Kliik ....
Eowyn membuka matanya ....
Ia tertegun sejenak, tak menyangka apa yang selanjutnya dilakukan Edward pada dirinya. Eowyn menyangka pria itu menghapus jarak diantara mereka karena ingin menciumnya. Tapi ternyata pria itu hanya ingin membantunya melepas safety belt yang masih terpasang di badannya.
Eowyn terdiam, berusaha mengatasi rasa malunya. Ia bersumpah, jika saat ini bumi tempat ia berpijak terbelah .... ia akan dengan senang hati melompat ke dalamnya.
Eowyn mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya yang tidak kusut. Gerakan yang didasari rasa malu karena menyadari ia tadi sempat ikut memajukan tubuhnya ke arah pria itu.
Ucapan terima kasih yang keluar dari mulut Eowyn hanya berupa bisikan. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah tanpa berani menatap langsung atasannya.
"Ada masalah, Eowyn? Aku melihat dari tadi kau sangat gelisah. Apa kau takut kekasihmu itu mendatangimu? Jika kau ingin a
"Maaf, Nath. Aku sudah berjanji pada atasanku untuk sarapan bersamanya besok pagi," Eowyn menahan nafasnya. Menunggu dengan jantung berdebar-debar. Ia yakin sebentar lagi akan mendengar ledakan amarah kekasihnya itu. Nathan tak akan segan-segan mencaci-makinya. Ia hafal betul sifat Nathan. Kekasihnya itu selalu memaksakan kehendaknya pada Eowyn. Dan tiap Eowyn menolaknya, dia akan mengeluarkan kata-kata tajam melebihi belati. "Kau ...." Kemarahan Nathan sudah sampai ubun-ubun. Eowyn sudah berani melawannya. Apa masih belum cukup rasa malu yang harus ia tanggung? Sekarang mereka malah membuat janji temu untuk sarapan bersama di depan hidungnya! "Apa yang kau katakan, Eowyn? Coba katakan sekali lagi. Aku akan menganggap diriku salah dengar jika kau mau menarik kembali kata-katamu barusan. Semakin lama kau semakin membuatku kesal!" Nathan meraung di seberang sana sedangkan Eowyn hanya diam dan menutup matanya pasrah.
Ia mendengar Edward menggeram dan pria itu membalikkan badannya lalu berjalan kembali ke arah Eowyn. Mati aku ! "Jangan memelihara kebiasaan jelek dengan suka mengejek orang di belakang punggungnya. Sekarang coba kau ulangi lagi," Edward mendekatkan wajahnya, menatap lekat-lekat mata Eowyn. Ternyata mata wanita itu sungguh indah, bulu matanya sangat panjang dan lentik. Pupil mata Eowyn yang berwarna coklat muda terlihat membesar saat Edward mendekatkan wajahnya. Bahkan ia bisa melihat pantulan dirinya pada mata wanita itu. "Tutup mulutmu, Eowyn. Tidak sopan membuka mulut di hadapan atasanmu sedangkan kau belum gosok gigi," Edward menarik badannya menjauh dengan tiba-tiba lalu berjalan ke arah pintu ia masuk tadi. Kali ini tanpa menoleh, Edward mengucapkan, "Dua puluh menit waktumu, Eowyn. Aku tunggu kau di Royal Cafe." "Tapi itu tidak cukup, Edward. Aku harus ...." Eowyn mengumpat pelan. Atasannya sudah kebu
Eowyn yakin tatapan bengis Nathan akan terus menghantuinya sepanjang hari. Ia praktis terseok-seok mengikuti langkah Edward saat pria itu menariknya menuju tempat parkir pribadinya. Edward menekan tombol naik pada lift. ketika pintu lift terbuka ia langsung mendorong Eowyn masuk lalu mengeluarkan kartu akses miliknya kemudian menempelkan kartu itu pada platform magnet yang berbentuk persegi panjang. Lift mulai bergerak naik membawa mereka menuju penthouse pria itu. Di dalam lift Edward menjelaskan jika penthousenya memiliki sistem pengamanan yang sangat baik. Tidak ada orang asing yang bisa mencapai pintu depannya tanpa kartu akses miliknya. Edward melirik wanita yang saat ini berada di lift bersamanya ketika menyadari dirinya tidak mendapat tanggapan sama sekali dari lawan bicaranya. Kini ia mengamati wanita itu dengan lebih seksama.Eowyn terlihat berdiri kikuk di sampingnya. Bahu wanita itu terkulai dan hanya bisa menundukkan kepal
Dengan sigap Eowyn memindahkan setiap piring yang berisi makanan ke atas meja. Sekarang meja mereka dipenuhi berbagai jenis makanan enak. Bahkan ada sebagian yang masih dibiarkan di meja troli. "Apa ada tamu lain yang akan ikut sarapan bersama kita, Edward?" Tanya Eowyn sambil memandang ngeri semua makanan yang telah berhasil dipesan Edward. "Hanya ada kita berdua, Eowyn. Memangnya ada yang salah dengan makanan itu. Kenapa kau memandangi mereka seakan mereka itu merupakan makhluk menyeramkan yang siap menerkammu," ejek Edward sambil menarik kursi untuk dirinya sendiri dan tanpa menunggu Eowyn pria itu langsung mengambil piring dan mengisi penuh piringnya dengan nasi goreng vietnam dan ayam goreng kalasan. Wajar saja, Edward terlihat hampir jatuh tersungkur di bawah kakinya karena terlalu lemah akibat telat sarapan. Suatu kalimat ejekan yang tentu saja hanya bisa ia ucapkan didalam hatinya. "Lalu kenapa kau memesan makanan untuk
