Share

Bapaknya Siapa Sih

Episode 2

Persalinan dimulai. Reynal telah berkali-kali ditegur dokter dan petugas medis karena memegang paha Prasti setengah hati. Wajar, karena Prasti bukan istrinya.

Prasti tentu tidak mengetahui peristiwa kecanggungan Reynal itu karena tak lagi punya kesempatan mengamati suasana. Dia tengah bersabung nyawa menahan perih tak tertahankan.

“Pak, Bapak jangan canggung gitu. Sama istri sendiri kok gitu sih!?”

“Iiiya bu, ya”

Reynal menukar posisi. Kini, berdiri di samping perut Prasti, tidak lagi tepat di depan mulut rahim. Dengan begitu, kecanggungan Reynal jauh berkurang. Walau sesekali dada Prasti terhempas-hempas ke lengan Reynal. Sebab, dada prasti tak lagi pakai pembungkus dan tubuh Prasti terus bergerak liar menahan sakit. Tapi Reynal tak peduli itu.

Setan, tak tinggal diam rupanya. Ya, setan, mana ada setan yang iklas manusia tidak berbuat dosa. Dalam kondisi strategis ini tentu setan tak perlu berkeringat agar Reynal berbuat salah.

“Wahai Reynal, kapan lagi kamu bisa melihat bagian sensitif wanita secantik Prasti?. Ayo, bantulah memegangnya, empuk tau” setan berbisik lirih ke telinga Reynal yang membuat air liur Reynal hampir berbusa-busa.

‘Ayo, Reynal, petugas dan dokter itu hanya tahu kamu adalah suaminya. Pindah ke depan, ayo, di situlah pemandangan menakjubkan bisa engkau nikmati.”

Reynal melawan, dia punya banyak hafalan alquran sebagai senjata penghalau rayuan iblis, sekalipun Reynal pernah tercatat sebagai anak nakal di kampungnya. Reynal mengucap astagfirullah berkali-kali. Dia tetap tenang dan tidak mau terbujuk tipu daya itu.

Rintihan Prasti lekat di kerongkongan. Kepala bayi mulai terlihat petugas persalinan

“Ayo bu Prasti, dikit lagi, ayo Bu” petugas memberi semangat untuk Prasti di ujung perjuangan.

“Buarrr, eyak.. eyak..”

“Alhamdulillah” Petugas, dokter dan Reynal mengucap syukur.

Berbeda dengan Prasti yang belum mampu berbicara. Masih sibuk menyelesaikan nafasnya yang sesak. Reynal cemas memandang muka Prasti yang terlihat pucat. Dia kehabisan banyak energi.

Tiga hari perawatan, Prasti pulih. Dia pulang melenggang setelah meninggalkan isi perut buncitnya di rumah persalinan. Dia tersenyum girang, setelah Reynal menyerahkan uang lima juta rupiah padanya tanpa dia tahu siapa yang telah membeli anaknya.

Soal itu, tentu tak penting bagi Prasti. Sebab dia telah terpukau kemenangan 3:0 yang baru saja diperoleh. Persalinan gratis, dapat uang dan tak harus mengurus anak.

Kemenangan 3:0 belum berakhir. Seumpama pertandingan sepakbola, masih tersisa menit menit terakhir sebelum peluit panjang berbunyi. Dan, tentu masih punya peluang menciptakan kemenangan lebih dari 3:0.

Benar, Reynal kemudian bermurah hati menyewakan tempat tinggal dan berhasil melobi sebuah restoran untuk Prasti bekerja sebagai pelayan di sana. Prasti, benar-benar pesta gol di depan Reynal, meraih kemenangan 5:0 tanpa balas.

. ***

Kabar mengejutkan. Reynal, bukan nama asli lelaki 32 tahun ini. Di kartu Tanda Penduduk namanya tertulis Naldi Jamain. Dia putra Minang yang sudah berada di Jakarta sejak lima tahun silam.

Reynal memang super nakal sedari kanak-kanak. Tapi, apapun kenakalan Reynal, dia sering juara MTQ tingkat kecamatan. Dia pun rajin solat. Kehadirannya di Jakarta bukti kenakalan itu. Ia terpaksa melarikan diri dari kampung setelah mencuri seekor kambing.

Permasalahan bukan dengan pemilik kambing yang dia curi. Kebetulan kambing itu adalah milik mamaknya. Masalah justru terjadi dengan toke yang membeli kambing curian itu.

Sebabnya, dua hari setelah dijual, kambing tersebut beranak. Tidak satu, tapi dua ekor pula. Mengetahui kambing melahirkan, Reynal datang meminta tambahan uang. Toke menolaknya.

“ Enak saja kamu bicara. Jual belikan sudah selesai. Uang sudah kamu terima”

“Belum lunas, Pak!. Saya dulu hanya menjual induk kambing bukan dengan anak-anaknya!”

