“Saya … saya masih tidak percaya Anda akan menjawabnya dengan lugas seperti ini, Direktur Morgan. Seharusnya Anda mengatakannya juga kepada Sienna,” ucap Anna, mengungkapkan rasa kagetnya terhadap pengakuan Lucas.Kekagetan Anna tidak berakhir sampai di sana. Lucas kembali berkata, “Sienna sudah tahu tentang hal ini, tapi dia malah ingin mengundurkan diri dari perusahaan hari ini gara-gara saya menyatakan perasaannya.”Seulas senyuman miris terbit di sudut bibir pria itu. Anna masih termangu, mencoba mencerna semua ucapan pria itu.‘Apa yang sudah dipikirkan Sienn? Apa dia sudah gila?Kenapa dia malah mengajukan pengunduran diri setelah tahu Lucas Morgan menyukainya?’ gumam Anna di dalam hati atas tindakan yang dilakukan sahabatnya tersebut.Meskipun semalam memang ia yang menyarankan Sienna untuk berhenti dari Luminous, tetapi Anna berpikir seharusnya Sienna dapat merenungkannya lagi. Bukannya bertindak gegabah dan melewatkan pria sebaik Lucas Morgan.Akan tetapi, Anna dapat memahami
Wajah Lucas masih terlihat kesal. Ia masih tidak dapat percaya kalau ada orang yang berani memplagiasi karya Sienna dan merugikan perusahaannya. Ponsel di tangannya tergenggam erat, meredam amarah yang sedang menggelegak di dalam dirinya. “Saya harap Anda dapat menepati janji Anda, Direktur Morgan." Suara Anna mengalihkan sejenak amarah. Lucas menatap gadis itu dan berkata, “Jika memang seperti yang Anda ungkapkan, saya pasti akan membantunya dan menindak tegas orang yang sudah berani memplagiasi karyanya. Saya tidak akan membiarkan seekor tikus merugikan seperti itu menggerogoti Luminous!” Anna tersenyum penuh kekaguman. “Saya harap juga seperti itu, Direktur Morgan,” timpalnya. Anna memperhatikan perubahan ekspresi di wajah Lucas dan menghela napas lega. Masih dengan raut wajah penuh sesal, Anna berkata, “Direktur Morgan, saya harap Anda tidak menyalahkan Sienna. Bukan dia tidak mau bicara jujur, tapi dia hanya takut Anda tidak mempercayainya dan malah menjebloskannya lagi
“Ah, segarnya!”Sienna menghempaskan tubuhnya di atas sofa rumah kontrakannya. Ia baru saja membereskan rumahnya setelah sekian lama tidak pernah melakukannya.Sienna melirik masker wajah yang ditemukannya terselip di antara barang-barang saat ia beberes tadi. Ia pun membersihkan wajahnya terlebih dahulu sebelum memasang sheet mask tersebut.“Sudah lama sekali rasanya aku tidak sesantai ini,” gumam Sienna sembari merebahkan kembali tubuhnya ke atas sofa setelah memasang masker wajahnya tersebut.Ia meraih gawainya dari atas meja dan memeriksanya. Namun, tidak ada satu pun pesan ataupun panggilan tidak terjawab yang tertinggal di ponselnya tersebut.“Tenangnya … Apa dulu memang seperti ini hari-hari yang kulalui sebelum bekerja di Luminous?” gumam Sienna sembari mematut gawainya yang tidak menunjukkan respon apa pun.Sienna merasa aneh dengan ketenangan yang tidak biasa ini. Biasanya, ponselnya akan berdering dengan pesan atau panggilan dari Lucas yang selalu memberikan tugas mendesak,
“Jadi benaran Zombi Kutub itu menyatakan perasaannya?” sahut Anna, berpura-pura terkejut di seberang gawainya. Sienna terdiam. Ia merasa aneh dengan ucapan Anna, tetapi sahabatnya itu kembali bertanya, “Lalu, kamu jawab apa?”Sienna masih tampak ragu menjawab hingga akhirnya Anna kembali berkata, “Kita sahabat, kan? Apa kamu tidak mau berbagi masalahmu lagi denganku?” Sienna menarik napas dalam-dalam. Sulit baginya untuk merahasiakan sesuatu dari sahabatnya tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan hal yang terjadi hari ini kepada Anna tanpa tahu jika Anna sudah mengetahui semuanya sebelumnya. “Zombi Kutub itu … dia bilang dia suka padaku. Tapi, aku benar-benar bingung dan tidak tahu harus bagaimana,” cicit Sienna. Ia merasa beban di dadanya sedikit berkurang setelah menceritakannya. Anna terdiam selama beberapa detik, lalu berkata, “Aku tahu ini pasti sulit bagimu, Sienna. Tapi, kamu harus jujur dengan perasaanmu sendiri. Apa yang kamu rasakan padanya?” “Aku benar-bena
