Oliver mengulurkan tangannya dan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangannya untuk melihat wajah Anna dengan lebih jelas.‘Ternyata dia cukup manis juga kalau diam seperti ini,’ batin Oliver yang telah menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.Tatapan Oliver tertuju pada bibir Anna yang terbuka sedikit. Ia meneguk salivanya dengan bersusah payah. Terbesit niatnya untuk menuntaskan dahaganya mencicipi bibir manis tersebut.“Aku rasa … tidak ada salahnya kan kalau aku meminta kompensasi atas perbuatannya semalam,” gumam Oliver.Perlahan pria itu mendekatkan wajahnya. Dengan hati-hati ia meraup bibir gadis itu, kemudian memagutnya dengan lembut. Ia dapat merasakan debaran jantungnya yang kian meningkat semakin cepat ketika ia mempercepat pagutan bibirnya.Kedua tangannya tidak diam saja. Ia memegang kedua bongkahan kenyal nan padat yang memicu gairahnya semakin berkobar. Tindakannya itu membuat gadis itu mendesah pelan.Oliver tersenyum smirk. Desahan Anna terdengar sangat ma
“Sayang sekali kamu malah melupakannya. Padahal semalam kita telah menghabiskan malam panas penuh gairah yang sangat memuaskan,” ucap Oliver seraya mendekati gadis itu.Oliver memperlihatkan senyum miring yang biasa membuat banyak wanita luluh. Namun, Anna tidak terpengaruh sedikit pun dengan kharisma yang diperlihatkannya.“Apa kamu mau kita mengulanginya sekali lagi,” bisik Oliver di telinga Anna dengan suara yang terdengar sangat menggoda.Anna terkesiap. Netranya telah menyalang tajam tatkala tangan Oliver telah menyentuh salah satu gunung kembarnya dan meremasnya dengan lancang!Akan tetapi, tindakan ceroboh Oliver berhasil menciptakan kesempatan bagi Anna untuk memutar balikkan keadaan. Tanpa aba-aba, Anna langsung melayangkan tinjunya pada mata kanan Oliver sehingga pergelangan tangannya yang lain ikut terbebas.Pria itu kembali merintih kesakitan. Namun, Anna tidak memberikannya kesempatan sedikit pun. Ia menarik lengan Oliver, lalu dengan sekuat tenaganya ia melempar tubuh pr
Sementara itu di apartemen Lucas Morgan ….Keheningan masih menyelimuti kamar tidur Lucas hingga suara dering memecahkan ketenangan tersebut. Sienna menggeliat kecil. Ia menutup salah satu telinganya dengan bantal, mencoba meredam kebisingan yang mengganggu tidurnya tersebut.Sebelum ada yang sempat menjawab panggilan tersebut, dering gawai itu telah berhenti. Sienna berniat kembali terlelap dalam alam mimpinya, tetapi ia merasakan kejanggalan saat tangannya meraba sesuatu di sampingnya.‘Apaan ini?' Kening Sienna telah berkerut. Saat ia meremas 'sesuatu' yang dirabanya itu, ia kembali membatin, 'Kenapa rasanya keras dan padat, tapi ... rasanya hangat?’ “Ehem!”Suara dehaman yang terdengar berat mengagetkan gadis itu. Dengan netra yang setengah terbuka, Sienna mencoba memastikan keadaan di sekitarnya.Tatapannya bertemu dengan sorot mata biru langit yang terlihat sayu karena baru saja terjaga karena tindakannya tadi.Sienna terdiam mematung selama tiga detik. Netranya mengerjap berul
Mendengar suara tawa yang meluncur dari bibir pria itu, Sienna pun melayangkan tatapan tajamnya dan bertanya, “Kamu mempermainkanku?” Lucas menghentikan tawanya dan menggeleng pelan. “Tidak juga. Tapi, semalam kamu memang sudah membuatku melihat sisimu yang berbeda, Sienna,” ungkapnya. Sienna pun tertegun. Muncul kekhawatiran di dalam hatinya atas hal yang mungkin telah dilakukannya tanpa disadarinya. ‘Apa aku sudah mengatakan hal yang tidak seharusnya?’ batinnya, was-was. “Kenapa … kenapa aku bisa bersamamu? Seingatku, aku bersama Anna ….” Ucapan Sienna terhenti sejenak. Ia menatap Lucas dengan penuh selidik. “Semalam bagaimana kita bisa bertemu?” tanyanya, memastikan. Melihat Sienna yang telah bersikap sedikit lebih tenang, Lucas pun menegakkan tubuhnya. Ia pun duduk dengan menyilangkan kedua kakinya, menghadap gadis itu.“Kamu menghubungiku semalam dan memintaku untuk menjemputmu di sana,” jawab Lucas atas pertanyaan sekretarisnya tersebut. Lucas sengaja berbohong. Ia t