"Gila kau nih. Tak ada cerita ”

Reynal tak terima dikatakan gila. Dia meradang. Reynal langsung mengayunkan sapu lidi ke muka toke. Sebenarnya pukulan itu tidak terlalu kejam, sebab sapu lidi tidak menyentuh tubuh toke itu. Cuma, karena terkejut dan sedang berdiri di tepi tebing, si toke terjatuh ke jurang kecil sedalam tiga meter.

Reynal bukan membantu si toke yang sudah bergulung dalam tumbuhan semak, malah melarikan diri untuk menghilang jejak. Hari itu juga Reynal memutuskan untuk pergi dari kampung bermodal hasil penjualan kambing curian yang masih tersisa.

Reynal, anak nakal terbilang cerdik. Walau harus sampai di Jakarta dalam waktu yang lama, tujuh hari perjalanan, tapi tak butuh ongkos. Waktu normal mobil umum hanya butuh waktu dua hari saja. Bagi Reynal tak penting cepat sampai di Jakarta, yang penting gratis.

Dia empat kali gonta ganti mobil.

Pertama, naik mobil pengangkut kelapa. Lima jam perjalanan mobil kelapa telah sampai di tempat tujuan. Reynal turun. Bertemu lagi mobil truk esok harinya dan menumpang hingga Palembang. Naik lagi truk hingga perbatasan lampung.

Esoknya naik mobil tengki Pertamina hingga Bakauheni Lampung. Bermalam di Bakauheni dua hari dan berhasil naik kapal bersama mobil truk pengangkut jeruk nipis. Di Merak, Banten, naik truk berikutnya hingga Jakarta

Nasib, siapa yang bisa menebak. Setelah dua tahun bekerja di konveksi baju olahraga, dia menjadi bos setelah mendirikan konvekasi sendiri.

Dengan jantan dia pulang kampung. Membelikan mamaknya kambing lima ekor, walau yang dicuri hanya satu ekor. Kemudian memberi santunan pada toke sebesar 10 juta, walaupun akhirnya toke menolaknya. Reynal dan Toke berangkulan mengakhiri perselisihan.

Semenjak tumbuh menjadi bos konveksi, Reynal gemar membantu orang yang mengalami kesulitan. Dan salah orang yang mendapat berkah kebaikan Reynal adalah Prasti.

***

Enam bulan setelah melahirkan, Prasti sibuk mencari keberadaan Reynal. Dia dipecat restoran tempat dia bekerja. Sebabnya unik, Prasti sering menyiram tamu restoran dengan air kobokan. Peringatan pertama hingga ketiga pemilik restoran tidak dia pedulikan.

Prasti wanita dahsyat. Ketika memaki, dia bagai seekor ular berbisa. Dari mulutnya menyembur kata-kata kotor yang akan dikenang lelaki sebagai penghinaan seumur hidup. Kata demi kata yang keluar dari mulut Prasti adalah kosakata yang tidak ditemukan dalam kamus sopan santun. Isinya carut semua, kemudian diikuti nama-nama penghuni kebun binatang.

Setelah melahirkan, memang Prasti kembali terlihat seperti gadis. Tak tampak tanda-tanda kalau dia kini telah menjadi seorang ibu. Dia memukau banyak mata lelaki, cantik penuh pesona.

Dari sisi manapun dia dipandang, tetap menebar daya pikat. Dari depan sungguh menawan, dari samping terlihat aduhai, dan dari belakang diyakini mengakibatkan para lelaki terpaksa menahan air liur. Tapi jangan tatap dia dalam-dalam, mercunnya langsung meledak.

Bila saja dia mampu menjaga sikapnya sebagai wanita terhormat, maka banyak lelaki ingin mengatakannya sebagai bidadari yang diutus Tuhan dari surga. Begitulah cantiknya dia di mata lelaki.

Hari ini, sudah hari ke sembilan Prasti mencari keberadaan Reynal. Tujuannya jelas, ingin mengabarkan berita duka setelah dipecat pemilik restoran sebab sering memaki-maki pengunjung laki-laki itu.

Prasti sangat yakin Reynal mau membantunya lagi. Banyak tempat telah yang ia kunjungi untuk mencari keberadaan Reynal. Banyak pula orang yang ia ditanya. Tapi, tak satupun orang yang mengenal nama Reynal.

Setiap menemukan lelaki yang mengenakan jaket ia cegat. Begitu juga ketika melihat lelaki pakai ransel dan bertopi. Untung Prasti tak ingat bahwa ketika Reynal menemuinya di halte memakai kaos biru dan berambut cepak. Bila saja Prasti ingat, tentu semua orang yang berambut cepak dan berkaos biru dia cegat juga.

Reynal harus ia temukan. Sebab, baginya, Reynal adalah lelaki terbaik seisi bumi saat ini. Tak ada lelaki yang dia temui sepanjang hidup yang kebaikannya melebihi Reynal. Hanya Reynal satu-satunya lelaki yang mau menyelamatkannya.

