Bos besar kita ternyata punya sisi lembut juga," Oliver masih lanjut mengejeknya.Ekor mata Lucas kembali tertuju pada Oliver. “Apa lagi yang
“Masih berapa lama lagi kamu di sana?” teriak Lucas yang telah berdiri cukup lama di ambang pintu restoran.Ia melihat Oliver yang tidak bergerak sedikit pun untuk membantunya membawa Anna keluar dari restoran itu.“Ck, iya!” balas Oliver dengan kesal.Ia pun menarik tubuh Anna agar beranjak dari tempat duduknya. Ia mencoba memapah tubuh gadis itu, tetapi Anna melangkah dengan gontai dan membuat tubuh Oliver hampir terjungkal ke depan.Anna terbangun karena hal tersebut. Gadis itu langsung melayangkan pukulan pada kepala Oliver!“Hei! Apa kamu tidak bisa jalan dengan benar?” protes gadis itu pada Oliver yang masih melongo syok.Oliver memegang puncak kepalanya yang kini berdenyut-denyut. “Gadis sialan! Apa dia berpura-pura mabuk, huh?” geramnya.“Oliver, apa kamu mau aku tinggal?” teriak Lucas lagi.Oliver pun terpaksa mengurungkan niatnya untuk memaki gadis itu. Baru
“Aku tidak mabuk! Aku masih mau minum!” teriak Sienna yang malah merengek.“Padahal hari ini hari ulang tahunku, tapi kamu malah membohongiku,” Gadis itu malah menangis seperti anak kecil yang tidak dituruti keinginannya. "Lucas Morgan ternyata seorang pembohong!" serunya dengan suara yang bergetar oleh emosi dan alkohol.Lucas menghela napas panjang, rasa frustrasi dan kekesalan bercampur di dalam kepalanya. Ia tahu bahwa malam ini tidak akan mudah, tetapi tidak menyangka akan seburuk ini. "Sienna, dengarkan aku. Aku tidak bermaksud membohongimu," ucapnya dengan lembut, sambil mendekatinya.“Sekarang sudah terlalu malam dan kamu sudah sangat mabuk. Aku rasa sebaiknya kita merayakannya dengan cara lain saja besok. Jadi … ayo, kita pulang sekarang. Oke?”Sienna mengangkat wajahnya dengan bibir yang merengut masam. Ia kembali menunjuk dada Lucas dan berkata, “Kamu… memang Zombi Kutub yang… menyebalkan dan jahat! Aku … tidak mau bicara denganmu lagi ….”Upaya Lucas membujuk Sienna ternya
"Kamu tahu, Sienna, kadang kamu membuatku benar-benar bingung," ujar Lucas, mencoba menahan senyum di tengah kebingungannya menghadapi sekretarisnya tersebut.Sienna tertawa kecil lagi, suara tawanya mengalun lembut di malam yang sepi itu. Namun, ia tidak menanggapi kebingungan pria itu karena ia tidak merasa telah mengatakan hal yang rumit.“Aku adalah sekretarismu, Lucas Morgan. Aku … juga adalah kekasih bayaranmu. Tapi, sepertinya kamu lupa kalau aku …,” Sienna menepuk dadanya sendiri dan memandang Lucas dengan sorot mata teduh, lalu lanjut berkata, “aku … juga manusia yang punya kehidupan sendiri.”Lucas mendengus. “Giliran kamu saja …. bilang kamu manusia dan aku zombi, huh?” protesnya untuk ke sekian kalinya.“Aku bukan zombi sepertimu karena aku … masih perlu istirahat. Aku tidak bisa bekerja 24 jam penuh seperti kamu, Lucas Morgan,” celetuk Sienna sembari tertawa geli dan menambahkan, “makanya aku manusia dan kamu … zombi.”Lucas tertegun.
Saat ini seluruh pikiran Lucas terasa melayang. Denyut jantungnya berpacu dengan sangat hebat dan gejolak aneh merayap di dalam dadanya.Perlahan genggaman tangan Lucas telah melonggar sehingga Sienna dapat menarik dasi Lucas dan ia dapat leluasa memagut bibirnya.Meski penuh kejutan, Lucas merasakan kehangatan yang aneh, tetapi menyenangkan dari tindakan spontan yang dilakukan Sienna. Detik itu, segala kekhawatiran dan kekesalan seakan menghilang, tergantikan oleh momen manis yang tidak akan pernah ia lupakan.Baru lima detik berlangsung, Sienna telah menarik wajahnya kembali sehingga bibir mereka tidak lagi saling menyapa. Padahal Lucas belum sempat membalas kejutan yang diberikan Sienna padanya, tetapi gadis itu malah membiarkan gelora yang baru saja siap membara, padam begitu saja.“Sienna, kamu ….”“Sst!” Sienna meletakkan telunjuk lentiknya di atas bibir Lucas.Suara gadis itu terdengar menggelitik telinganya dan berhasil menghipnotisn
“Sienna, tunggu!”Suara teriakan Lucas tidak digubris oleh Sienna. Gadis itu terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Meskipun pandangannya buram dan penerangan jalan di area komplek rumahnya tidak begitu terang, tetapi Sienna sudah menghapal arah jalan menuju ke rumahnya.Beberapa kali gadis itu hampir terjatuh karena tidak bisa berjalan dengan benar. Lucas hanya bisa menghela napas panjang. Ia terpaksa mengikuti dan mengawasi gadis itu dari belakang karena mengkhawatirkan keadaannya.Apalagi suasana sepi di sekitar jalan kecil itu cukup berbahaya bagi seorang gadis berjalan seorang diri. Langkah Lucas memelan ketika melihat Sienna menghentikan langkahnya.Gadis itu menoleh ke arahnya. “Berhenti … mengikutiku!” tukasnya dengan wajah yang masih tampak kesal."Aku hanya ingin memastikan kamu selamat sampai di rumah saja, Sienna,” cetus Lucas atas kepeduliannya tersebut.Sienna masih menatapnya dengan penuh amarah. "Aku sudah bilang … aku bisa sendiri, Lucas. Kamu … selalu saja ingin m
“Siapa yang kamu maksud, Sienna?” selidik Lucas. Tiba-tiba saja ia merasa sangat penasaran dengan sosok lelaki yang dimaksud gadis itu. Akan tetapi, Sienna malah tertawa kecil. Suaranya terdengar pahit. “Apa pedulimu? Aku ini hanya sekretarismu dan kekasih bayaranmu saja, Lucas. Kita bukan siapa-siapa selain kedua hal itu. Jadi, kamu … tidak berhak mengurusi kehidupan pribadiku.” Lucas merasakan kepedihan di balik kata-kata Sienna. "Bagiku, sekarang kamu sangat berbeda, Sienna. Aku ingin hubungan kita lebih dari itu. Sekarang aku mengkhawatirkanmu lebih dari sekedar sebagai seorang atasan dan aku ingin mengetahui semuanya tentangmu," ujarnya dengan suara rendah, berusaha menahan emosinya terhadap sikap gadis itu. Sienna menatap Lucas dengan mata berkaca-kaca, tetapi tetap mencoba menahan air matanya. “Apa kamu pernah dikhianati seseorang?" tanyanya. Lucas tertegun. "Selama bergumul di dunia bisnis, aku rasa pengkhianatan bukan lagi hal yang aneh," gumamnya. Sienna menggeleng. "Ka