Entah apa yang merasukinya, Eowyn memilih mempercayai ucapan Nathan karena ia yakin seburuk apapun manusia, pasti ada saatnya kata-katanya bisa dipegang. Ia menyempatkan diri berganti pakaian yang lebih layak dan mengintip penampilannya di cermin. Sekarang ia sudah merasa lebih siap untuk turun ke bawah menemui Nathan. Ia lalu bergegas menutup pintu dan berjalan menuju lift. Di dalam lift Eowyn baru teringat jika ia lupa membawa ponselnya. Dalam hati ia memaki dirinya sendiri. Sekarang ia merasa bimbang antara berbalik ke apartemen untuk mengambil ponselnya atau membiarkannya saja. Akhirnya ia memutuskan membiarkannya saja. Hari minggu seperti ini jarang ada orang yang meneleponnya untuk urusan penting. Lagipula ia hanya sebentar saja menemui Nathan, pikir Eowyn dalam hati. Suara detingan lift menandakan Eowyn sudah sampai di tempat parkir. Tanpa sadar ia menarik nafas panjang untuk melepaskan ketegangannya sebelu
Jantung Edward berdebar kencang. Ia melirik map berisi data tentang riwayat Nathan. Pantas saja ia merasa seperti pernah melihat Nathan. Awalnya ia berpikir mungkin ia pernah melihat Nathan saat pria itu datang ke kantor menjemput Eowyn. Ia teringat Eowyn, perasaannya seketika tidak enak. Lebih baik ia secepatnya memberitahu wanita itu perihal Nathan agar wanita itu bisa lebih berhati-hati. Edward lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Eowyn. Terdengar nada masuk tapi wanita itu tidak angkat. Mungkin sedang berada di kamar mandi, pikir Edward. Dan memutuskan akan menghubungi Eowyn beberapa saat lagi. "Kita harus terus memantaunya tanpa perlu terlihat mencolok. Dia tidak tahu jika kau penasehat keuanganku. Akrabkan diri dengannya, Ken. Buat dia menunjukkan sifat aslinya." "Hm, tugas yang jelas tidak mudah. Kecuali aku mendapatkan bayaran setimpal," Kenzo menguap dengan gaya berlebihan. Edward tahu Kenzo hanya mencand
Edward dengan berat hati harus sekali lagi memasuki apartemen wanita itu tanpa izin. Dalam hati Edward bersyukur karena tadi pagi ia belum sempat memberikan kunci candangan itu kepada Eowyn gara-gara masalah Nathan. Edward memanggil nama Eowyn beberapa kali sambil menelusuri setiap ruangan untuk mencari keberadaan wanita itu. Edward kemudian menyadari tidak ada tanda-tanda keberadaan Eowyn sama sekali di apartemen ini. Ia lalu kembali menelepon Eowyn dan berharap kali ini wanita itu akan mengangkatnya. Ayo, Eowyn ... angkat. Aku mohon .... Edward sudah sempat melewati pintu kamar Eowyn tapi kemudian berbalik lagi ketika telinganya samar-samar menangkap nada panggilan telepon yang sepertinya milik Eowyn dari arah kamar wanita itu. Bulu kuduk Edward seketika meremang. Dengan hati berdebar-debar ia membuka pintu kamar Eowyn sambil terus menempelkan ponselnya ke telinga. Benda yang sedang dicarinya ternyata tergeletak di nakas.&
Edward mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia membenci suaranya yang terdengar ketakutan. Seumur hidup ia belum pernah merasa begitu tak berguna. Entah kenapa ia seakan bisa merasakan kondisi Eowyn yang buruk saat ini.Dengan enggan ia mengakui jika yang dikatakan Kenzo memang benar. Itu berarti mereka harus menunggu sampai besok dan jika memang masih belum ada kabar dari Eowyn, mereka akan langsung bergerak.Hati Edward agak sedikit tenang mengingat Kenzo memiliki banyak koneksi di kepolisian. Ia yakin Eowyn akan secepatnya ditemukan.Edward masih terlibat pembicara dengan kenzo selama beberapa waktu sebelum akhirnya menutup ponselnya.Ia yakin malam ini akan menjadi malam terpanjang dalam hidupnya. Ia berusaha membuang pikiran-pikiran buruk tentang keselamatan Eowyn. Dan berdoa dalam hati semoga saja ia masih waras sampai besok pagi.Edward pergi ke dapur dan mengaduk-aduk laci berharap bisa menemukan satu sachet kopi instan nyas