Padahal, dia mengenal ratusan lelaki, tak satupun yang tergerak hatinya untuk membantu. Sementara Reynal, kenal tidak, kawan pun bukan, tapi mau menyelamatkan. Lelaki lain, kalau membantu, ujungnya minta jatah. Tidak begitu dengan Reynal, justru dia yang mengasih banyak fasilitas pada Prasti.

Sementara di tempat lain, seorang lelaki flamboyan berjas hitam sibuk mencari tempat Prasti melahirkan dan mencari keberadaan anak yang dilahirkan Prasti itu. Dia tidak berjalan sendiri, tapi didampingi dua lelaki berwajah sangar.

Puluhan rumah bersalin di Jakarta telah dia singgahi. Gunanya, mencari keberadaan anak yang dilahirkan Prasti dan siapa orang yang membawa bayinya itu.

Berkat kegigihan, lelaki flamboyan sampai juga di Rumah Bersalin Kasih Ibu.

“Selamat siang, Bu”

“Siang, Pak, ada yang bisa kami bantu”

“Mau cari informasi, Bu”

“Informasi apa, Pak”

“Informasi orang yang melahirkan di sini enam bulan silam”

“Oh, Atas nama siapa Pak?”

“ Langguni Prasti Webster” jawab lelaki flamboyan

“Tunggu ya Pak, dicari dulu..hmm ada Pak.

Cuma namanya Prasti saja, Pak”

“Ciri-cirinya, Bu?”

“Tunggu Pak, saya lihat dulu siapa petugas yang dulu menangani ibu Prasti. Tentu beliau yang mengenal ciri-cirinya”

‘Oke, Bu”

“Oh, ibu Restu Anggia yang menangani. Saya panggil dulu, Pak. Nanti tanya langsung pada beliau”

Lelaki flamboyan, berdebar hati menunggu kedatangan ibu Restu dan berharap memperoleh informasi jernih.

“Ini ibu Restu, Pak. Silahkan tanya langsung, ya”

‘Maaf ibu Restu. Prasti yang ibu tangani enam bulan silam ciri cirinya bagaimana, Bu?

“Oh, Ibu Prasti. Cirinya kebetulan sangat gampang saya ingat. Orangnya super cantik, putih, tinggi, dan hidungnya mancung. Sepertinya dia bukan orang Indonesia, Pak. Tapi bisa berbahasa Indonesia”

“Wah, benar sepertinya buk. Prasti yang saya cari itu memang bapaknya orang Inggris. Ibunya Kalimantan.

“Itu saja, Pak? Tak ada yang lain? Tanya ibu Restu santun.

“Anaknya, laki-laki atau perempuan, Bu?

“Laki-laki, Pak”

“Waktu ke sini, Prasti didampingi siapa, Bu?”

“Suaminya, Pak”

“Suami???” Lelaki flamboyan kaget dan emosinya terlihat naik. Kemudian termenung

“Memangnya kenapa Pak?”

“ Tidak ada apa-apa buk. Maaf nama suaminya siapa ya, Bu?

“Hmm, saya lihat dulu pak ya”

Lelaki flamboyan tak sabar menunggu nama itu

“Hmm, namanya, hmm Reynal, Pak. Orangnya tidak terlalu tinggi, pakai jaket hitam dan topi kuning”

“Trus, anaknya siapa yang bawa, Bu?

“Ada keluarga suami yang bawa pulang”

“Makasih banyak, Bu. Izin pamit”

“Ya, Pak”

Lelaki flamboyan berjas hitam sudah mengantongi informasi bersih tentang anak Prasti dan orang yang mendampinginya saat melahirkan.

Tentu tak mudah baginya menemukan Reynal, lelaki yang ingin dia cari itu. Kawan tahu, Reynal bukan nama asli lelaki dermawan tersebut.

Reynal alias Naldi Jamain sepertinya sudah merancang dirinya agar tidak bisa dideteksi. Dia datang menemui Prasti berpakaian kaos biru, jalan tegap bagai tentara. Pergi mengantar Prasti ke Rumah Sakit memakai jaket, tas ransel dan mengenakan topi, lalu bertingkah lugu.

Susah ditebak. Mungkin saja Reynal sudah pernah melihat Prasti sebelumnya. Atau, Reynal dapat informasi bahwa ada seorang wanita yang akan menjual anaknya dan manatahu Reynal memang sedang membutuhkan seorang anak sebab istrinya mandul.

Mungkin saja. Sebab Reynal pria mapan, seorang bos konveksi berusia 32 tahun, kecil kemungkinan dia belum beristri. Lagi pula, bila ia bermaksud membujuk hati Prasti, mengapa setelah enam bulan melahirkan dia tidak menemui Prasti. Alamat dan nomor kontak tidak pula dia berikan. Sebaliknya, Reynal tak pula meminta nomor kontak Prasti.

Apakah Prasti mampu menemukan Reynal. Bagaimana pula dengan lelaki flamboyan berjas hitam, siapakah dia sebenarnya. Dan, dimanakah anak Prasti itu sekarang?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status