“Maaf, apa saya boleh tahu siapa tamu VIP-nya?” tanya Sienna kepada pelayan di hadapannya tersebut. Namun, pelayan itu tampak ragu menjawabnya. Sienna kembali mendesaknya dan bertanya, “Ada di mana dia sekarang? Apa dia masih ada di dalam?” Tanpa menunggu jawaban dari pelayan tersebut, Sienna pun bergegas masuk ke dalam restoran tersebut. “Tunggu, Nona─” Pelayan tersebut mencoba menghentikan langkahnya, tetapi Sienna terus berjalan masuk hingga akhirnya langkahnya terhenti ketika melihat keberadaan tamu VIP yang dimaksud pelayan tersebut. “Lucas Morgan?” gumam Sienna pelan. Terlihat sosok Lucas yang sedang menikmati kesendiriannya di salah satu sudut meja dengan berbagai hidangan mewah yang tersaji di hadapannya. “Anda mengenalnya?” Pelayan itu cukup terkejut mendengar hal tersebut. “Kenapa dia sendirian di sana?” tanya Sienna kepada pelayan yang masih menatapnya dengan bingung. “Sepertinya wanita yang ditunggunya tidak datang. Entahlah. Saya juga tidak paham, Nona,” gumam pe
“Apa ada yang ingin kamu makan? Pesan saja,” ujar Lucas seraya mengangkat tangannya untuk meminta buku menu dari pelayan restoran.“Tidak perlu. Aku rasa ini semua sudah cukup. Terlalu mubazir kalau menambah lagi,” jawab Sienna sambil melihat makanan yang telah terhidang di meja.“Tapi, makanannya sudah tidak panas lagi, Sienna,” timpal Lucas yang ingin memberikan hal yang terbaik untuk gadis itu.“Aku tidak masalah dengan makanan yang sudah ada, Lucas. Aku lebih suka begini,” jawab Sienna dengan tersenyum lembut.Lucas menghela napas ringan dan mengangguk, lalu menyuruh pelayan untuk meninggalkan mereka berdua. Ia menatap Sienna kembali dengan penuh perhatian. “Baiklah, kalau itu maumu.”Keduanya pun mulai makan dalam keheningan yang sedikit canggung. Sienna merasa gugup dengan tatapan Lucas yang begitu intens dan akhirnya berkata, “Berhentilah melihatku seperti itu. Makanlah makananmu. Dari tadi kamu hanya minum saja. Bagaimana kalau nanti kamu malah sakit?”Masih tersenyum lebar ta
Sienna tersenyum simpul. Walaupun hatinya terasa hangat dengan ketulusan yang diberikan Lucas, tetapi ia tidak dapat memberikan jawaban yang diinginkan pria itu karena hatinya masih dipenuhi dengan rasa khawatir.“Lucas, terima kasih. Tapi, aku─”Seolah dapat memahami perasaan gadis itu, Lucas menyelanya dengan cepat, “Tiuplah lilinnya sebelum meleleh dan buatlah permohonanmu.”Perhatian Sienna kembali beralih kepada kue di depan matanya itu, lalu ia memejamkan matanya dan membuat sebuah permohonan kecil dengan tulus. Ia membuka kembali matanya dan meniup lilin yang mulai meleleh semakin kecil dengan lembut.Sienna kembali menatap ke arah Lucas. Seolah memahami hal yang ingin diucapkan gadis itu, Lucas pun menyelanya lebih dulu, “Kalau kamu bicara terima kasih lagi padaku, aku benar-benar akan menciummu di sini, Sienna.”Gadis itu pun memanyunkan bibirnya dan bersungut, “Sepertinya kamu benar-benar sudah mabuk. Berhentilah minum.”Lucas tertawa kecil dan menggeleng pelan. Namun, ia ti
Setelah selesai menyantap kuenya, Sienna membantu Lucas berdiri. “Ayo, kita pulang,” ajaknya dengan lembut.Lucas mengangguk. Ia pun membiarkan gadis itu memapahnya. Padahal ia masih memiliki tenaga untuk berjalan meskipun langkahnya sedikit terhuyung.Dengan hati-hati, Sienna membimbingnya keluar dari restoran dan menuju mobilnya. Ia pun mendudukkan Lucas di samping kursi pengemudi, lalu membantu Lucas untuk memasangkan sabuk pengamannya.Jarak mereka saat ini terlalu dekat sehingga memudahkan Lucas untuk melihat gadis itu dengan jelas. Aroma manis yang menguar dari tubuh gadis itu membuat pikiran Lucas berkelana. Ia dapat merasakan gelora yang sedang memanas di dalam dirinya.“Cantik,” gumam Lucas dengan suara lembut yang terdengar seperti bisikan.Sienna tersentak dan tatapan mereka bertemu selama beberapa detik. Ia dapat melihat kabut gairah yang berkelebat pada sepasang mata pria itu dan membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Waktu seolah berhenti mengalir selama beberapa saat