"Kamu tahu, Sienna, kadang kamu membuatku benar-benar bingung," ujar Lucas, mencoba menahan senyum di tengah kebingungannya menghadapi sekretarisnya tersebut.Sienna tertawa kecil lagi, suara tawanya mengalun lembut di malam yang sepi itu. Namun, ia tidak menanggapi kebingungan pria itu karena ia tidak merasa telah mengatakan hal yang rumit.“Aku adalah sekretarismu, Lucas Morgan. Aku … juga adalah kekasih bayaranmu. Tapi, sepertinya kamu lupa kalau aku …,” Sienna menepuk dadanya sendiri dan memandang Lucas dengan sorot mata teduh, lalu lanjut berkata, “aku … juga manusia yang punya kehidupan sendiri.”Lucas mendengus. “Giliran kamu saja …. bilang kamu manusia dan aku zombi, huh?” protesnya untuk ke sekian kalinya.“Aku bukan zombi sepertimu karena aku … masih perlu istirahat. Aku tidak bisa bekerja 24 jam penuh seperti kamu, Lucas Morgan,” celetuk Sienna sembari tertawa geli dan menambahkan, “makanya aku manusia dan kamu … zombi.”Lucas tertegun.
Saat ini seluruh pikiran Lucas terasa melayang. Denyut jantungnya berpacu dengan sangat hebat dan gejolak aneh merayap di dalam dadanya.Perlahan genggaman tangan Lucas telah melonggar sehingga Sienna dapat menarik dasi Lucas dan ia dapat leluasa memagut bibirnya.Meski penuh kejutan, Lucas merasakan kehangatan yang aneh, tetapi menyenangkan dari tindakan spontan yang dilakukan Sienna. Detik itu, segala kekhawatiran dan kekesalan seakan menghilang, tergantikan oleh momen manis yang tidak akan pernah ia lupakan.Baru lima detik berlangsung, Sienna telah menarik wajahnya kembali sehingga bibir mereka tidak lagi saling menyapa. Padahal Lucas belum sempat membalas kejutan yang diberikan Sienna padanya, tetapi gadis itu malah membiarkan gelora yang baru saja siap membara, padam begitu saja.“Sienna, kamu ….”“Sst!” Sienna meletakkan telunjuk lentiknya di atas bibir Lucas.Suara gadis itu terdengar menggelitik telinganya dan berhasil menghipnotisn
“Sienna, tunggu!”Suara teriakan Lucas tidak digubris oleh Sienna. Gadis itu terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Meskipun pandangannya buram dan penerangan jalan di area komplek rumahnya tidak begitu terang, tetapi Sienna sudah menghapal arah jalan menuju ke rumahnya.Beberapa kali gadis itu hampir terjatuh karena tidak bisa berjalan dengan benar. Lucas hanya bisa menghela napas panjang. Ia terpaksa mengikuti dan mengawasi gadis itu dari belakang karena mengkhawatirkan keadaannya.Apalagi suasana sepi di sekitar jalan kecil itu cukup berbahaya bagi seorang gadis berjalan seorang diri. Langkah Lucas memelan ketika melihat Sienna menghentikan langkahnya.Gadis itu menoleh ke arahnya. “Berhenti … mengikutiku!” tukasnya dengan wajah yang masih tampak kesal."Aku hanya ingin memastikan kamu selamat sampai di rumah saja, Sienna,” cetus Lucas atas kepeduliannya tersebut.Sienna masih menatapnya dengan penuh amarah. "Aku sudah bilang … aku bisa sendiri, Lucas. Kamu … selalu saja ingin m
“Siapa yang kamu maksud, Sienna?” selidik Lucas. Tiba-tiba saja ia merasa sangat penasaran dengan sosok lelaki yang dimaksud gadis itu. Akan tetapi, Sienna malah tertawa kecil. Suaranya terdengar pahit. “Apa pedulimu? Aku ini hanya sekretarismu dan kekasih bayaranmu saja, Lucas. Kita bukan siapa-siapa selain kedua hal itu. Jadi, kamu … tidak berhak mengurusi kehidupan pribadiku.” Lucas merasakan kepedihan di balik kata-kata Sienna. "Bagiku, sekarang kamu sangat berbeda, Sienna. Aku ingin hubungan kita lebih dari itu. Sekarang aku mengkhawatirkanmu lebih dari sekedar sebagai seorang atasan dan aku ingin mengetahui semuanya tentangmu," ujarnya dengan suara rendah, berusaha menahan emosinya terhadap sikap gadis itu. Sienna menatap Lucas dengan mata berkaca-kaca, tetapi tetap mencoba menahan air matanya. “Apa kamu pernah dikhianati seseorang?" tanyanya. Lucas tertegun. "Selama bergumul di dunia bisnis, aku rasa pengkhianatan bukan lagi hal yang aneh," gumamnya. Sienna menggeleng. "Ka