“Sienna, kamu memang sudah tidak tertolong lagi,” monolog Sienna atas sikap memalukannya yang dilakukannya saat mabuk.Ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum mengingat kembali hal gila apa lagi yang sudah dilakukannya."Apa karena itu dia tidak marah meskipun aku memanggilnya Zombi Kutub?" terka Sienna.Ia kembali teringat dengan percakapannya bersama Anna di mana Anna menyimpulkan kalau Lucas memiliki hati dengannya. Walaupun Sienna ingin menampik dugaan sahabatnya tersebut, tetapi hal yang terjadi saat ini memperkuat dugaan itu. Lucas tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan atau kebencian, malah sebaliknya, dia terlihat begitu sabar dan penuh perhatian padanya tadi."Apa mungkin Anna benar?" Sienna mencoba memahami situasi yang terjadi di antara mereka, "apa mungkin … Lucas benar-benar menyukaiku?"Gadis itu merenung cukup lama, tetapi ia terus menggelengkan kepalanya berulang kali. Hatinya masih tak percaya jika Lucas memiliki perasaan
Sienna baru saja tiba di Luminous. Saat ia mendatangi ruangan Lucas, pria itu ternyata belum sampai di kantor tersebut.“Ke mana dia?” gumam Sienna dengan bingung.Ia mengamati ke sekeliling ruangan Lucas yang kosong. Sempat terbesit niat di dalam hatinya untuk memeriksa kembali dokumen desain milik Nicole. Akan tetapi, ia segera menepis niat buruknya tersebut.“Tidak. Aku tidak boleh melakukannya lagi,” gumam Sienna kepada dirinya sendiri.Ia tidak ingin mengambil risiko mengulang kesalahan yang pernah ia perbuat. Apalagi Sienna sudah memutuskan untuk mengakhiri semua penyelidikannya tersebut selama perjalanan menuju ke kantor tadi.Akhirnya Sienna memutuskan untuk kembali ke meja kerjanya dan membuat surat pengajuan pengunduran dirinya. Salah satu alasannya melakukan hal tersebut adalah karena Allen. Berada dalam satu gedung yang sama dengan mantan kekasihnya adalah hal yang paling tidak menyenangkan.Kemarin Allen memang memintanya untuk mengundurkan diri dari Luminous, tetapi buka
Sienna tersenyum kikuk. “Aku … aku memang belum mengingat semuanya. Tapi, aku merasa sudah bersikap lancang padamu semalam.”“Oh?” Lucas mulai tertarik mendengar pengakuan gadis itu. “Sikap lancang apa yang kamu ingat?”Sienna berdeham canggung. Ia tidak berani menatap langsung pria itu. “Aku … Tidak seharusnya aku … menciummu kemarin,” cicitnya.Sudut bibir Lucas pun mengembang sempurna. “Kamu memang sudah lancang, Sienna,” sahutnya.“Tapi, aku menyukainya.” Pengakuan Lucas selanjutnya membuat Sienna tercengang.Perlahan Lucas bangkit dari duduknya. Ia berdiri di hadapan Sienna. Salah satu tangannya mencubit dagu Sienna.Kebingungan masih terlukis di wajah gadis itu, tetapi Lucas lanjut berkata, “Aku menyukai ciumanmu dan juga menyukaimu, Sienna.”Deg!Jantung Sienna yang berpacu cepat tiba-tiba terasa berhenti selama dua d
Sienna masih terpaku syok. Walaupun ia tahu jika hal yang didengarnya bukanlah mimpi, tetapi tiba-tiba saja hatinya dipenuhi rasa takut.“Sienna, maukah kamu ….”Belum sempat Lucas bertanya lebih jauh, Sienna telah menarik tangannya dari genggaman Lucas. Melihat tindakannya, kening Lucas pun mengernyit.Tiba-tiba saja sekretarisnya itu menyerahkan sebuah amplop putih yang sejak tadi dibawanya. Amplop tersebut sudah terlihat berkerut karena remasan gadis itu tadi.“Apa ini?” Lucas mengangkat alis kanannya dan tersenyum simpul. “Kamu membuat surat cinta untukku?” godanya.Sienna berdeham canggung. Ia mengalihkan pandangannya dari tatapan Lucas dan berkata, “Aku ... aku ingin mengundurkan diri, Lucas.”Senyuman di bibir Lucas langsung lenyap. Raut wajahnya pun berubah menggelap seperti ada awan hitam dengan suara petir yang menggelegar di atas kepalanya saat mendengar penuturan sekretarisnya tersebut.Amplop putih yang diserahkan Sienna pun kembali teremas erat di tangan Lucas dan menjad