“Sienna, kau─” Lucas tidak melanjutkan ucapannya. Ia melihat Sienna telah berjongkok sembari memegang perutnya. Gadis itu merintih pelan.Lucas mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, kemudian membungkuk untuk membersihkan sepatunya terlebih dahulu dengan sapu tangan dari jasnya, lalu membuang sapu tangan kotor tersebut.Ia pun membantu Sienna berdiri. “Berhentilah membuat ulah lagi, Sienna. Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak bermaksud menyakitimu," kata Lucas dengan nada yang lebih tenang, tetapi tetap tegas.Sienna mengangguk lemah, membiarkan Lucas membantunya masuk ke dalam mobil karena ia tidak memiliki tenaga untuk melawan lagi. Setelah memastikan gadis itu duduk dengan aman, Lucas menutup pintu dan bergegas ke sisi pengemudi.Saat perjalanan menuju rumah Lucas, suasana di dalam mobil menjadi hening. Lucas sesekali melirik Sienna yang kini tertidur pulas di kursi penumpang, wajahnya terlihat lebih tenang meskipun masih pucat.“Semoga saja besok kamu masih mengin
Cahaya mentari menyusup masuk melalui celah tirai, menerangi kamar yang masih dalam keheningan dengan penerangan yang sangat minim. Keadaan ruangan tersebut sangat kacau dengan beberapa helai pakaian berserakan di atas lantai.Terlihat dua sosok insan berlawanan jenis sedang terlelap dengan posisi yang sangat intim. Keduanya saling menghangatkan satu sama lain di bawah satu selimut besar yang menutupi tubuh polos mereka.Kedamaian itu akhirnya terusik dengan suara dering ponsel yang berbunyi tanpa henti. Pemuda pemilik surai merah menyala itu mengerang pelan. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia mengulurkan tangannya ke arah meja yang ada di samping ranjang dan meraih benda yang telah mengganggu tidurnya.“Halo?” Suara pria muda itu terdengar serak karena baru bangun, menjawab panggilan tersebut.“Bocah Sialan! Kamu masih tidur jam segini, hah? Apa kamu mau matahari membakar pantatmu baru kamu mau bangun?”Bentakan parau dari seorang lelaki tua memenuhi telinga pemuda itu. Son
Oliver mengulurkan tangannya dan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangannya untuk melihat wajah Anna dengan lebih jelas.‘Ternyata dia cukup manis juga kalau diam seperti ini,’ batin Oliver yang telah menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.Tatapan Oliver tertuju pada bibir Anna yang terbuka sedikit. Ia meneguk salivanya dengan bersusah payah. Terbesit niatnya untuk menuntaskan dahaganya mencicipi bibir manis tersebut.“Aku rasa … tidak ada salahnya kan kalau aku meminta kompensasi atas perbuatannya semalam,” gumam Oliver.Perlahan pria itu mendekatkan wajahnya. Dengan hati-hati ia meraup bibir gadis itu, kemudian memagutnya dengan lembut. Ia dapat merasakan debaran jantungnya yang kian meningkat semakin cepat ketika ia mempercepat pagutan bibirnya.Kedua tangannya tidak diam saja. Ia memegang kedua bongkahan kenyal nan padat yang memicu gairahnya semakin berkobar. Tindakannya itu membuat gadis itu mendesah pelan.Oliver tersenyum smirk. Desahan Anna terdengar sangat ma
“Sayang sekali kamu malah melupakannya. Padahal semalam kita telah menghabiskan malam panas penuh gairah yang sangat memuaskan,” ucap Oliver seraya mendekati gadis itu.Oliver memperlihatkan senyum miring yang biasa membuat banyak wanita luluh. Namun, Anna tidak terpengaruh sedikit pun dengan kharisma yang diperlihatkannya.“Apa kamu mau kita mengulanginya sekali lagi,” bisik Oliver di telinga Anna dengan suara yang terdengar sangat menggoda.Anna terkesiap. Netranya telah menyalang tajam tatkala tangan Oliver telah menyentuh salah satu gunung kembarnya dan meremasnya dengan lancang!Akan tetapi, tindakan ceroboh Oliver berhasil menciptakan kesempatan bagi Anna untuk memutar balikkan keadaan. Tanpa aba-aba, Anna langsung melayangkan tinjunya pada mata kanan Oliver sehingga pergelangan tangannya yang lain ikut terbebas.Pria itu kembali merintih kesakitan. Namun, Anna tidak memberikannya kesempatan sedikit pun. Ia menarik lengan Oliver, lalu dengan sekuat tenaganya ia melempar tubuh pr